“Hei, apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Nata berteriak sedikit mendorong tubuh suaminya.
“Apa aku enggak boleh mencium istriku?” tanya Jett perasaannya ternodai.
“Kamu ini gila, apa yang kamu inginkan dari aku?” tanya Nata sambil punggung tangannya mengelap bibir.
“Dek, kamu enggak salah tanya?” tanya Jett garis emosinya mulai terbentuk.
“Minggir,” ucap Nata masih bersikeras mendorong tubuh suaminya.
Manik hitam pria ini memerah lalu telapak tangannya sudah bersiap di depan wajah Nata.
“Mas mau menampar aku? Silakan,” kata Nata mengarahkan pipi serta menatap tajam. Manik hitamnya mengeluarkan sinar laser.
Jett tidak bisa menahan gejolak emosi. Dia melayangkan satu pukulan ke wajah cantik istrinya.
“Auw, Mas,” pekik Nata mendadak bulir-bulir air membasahi pipinya.
“Kenapa? Sakit? Kurang?” tanya Jett emosinya meninggi.
Lirikan tajam wanita ini justru membuat Jett semakin geram.
“Mas tega melakukan ini sama aku,” protes Nata memegang bekas tamparan suaminya.
“Tega?” tanya Jett mendekatkan tubuhnya tepat di depan Nata.
Tanpa ragu, pria ini menangkup erat wajah istrinya sambil menatap tajam manik hitam di depannya.
“Berani-beraninya kamu bilang aku tega. Apa kamu enggak mikir kalau kamu juga tega?” tanya Jett belum menggeser telapak tangannya.
Aku nggak mungkin bisa tega sama kamu, Mas. Apa kamu enggak lihat selama ini aku sangat mencintaimu? Kurang apa aku di matamu, Mas. Aku selalu melakukan semua yang diinginkan. Nata membatin dengan guyuran air membasahi pipinya.
“Kenapa Mas bisa bilang aku tega? Salah aku di mana?” tanya Nata pelupuk matanya tidak lagi sanggup menahan guyuran air.
Jett menyeringai tipis.
“Dengarkan aku baik-baik. Bersikap seperti biasanya, lakukan yang aku inginkan,” kata Jett memperingatkan istrinya.
“Ingat jangan melewati batas yang aku buat,” lanjut Jett tanpa memberi kesempatan Nata menjawab.
“Mas bilang melewati batas? Sejak kapan aku melewati batas? Apa selama ini aku tulus sama kamu kurang? Aku berusaha maksimal melakukan untukmu semuanya,” kata Nata terselip pertanyaan menggugah Jett melirik tajam.
“Belum. Kamu belum maksimal melakukannya, Dek,” balas Jett merasa istrinya tidak melakukan maksimal.
Kalau saja kamu melakukan maksimal mungkin sekarang keluarga ini bahagia dengan hadirnya seorang anak. Jett membatin.
“Kenapa Mas bisa bilang kalau aku belum maksimal? Semua yang keluarga ini inginkan sudah aku lakukan termasuk Mas. Apalagi sekarang?” tanya Nata pun geram melihat sikap suaminya semakin hari tidak berubah.
“Dek, kamu belum mengandung anak kita,” ucap Jett terdengar seperti gelegar petir.
“Apa?” tanya Nata tercengang.
Aku nggak menyangka Mas memiliki pemikiran seperti ini. Nata membatin sesal.
Nata diperlakukan layaknya cerita cinderella di keluarga ini. Saat suara lonceng berbunyi tak lain teriakan suaminya, Nata kembali menjadi seperti pembantu di rumah ini.
“Ya kamu enggak salah dengar,” kata Jett mengulang.
Kenapa malam ini kamu membuat aku terpesona enggak biasanya? Apa aku mendadak ingin bercinta dengan mu? Jett membatin sambil kembali menarik langkah mendekati istrinya.
“Mas, Mas, apa yang mau kamu lakukan?” tanya Nata pun menarik langkah mundur perlahan walau tetap saja tangan suaminya berhasil memeluk Nata.
“Mas, lepaskan,” teriak Nata tidak satu pun mendengar teriakannya.
“Ayo, Dek,” ajak Jett berhubungan intim layaknya suami istri.
“Nggak mau, Mas. Lepaskan,” tolak Nata justru menambah geram suaminya.
“Kamu ini bisa enggak sekali saja buat aku bahagia,” kata Jett mengempaskan tubuh Nata menjauh darinya.
Jett tanpa ragu lagi melayangkan pukulan. Tiada hari tanpa pukulan dirasakan wanita ini.
“Mas benar-benar tega melakukan ini sama aku,” protes Nata pelupuk matanya tidak mampu menahan derasnya air mengalir membasahi pipi.
“Cukup,” teriak Jett menoleh ke arah berlawanan enggan menatap istrinya.
Apa pernikahan ini seperti kuburan cinta untukmu, Mas? Nata membatin bertanya-tanya.
Entah apa yang dipikirkan Jett mendadak memutar tumitnya menatap wajah istrinya cukup lama walau sambil memijat pelipis. Pria ini menatap istrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Kenapa menatapku jijik?” tanya Nata bingung dengan tatapan suaminya.
“Dek, apa kamu nyaman dengan tubuh seperti ini?” tanya Jett menunjuk Nata dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Aku nyaman sama tubuh ini,” jawab Nata juga tidak mengerti arah pembicaraan suaminya.
“Cobalah untuk diet. Apa enggak malu badan kamu gemuk?” tanya Jett ketus.
Nata hanya menyeringai tipis sambil menggeleng.
“Untuk apa juga aku diet? Aku nyaman sama tubuh ini,” kata Nata terselip pertanyaan menggelitik.
“Kamu tanya untuk apa? Apa enggak salah? Aku minta kamu diet supaya cepat mengandung. Apa enggak malu saat hamil badan kamu gemuk seperti ini?” tanya Jett memberondong pertanyaan menyayat perasaan istrinya.
“Tahu kan jawabannya,” tambah Jett tanpa memedulikan perasaan istrinya.
“Aku lihat penampilan kamu seperti pembantu di rumah ini. Apa kamu nyaman seperti ini?” tanya Jett sejujurnya enggan mengkritik penampilan istrinya mau gimana lagi.
“Aku harus seperti apa Mas?” tanya Nata tidak tahu lagi.
“Dandan sih kenapa. Aku pulang mau disambut istri dengan penampilan cantik, wangi. Apa salahnya berpenampilan cantik di depan suaminya?” tanya Jett mengatakan keinginannya.
“Mas mau aku seperti orang lain di matamu?” tanya Nata kurang nyaman.
“Kenapa enggak kamu jadi orang lain supaya berpenampilan cantik?” tanya Jett hanya ingin Nata melakukan sesuai keinginannya.
Jadi kamu ingin melihat penampilan istrimu walau seperti orang lain. Nata membatin tidak habis pikir dengan suaminya.
“Mas mau aku jadi orang lain?” tanya Nata mengundang Jett mendekatkan tubuhnya.
Jett mengelus pipi lalu menjambak rambut istrinya.
“Mas, sakit. Rambut aku jangan ditarik,” teriak Nata kesakitan.
“Kamu hanya perlu jadi apa yang aku inginkan enggak perlu berusaha sebaik mungkin,” ucap Jett ketus.
Batangan pipih di saku celananya berdering panggilan masuk memaksa Jett melepaskan genggaman erat di rambut istrinya.
“Siapa sih malam-malam telepon?” tanya Jett kesal sebelum melihat nama muncul di layar ponsel.
Mendadak sudut bibir pria ini membentuk lengkungan tajam walau berakhir melirik tajam ke arah istrinya.
“Halo,” sapa Jett ramah sambil mengembangkan senyum.
Siapa juga malam-malam telepon suamiku? Apa nggak bisa besok? Nata membatin bertanya-tanya dengan kepercayaan masih utuh terhadap suaminya.
“Kenapa kamu masih di sini? Keluar sana,” kata Jett kasar meminta istrinya keluar dari ruang kerja.
Langkah wanita ini terseok-seok ke luar dari ruang kerja sambil menatap curiga. Tidak lupa tangan mungil ini menutup pintu walau tidak sepenuhnya tertutup.
Bisa-bisanya dia tersenyum setelah menampar dan mengkritik istrinya. Nata membatin geram melihat sikap suaminya seperti memiliki kepribadian ganda.
“Aku penasaran siapa yang menghubungi?” tanya Nata pun mendadak penasaran.
Nata menempelkan telinga di pintu berharap bisa mendengar pembicaraan suaminya.
“Suaranya wanita. Nggak mungkin sekretarisnya menelepon malam-malam membicarakan pekerjaan. Wanita mana yang menghubunginya?” tanya Nata lirih.
“Nggak-nggak. Nggak mungkin Jett selingkuh,” ucap Nata lirih menepis kemungkinan suaminya selingkuh.
“Kenapa mesra sekali pembicaraan mereka? Nggak mungkin sama klien ngomongnya mesra,” kata Nata mulai menaruh curiga.
“Nggak bisa didiamkan,” ucap Nata emosi.
Kekuatan istri tidak bisa dipungkiri kalau sudah emosi, Nata mendobrak pintu ruang kerja suaminya.
“Keluar Mas, keluar,” teriak Nata meminta Jett menjelaskan semuanya.
“Ada apa sih?” tanya Jett membeliak melihat istrinya berdiri di depan pintu.
“Apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Jett tercengang.
“Mas terima telepon dari siapa mesra sekali?” tanya Nata emosi tingkat dewa.
“Bukan urusan kamu,” teriak Jett tidak terima dengan sikap istrinya.
“Sana keluar,” ucap Jett mendorong Nata ke luar lalu membanting pintu menutupnya.
Tangan mungil ini membentuk kepalan siap melayangkan pukulan barang siapa pun mendekatinya.
Aku sangat kecewa sama kamu, Mas. Ketulusanku selama ini berbuah pengkhianatan darimu. Nana membatin geram.
“Lihat saja! Tunggu tanggal mainnya! Berapa lama kamu bisa bertahan?” tanya Nata naik pitam.
“Mas, aku mau pergi,” pamit Nata pada suaminya.“Hemm,” jawab Jett tidak peduli ke mana pun istrinya pergi.Apa-apaan, aku ini mau pergi. Pamit malah dicuekin. Nana membatin kesal.“Mas nggak papa aku tinggal sebentar?” tanya Nata berusaha bersikap ramah setelah drama semalam. Dia berusaha melupakan kejadian semalam dianggapnya tidak penting.“Hem,” balas Jett lagi masih dengan jawaban yang sama.Nata memutar tumit sepatunya mengarah ke arah beranda rumah walau sambil mendengus kesal.“Apa dia nggak peduli sedikit pun sama aku?” tanya Nata merasa diabaikan.Langkah kaki wanita ini mengantarkannya ke sebuah tempat yang seharusnya tidak dilepaskan begitu saja. Kalau saja tidak demi suaminya yang tersisa hanya melekat di tubuh Nata.“Apa mau menemui aku lagi?” tanya Nata gelisah kala menginjak lobi hotel bintang lima.Nata mengembuskan napas berat. Langkah kakinya melambat kala melihat seorang pria tua berjalan cepat tanpa menghiraukannya.“Kenapa nggak menoleh ke sini?” tanya Nata berha
Dua pemilik hotel bintang lima terkenal bekerja sama mengungkap perselingkuhan terutama Nata. Dia harus menjalankan balas dendamnya. “Aku nggak yakin keuntungan apa yang kamu maksud. Aku hanya bisa memastikan hubungan mereka hancur,” jawab Nata naik pitam jika mengingat beberapa menit yang lalu.Robert mengernyit berpikir tidak boleh salah langkah.“Apa kamu ragu? Kalau kamu nggak yakin, aku bisa melakukannya sendiri,” kata Nata tidak sabar menunggu jawaban pria ini.“Aku setuju, hanya apa langkah kita bisa membuat mereka jera,” jawab Robert tetap setuju.“Kita nggak akan tahu kalau nggak mencobanya,” balas Nata pun tidak tahu hasil akhirnya. Dia hanya ingin suaminya hancur baik itu karir dan kehidupannya.“Sekarang aku tanya. Kalau kamu mau balas dendam. Apa berani menggunakan kekuasaan yang kamu punya? Dilihat-lihat sekarang kamu tidak punya apa-apa,” kata Robert mau tahu cara wanita ini balas dendam pada suaminya.Mendadak, Nata kicep seketika mendengar kata kekuasaan.Aku nggak b
“Apa aku nggak boleh menangkis tangan suami yang seharusnya melindungi justru melukai? Lalu apa peduli Mas, aku mau pergi ke mana? Kenapa mendadak peduli sama istrinya?” tanya Nata menekan kata istri berharap Jett masih mengingat statusnya.“Apa kamu bilang? Aku melukai kamu? Kamu yang terus melawan Dek. Apa kamu lupa? Perlu aku ingatkan? Kamu enggak perlu jadi apa-apa, kamu hanya perlu mengikuti apa keinginan aku,” kata Jett uring-uringan.Nata mengempaskan tangan suaminya.“Kamu berani sekali melakukannya?” tanya Jett melotot tajam.Nata terkekeh mendengar pertanyaan suaminya.“Kamu masih bisa ketawa? Apa yang lucu?” tanya Jett meradang.“Untuk apa takut saat bersama suamiku. Kenapa kaget melihat aku berani melawan?” tanya Nata berusaha tenang walau sulit.“Apa Mas pikir aku akan selalu menjadi istri selalu ditindas dan diremehkan? Apa Mas nggak sadar melakukannya?” tanya Nata entah emosi apa yang bisa menggambarkan dirinya sekarang.Aku nggak akan bisa seperti dulu lagi Mas. Kamu s
Suara beradunya sendok dan piring tanpa adanya percakapan di antara mereka saat sarapan walau sesekali Nata melirik ke arah suaminya.“Ada yang mau kamu tanyakan?” tanya Jett menyadari istrinya melihat terus.“Mas apa nggak ada yang mau dikatakan?” tanya Nata balik.Aku mau tahu apa Mas mengajak pergi. Nata membatin.“Enggak ada,” jawab Jett tegas.“Kenapa? Apa ada yang mau kamu tahu?” tanya Jett memancing apa yang istrinya mau tahu lagi.“Apa aku nggak diajak makan malam?” tanya Nata balik.“Nanti malam?” tanya Jett pura-pura lupa.Dari mana dia tahu makan malam bersama? Jett membatin tanya.“Iya nanti malam. Apa aku nggak boleh ikut?” tanya Nata menawarkan diri ikut makan malam. Dia yakin pasti mendapat kejutan besar.Bukannya kamu enggak boleh ikut. Aku takut kamu mengacaukan segalanya di sana, apalagi ada tamu yang sulit aku taklukan menginap di hotel. Jett membatin ragu jika mengajak istrinya.“Apa Mas takut kalau aku mengganggu?” tanya Nata memancing. Dia pikir bisa tahu siapa w
Makanan di piring tidak mampu membagi perhatian pria tampan ini. Manik hitam pria ini tidak berhenti menatap wajah cantik istrinya.“Ada apa? Apa ada yang salah sama aku? Atau ada yang menempel di wajahku?” tanya Nata saat mau menyuapkan makanan ke mulutnya.Nata meletakkan kembali sendok di piring sambil melirik ke arah suaminya.“Kenapa Mas?” tanya Nata seolah belum puas mendapatkan jawaban.“Enggak ada apa-apa di wajah kamu. Aku hanya bingung saja sama kamu,” jawab Jett justru mengaduk-aduk makanan di piring.“Bingung? Apa aku membuat kesalahan?” tanya Nata merasa tidak melakukan kesalahan walau tanpa disadarinya.“Bukannya kamu selalu membuat kesalahan setiap hari?” tanya Jett bukan tujuan ini menatap istrinya.“Aku yakin Mas mau tanya sesuatu. Apa yang mau Mas tanyakan?” tanya Nata berpikir apa yang mau diketahui suaminya.“Mas hanya mau tahu apa tujuan kamu sebenarnya?” tanya Jett juga berpikir pasti ada yang disembunyikan darinya.“Aku nggak ngerti maksud pertanyaan Mas,” jawab
“Bu, bukan maksud saya seperti itu Pak,” ucap Venus gugup serta keningnya mendadak berkeringat.“Kenapa? Apa kamu membenci wanita berhasil membujuk saya? Apa target pekerjaan kamu tidak terpenuhi? Sayang sekali,” ucap Pak Broto menyindir wanita di depannya yang tidak tahu diri.“Saya tidak memiliki pemikiran itu. Saya hanya heran kenapa Pak Broto terbujuk olehnya. Dia tidak bekerja di hotel ini,” balas Venus tidak mau dianggap remeh.“Saya pikir kamu tidak tahu siapa dia. Saya hanya mau mengatakan kamu cukup tahu jika wanita kemarin pantas bekerja di hotel berbintang lima,” kata Pak Broto masih saja menyisipkan pujian untuk Nata.Siapa pun dia, aku tidak peduli. Aku hanya malas mendengar orang lain selalu memujinya. Padahal, dia juga tidak bisa apa-apa selain berada di dapur. Venus membatin kesal.“Maaf pergaulan saya terlalu sempit sehingga tidak mengenal banyak orang termasuk wanita yang membujuk Pak Broto menginap di sini,” balas Venus sebetulnya sangat tahu.“Saya juga tidak pedul
“Apa kamu sadar menanyakannya?” tanya Jett sorot matanya tajam seperti mengeluarkan sinar laser.“Aku sadar. Apa pertanyaanku salah?” tanya Nata balik menantang.Kamu bukan lagi istri yang dulu lagi. Ada apa dengan kamu? Perubahan sikap kamu yang mendadak semakin membuat aku kesal. Jett membatin.“Enggak punya sopan santun tanya sama suami kamu,” balas Jett jengkel.“Aku akan sopan kalau Mas juga bisa menjaga sikap sama wanita lain. Buktinya Mas nggak bisa kan,” kata Nata pun dongkol.“Kamu berani-beraninya,” hardik Jett pada istrinya.Jett mengayunkan tangan mengenai pipi istrinya.“Aduh, Mas,” pekik Nata sontak beranjak sambil memegang pipi. Bekas merah tercetak sempurna di pipinya.“Mas selalu tega sama aku. Kamu kerasukan apa selalu menindas aku?” tanya Nata menuntut jawaban dari suaminya.“Apalagi maksud pertanyaan kamu? Apalagi yang mau kamu tahu? Lama-lama kamu kok nyebelin,” jawab Jett menyelipkan pertanyaan.“Apa aku perlu mengulang terus? Aku yakin Mas tahu semuanya,” balas
Terik matahari menyinari sudut di mana seorang wanita duduk di kursi kayu berukir. Nata menyesap kopi lalu menyuapkan roti manis ke mulutnya.“Aku harap nggak bertemu seseorang di sini,” ucap Nata malas meladeni jika bertemu orang tidak penting di Clarosta Hotel.Manik hitamnya sesekali memindai serta membagi pandangan membaca novel.“Aku sudah berada di sini mau bertemu Kakek. Sibuk nggak ya?” tanya Nata beranjak dari kursi setelah menandaskan tetes terakhir kopi di gelas.Ekor matanya sekilas melihat wanita dikenal. Posisinya tidak bisa menghindar lebih baik menghadapi walaupun banyak pertanyaan darinya.“Asem, kenapa juga bertemu di sini? Apa dari sekian banyak hotel harus ada di sini? Mencurigakan, apa yang dilakukan Mama di sini?” tanya Nata lirih sebelum akhirnya beliau menarik langkah semakin mendekati menantunya.Langkahnya perlahan semakin mendekati Nata dengan senyum jahat terukir di bibirnya.“Kamu lagi, kamu lagi,” kata Mama Lusi menyapa dengan cara berbeda.“Ma,” sapa Nat
Jett mengedarkan pandangan sambil melihat satu per satu dari mereka yang menatap dan berbisik. Dia mendekatkan tubuhnya pada Meta.“Aku enggak tahu, apa yang terjadi,” bisik Jett jujur.“Aku harap, kamu bicara jujur.”“Aku jujur. Apa yang harus ditutupi? Seharusnya, Bu Meta memberitahu, apa yang terjadi?”Meta tidak sampai hati memberitahu, tetapi … di satu sisi. Dia sangat bersyukur, entah siapa pun yang menyebarkan video ini, bisa jadi jalan hubungan Venus dan Jett hancur.“Bu—Bu Meta, mau kapan memberitahu kita di sini?” tanya Jett tidak sabar menunggu.“Aku sendiri enggak tahu, bagaimana memberitahu kalian.”“Maksud, Bu Meta?”“Aku tahu, berita ini enggak seharusnya diberitahu, tapi …”“Tapi apa, Bu?” tanya Jett lagi, dia mewakili mereka–yang ada di ruang rapat.“Tapi, kalian harus tetap mendengarkan dari mulutku.”“Bu Meta, bilang saja. Aku dan yang lainnya siap mendengar.”Meta menatap mereka satu per satu, tidak terkecuali Jett. Manik hitamnya berhenti menatap pria ini cukup la
Manik hitam mereka bertemu dalam satu titik yang sama, tetapi dengan pemikiran yang berbeda.Jett terperanjat mendengar pertanyaan dari Venus hingga memberi jarak sekitar tiga langkah mundur.“A…apa kamu bilang? Hubungan aku… dan Nata berakhir? Apa maksud pertanyaan kamu?”“Aku menebak saja. Kalau benar berarti keberuntungan sedang berpihak sama aku.”“Kenapa kamu bisa berpikir kalau hubungan aku berakhir? Hanya karena enggak ada drama?”“Ya, dilihat akhir-akhir ini enggak ada drama.”“Bukan urusan kamu mau tahu lebih banyak hubungan aku dengan Nata. Aku ingatkan!”“Apa kamu mengancam aku?”“Enggak. Hanya mengingatkan, supaya kamu jangan melewati batas,” jelas Jett menarik garis di antara mereka.“A—Apa kamu bilang? Melewati garis? Cih, aku tidak akan melakukannya.”“Terserah kamu, mau melakukannya atau enggak, tetapi satu hal yang perlu kamu tahu. Hubungan aku dengan Nata baik-baik saja.”“Baguslah, kalau baik-baik saja,” balas Venus sinis.Isi kepala Jett saat ini hanya mendekati Me
Tangan wanita ini bergetar hebat saat menutup memegang ponsel dengan layar perlahan menggelap, sedangkan kening Robert terlukis tanda tanya besar.‘Sebaiknya aku tanya atau tidak?’ batin Robert penasaran.“Apa sesuatu terjadi, Nata?”Tidak ada jawaban meluncur dari mulut wanita ini.“Nata, Nata,” panggil Robert berharap wanita ini mendengarkan.Iris mata wanita ini berkaca-kaca. “Kakek,” ucap Nata gemetar.“Ada apa dengan kakek Dewo? Kamu mau pergi menemuinya? Ayo, aku antar.”“Nggak, nggak. Aku bisa pergi sendiri.”Telapak tangan lebar gerak cepat meraih pergelangan tangan wanita ini.“Tunggu. Kamu tidak bisa pergi dalam keadaan seperti ini. Aku antar.” Robert kekeh mau mengantar.Wanita ini gelisah berjalan mondar-mandir. Sementara Robert juga bingung.“Sekarang, kamu ambil tas atau apa pun yang bisa dibawa. Aku … aku tunggu di mobil.”“O—Itu. Iya, aku ambil tas dulu.”Robert mengulurkan tangan membantu Nata masuk ke mobil.“Ayo, kita pergi sekarang.”“Iya,
Kini, Jett berusaha menutupi rasa gugupnya. Pertanyaan ini tidak mampu dijawabnya.“Istri aku di rumah,” jawab Jett cukup singkat untuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang. Lalu dia menyesap minuman di depannya hingga tersisa gelas kosong.“Apa kamu haus? Mau lagi winenya?” tanya Meta menawarkan sambil memanggil pelayan supaya menuangkan minuman.“Boleh tambah sedikit sepertinya aku haus,” jawab Jett tidak bisa berbohong kalau tidak bicara jujur pasti kehausan.Sedangkan wanita ini memiliki pemikiran sendiri. Haus atau memang tidak bisa menjawab pertanyaan darinya.“Di rumah? Sayang sekali nggak diajak. Aku pikir bisa mengenal keluarga kalian juga. Nggak usah dipikirkan, aku hanya penasaran mau tahu seperti apa istrimu,” kata Meta secara tidak langsung meledek Jett.“Mungkin, aku akan bawa lain kali atau aku rundingkan dulu dengan istri mengundang Bu Meta makan malam di rumah kami. Istri aku pintar memasak, masakannya sud
Nata mengukir senyum, lalu memegang tangkai gelas wine. Dia menggoyangkan gelas, lalu menyesapnya perlahan sambil menikmati aroma wine. Dia pun meninggalkan bekas lipstik di bibir gelas, melirik sekilas sembari meninggalkan getaran perasaan pada pria di dekatnya.“Untuk itu aku mengajakmu makan malam. Aku nggak berharap banyak sama makan malam ini bisa menyelesaikan salah paham di antara kita,” kata Meta meletakkan gelas wine di dekatnya.“Salah paham di antara kita?” tanya Jett mulai menaruh penasaran pada wanita ini.Jett memiliki tujuan sendiri dengan ajakan malam ini berharap bisa mendekati wanita ini.“Iya, aku pikir harus meluruskan beberapa hal supaya selanjutnya nggak ada salah paham. Aku merasa nggak nyaman saja langkah ini kalau ada salah paham sama karyawan,” kata Meta hanya menganggap Jett tidak lebih dari seorang karyawan yang bekerja di hotel.“Aku menebak salah paham di antara kita dimulai dari kalau kamu berpikir aku mengi
Meta menatap bingung apa maksud pertanyaan pria ini. Dia menyipitkan mata sambil berpikir mencari jawaban. Dia pikir lebih baik ditanyakan saja.“Aku nggak ngerti maksud pertanyaanmu?” tanya Meta bingung. Dia datang ke Clarosta Hotel suda pasti mengelola hotel bukan untuk jualan sayur di sini.“Bu Meta datang ke Clarosta Hotel bukan hanya sebagai cucu pemilik hotel bukan? Apa tujuan Bu Meta sebenarnya? Apa mau merombak habis hotel ini? Atau hanya mau mengambil keuntungan?” tanya Jett mengajukan pertanyaan menyudutkan. Namun, tidak satu pun pertanyaan melibatkan pertanyaan pribadi.“Apa inti pertanyaanmu?” tanya Meta balik cukup dengan pertanyaan singkat.“Sebenarnya aku hanya mau tanya. Kenapa kemarin Bu Meta memindahkan aku ke hotel cabang?” tanya Jett ternyata tanya tentang ini.“Jadi kamu hanya mau tanya ini,” balas Meta lega. Dia pikir ada apa tiba-tiba mendadak menghadangnya.“Lalu apa jawabannya Bu?” tanya Jett penasaran. D
Sosok wanita berdiri tegap ini sontak berubah menjadi wanita lemah. Dia melotot tajam, sedangkan pelupuk matanya menahan desakan bulir-bulir air siap membasahi pipinya.“Aku tidak mengira kamu tega membentak di depan banyak orang,” ucap Venus menyeka bulir-bulir air lolos membasahi pipinya.“Aku juga tidak menyangka kamu melakukannya di depannya,” tambah Venus sekilas melirik tajam ke arah bos mereka.Ya walaupun wanita yang berdiri sekarang sebagai Meta. Menurut Venus tidak adil jika dirinya diperlakukan tidak adil.“Kenapa kamu enggak terima aku bentak? Sudah seharusnya aku marahin. Jangan lupa kalau aku senior kamu di sini,” kata Jett nada suaranya masih tinggi walaupun berusaha berbicara lirih.Jett juga tidak peduli sekalipun ada Meta di sini sebagai bos mereka.“Ayo, ikut aku ke sana,” ajak Jett memaksa.“Tidak mau,” jawab Venus cepat tanpa banyak alasan.“Kamu,” pekik Jett sudah siap dengan tangan di atas
Jett segera mengambil apa pun yang dilihat untuk membersihkan pakaian Nata alias Meta.“Berhenti. Apa yang kamu lakukan?” tanya Meta melihat pria ini berusaha keras membersihkan pakaian yang terkena noda kopi.“Maaf, aku enggak sengaja. Sebentar-sebentar. Aku bersihkan pakaian kamu. Kalau enggak bisa bersih, aku bisa membawanya ke laundry,” kata Jett tetap meraih tisu di meja.“Aku bilang cukup. Aku bisa membersihkannya sendiri,” kata Meta meminta pria ini berhenti.Akhirnya, Jett mengikuti ucapan wanita ini. Pria ini memberi jarak sekitar tiga langkah di antara mereka. Manik hitamnya masih fokus menatap bekas noda di pakaian wanita ini.“Aku minta maaf. Aku benar-benar tidak sengaja,” ucap Jett merasa bersalah.“Semakin kamu membersihkannya. Pakaian ini semakin kotor. Apa kamu merasa bersalah sampai menggosoknya terlalu kuat?” tanya Meta mau tahu sikap pria ini sejauh mana memperlakukan dirinya walaupun berbeda identitas.
Robert menggeleng. “Aku tidak berhubungan lagi dengannya. Ini lihat, aku mengganti namanya dengan nama mantan tunangan,” jawab Robert jujur. Dia bukan pria yang mau mengenang masa lalu cukup dijadikan pelajaran.“Aku nggak yakin kalau bukan kamu duluan yang menghubungi,” kata Nata mengutarakan ketidakyakinannya.“Coba saja kamu lihat ini namanya sudah ganti. Aku juga tidak tahu kenapa wanita itu menghubungi,” jawab Robert jujur tidak ada yang perlu ditutupi. Dia pun enggan menyebut nama Venus menggantinya dengan wanita itu.“Kalau kamu jawab seperti ini aku cukup yakin,” ucap Nata.“Aku tidak akan kembali pada wanita yang sudah membuat hancur hidupnya,” tambah Robert menegaskan kalau Venus bukan wanita spesial baginya.“Ya, ya, itu terserah kamu. Buruan jawab telepon ini, berisik,” pinta Nata kesal mendengar dering ponselnya.“Tidak mau. Biarkan saja dia menghubungi sampai bosan,” balas Robert enggan menjawab panggilan telepon in