“Bu, bukan maksud saya seperti itu Pak,” ucap Venus gugup serta keningnya mendadak berkeringat.
“Kenapa? Apa kamu membenci wanita berhasil membujuk saya? Apa target pekerjaan kamu tidak terpenuhi? Sayang sekali,” ucap Pak Broto menyindir wanita di depannya yang tidak tahu diri.
“Saya tidak memiliki pemikiran itu. Saya hanya heran kenapa Pak Broto terbujuk olehnya. Dia tidak bekerja di hotel ini,” balas Venus tidak mau dianggap remeh.
“Saya pikir kamu tidak tahu siapa dia. Saya hanya mau mengatakan kamu cukup tahu jika wanita kemarin pantas bekerja di hotel berbintang lima,” kata Pak Broto masih saja menyisipkan pujian untuk Nata.
Siapa pun dia, aku tidak peduli. Aku hanya malas mendengar orang lain selalu memujinya. Padahal, dia juga tidak bisa apa-apa selain berada di dapur. Venus membatin kesal.
“Maaf pergaulan saya terlalu sempit sehingga tidak mengenal banyak orang termasuk wanita yang membujuk Pak Broto menginap di sini,” balas Venus sebetulnya sangat tahu.
“Saya juga tidak peduli bagaimana pergaulan kamu. Saya hanya tidak terima dengan sikap kamu kurang ajar. Saya menganggap kali ini keteledoran hotel ini. Saya tidak mau memperpanjangnya. Silakan pergi dari sini,” balas Pak Broto enggan berurusan lagi dengan Venus. Beliau berbisik pada sekretarisnya pengganti lainnya.
Lihat saja nanti Nata, kamu pasti tidak berhenti menangis. Venus membatin sambil mengancam.
“Saya minta maaf jika tidak berkenan. Saya permisi,” ucap Venus singkat melihat ekspresi Pak Broto tidak nyaman.
Venus menarik langkah mundur menjauh dari beliau diiringi mendengus kesal.
“Kenapa sih semua selalu memuji wanita tidak tahu diri itu? Dia tidak bekerja di sini. Kenapa ikut campur urusan hotel. Dasar wanita tidak tahu malu,” ucap Venus mengetakkan kaki hingga gesekan sepatu berhak tinggi membunyikan suara khas di lantai granit.
Venus tetap melangkah tidak peduli siapa pun di depannya hingga tubuh mereka bertabrakan.
“Aduh, kalau jalan lihat pakai mata dong,” kata Venus mengatur napasnya berantakan tidak mengenali seseorang di depannya.
“Kamu yang jalan pakai mata udah salah marah lagi,” protes Jett merasa dirinya selalu benar.
“Bisa-bisanya kamu ada di sini juga. Kurang kerjaan,” ucap Venus geram.
“Kamu ini kenapa tiba-tiba marah enggak jelas? Apa kamu melampiaskan kemarahan sama aku?” tanya Jett berpikir orang pertama harus tahu apa kesulitan Venus di hotel ini.
“Istri kamu itu selalu mempersulit orang lain. Udah begitu dia juga mengganggu hubungan kita,” jawab Venus mengutarakan sebab kemarahannya.
“Apalagi yang dilakukannya?” tanya Jett lagi tidak sabaran melihat kesalahan istrinya.
“Apa karena Pak Broto?” tanya Jett menebak.
“Ya siapa lagi kalau bukan pria tua itu. Aku kesal tahu, pria tua itu selalu memuji istri kamu. Padahal, dia juga tidak bekerja di sini,” jawab Venus sengit.
“Kamu cemburu?” tanya Jett penasaran mau tahu sikap selingkuhannya.
“Kalau cemburu tidak juga. Aku cuma kesal saja dia menerima pujian, padahal hanya melakukan hal biasa,” balas Venus tidak terima. Bekerja lebih dari 5 tahun di Clarosta Hotel tergantikan oleh wanita tidak sampai dua jam berada di sini.
“Aku tidak yakin kalau istri kamu tidak mendapatkan hadiah,” lanjut Venus melanjutkan kekesalannya.
“Kalau kamu nggak cemburu berhentilah berpikir hal enggak penting bagaimanapun Nata masih istri sahku. Kalau hadiah, aku rasa nggak mungkin. Di rumah dia berkecupan, kalau aku mengizinkan pun dia mencari pekerjaan yang disukai. Jangan berpikir macam-macam tentangnya,” ucap Jett terdengar membela istrinya.
Bibir wanita ini membentuk lengkungan tawa kecil.
“Kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu dari ucapan aku baru saja?” tanya Jett menoleh ke samping.
“Apa kamu tidak merasa bersalah memujinya di depan aku?” tanya Venus meradang sambil membuang pandangan ke arah lain.
“Aku enggak memuji Nata, itulah kenyataannya. Aku juga berada di posisi yang salah,” jawab Jett tidak memungkiri Nata masih istri setia baginya.
“Sudah cukup, aku tidak mau kamu terus memuji Nata. Aku pikir kita sering bermalam di kamar hotel membuat hubungan menjadi dekat, ternyata kamu tidak berhenti memuji istri kamu,” ucap Venus berpikir salah tanggap dengan hubungan mereka.
“Aku enggak bermaksud memuji dia terus-menerus,” balas Jett membelai rambut wanita selingkuhannya.
“Terserah apa kata kamu, aku tidak mau mendengarnya. Aku pikir hubungan kita perlu dipertanyakan mau sejauh mana,” balas Venus tidak tahan dengan sikap Jett.
Venus memutar tumit sepatu berhak tinggi mempercepat langkah menjauh dari Jett.
“Kamu nggak berhasil pakai cara ini. Hitungan ketiga, kamu menoleh ke belakang,” kata Jett membuat taruhan untuk selingkuhannya.
“1, 2, 3,” ucap Jett menghitung.
“Sial, dia serius marah sama aku,” kata Jett juga memutar tumit sepatu pantofel kembali bekerja.
Kini menjelang malam, roda mobil milik Jett menepi di depan teras rumah. Dia mematikan mesin, lalu menurunkan sepatu pantofelnya menginjak beranda rumah.
“Aku harus buat perhitungan dengannya,” ucap Jett memegang handel pintu tak lama terbuka.
“Pulang cepat Mas?” tanya Nata hanya basa-basi.
“Kenapa akhir-akhir ini kamu mengganggu pekerjaan Mas?” tanya Jett tanpa basa-basi layaknya suami pulang kerja.
Kamu mengikuti juga keinginan supaya tampil cantik di depan aku. Jett membatin sambil melihat istrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Aku nggak ganggu. Mas tahu kalau 24 jam, aku berada di rumah,” jawab Nata jujur.
“Aku enggak berterima kasih saat kamu membujuk Pak Broto bukan berarti bisa seenaknya ikut campur dalam pekerjaan,” ucap Jett mencari pembenaran.
“Ini ada apalagi kesalahan dilimpahkan ke aku? Asal Mas tahu, aku juga nggak berharap ucapan terima kasih dari kamu. Aku juga nggak bisa mengendalikan pikiran orang lain termasuk Pak Broto. Kamu jangan selalu melimpahkan kesalahan sama aku, Mas. Sebelumnya, aku udah menyinggung kalau Mas jarang cerita tentang pekerjaan,” balas Nata panjang lebar tidak mau selalu disalahkan.
“Mas jangan bilang mengelabui aku bekerja di hotel justru selingkuh,” lanjut Nata menggugah pendirian pria ini.
Sial dari mana Nata tahu kalau aku selingkuh? Siapa yang memberitahunya? Jett membatin bertanya.
“Mas serius kerja di hotel,” jawab Jett menyembunyikan rasa gugupnya.
Berhentilah berbohong Mas. Mau sampai kapan kamu membodohi aku? Nata pun membatin bertanya-tanya mau lihat sejauh mana suaminya bergerak.
“Buktinya?” tanya Nata singkat membutuhkan jawaban jelas.
“Nggak usah, Mas,” lanjut Nata sudah tahu buktinya.
“Kenapa berpikir kalau aku selingkuh?” tanya Jett tetap menyalahkan Nata.
“Naluri seorang istri nggak bisa dibohongi,” jawab Nata masuk akal juga.
Bibir pria ini membentuk tawa merekah mengundang tanda tanya pada istrinya.
“Aku pikir nggak ada yang lucu. Oh ya aku mau tanya waktu di hotel kemarin, ada seorang wanita yang kelihatannya nggak senang sama aku. Apa teman kamu, Mas? Aku hanya mau bertemu lalu kenalan sama dia,” kata Nata berusaha memancing sejauh mana suaminya berkata jujur.
“Kamu terlalu berlebihan, mungkin saja bawahan. Aku enggak mengenal semuanya,” jawab Jett berbohong sempurna.
“Apa Mas yakin?” tanya Nata menjebak pertanyaan lagi.
“Aku lihat kalian sangat akrab,” tambah Nata.
“Kamu salah lihat mungkin,” balas Jett mengelak.
Sudut bibir wanita ini membentuk lengkungan senyum tipis.
“Kenapa Mas dari tadi jawabnya gugup? Apa wanita itu selingkuhanmu?” tanya Nata tak beda jauh seperti petir menggelegar di samping telinga.
“Apa kamu sadar menanyakannya?” tanya Jett sorot matanya tajam seperti mengeluarkan sinar laser.“Aku sadar. Apa pertanyaanku salah?” tanya Nata balik menantang.Kamu bukan lagi istri yang dulu lagi. Ada apa dengan kamu? Perubahan sikap kamu yang mendadak semakin membuat aku kesal. Jett membatin.“Enggak punya sopan santun tanya sama suami kamu,” balas Jett jengkel.“Aku akan sopan kalau Mas juga bisa menjaga sikap sama wanita lain. Buktinya Mas nggak bisa kan,” kata Nata pun dongkol.“Kamu berani-beraninya,” hardik Jett pada istrinya.Jett mengayunkan tangan mengenai pipi istrinya.“Aduh, Mas,” pekik Nata sontak beranjak sambil memegang pipi. Bekas merah tercetak sempurna di pipinya.“Mas selalu tega sama aku. Kamu kerasukan apa selalu menindas aku?” tanya Nata menuntut jawaban dari suaminya.“Apalagi maksud pertanyaan kamu? Apalagi yang mau kamu tahu? Lama-lama kamu kok nyebelin,” jawab Jett menyelipkan pertanyaan.“Apa aku perlu mengulang terus? Aku yakin Mas tahu semuanya,” balas
Terik matahari menyinari sudut di mana seorang wanita duduk di kursi kayu berukir. Nata menyesap kopi lalu menyuapkan roti manis ke mulutnya.“Aku harap nggak bertemu seseorang di sini,” ucap Nata malas meladeni jika bertemu orang tidak penting di Clarosta Hotel.Manik hitamnya sesekali memindai serta membagi pandangan membaca novel.“Aku sudah berada di sini mau bertemu Kakek. Sibuk nggak ya?” tanya Nata beranjak dari kursi setelah menandaskan tetes terakhir kopi di gelas.Ekor matanya sekilas melihat wanita dikenal. Posisinya tidak bisa menghindar lebih baik menghadapi walaupun banyak pertanyaan darinya.“Asem, kenapa juga bertemu di sini? Apa dari sekian banyak hotel harus ada di sini? Mencurigakan, apa yang dilakukan Mama di sini?” tanya Nata lirih sebelum akhirnya beliau menarik langkah semakin mendekati menantunya.Langkahnya perlahan semakin mendekati Nata dengan senyum jahat terukir di bibirnya.“Kamu lagi, kamu lagi,” kata Mama Lusi menyapa dengan cara berbeda.“Ma,” sapa Nat
“Kamu sadar enggak tanyanya?” tanya Jett kesal sudah dikasih tahu jangan kerja masih saja mencari celah.“Aku sadar banget, Mas. Aku nggak sakit sama sekali. Mas mau dengar jawabanku apa?” tanya Nata menantang suaminya.Aku menduga kamu nggak bolehin kerja. Nata membatin menunggu jawaban suaminya sesuai atau tidak.“Kamu sudah tahu jawabannya, enggak perlu juga Mas jawab,” jawab Jett geram mendengar pertanyaan istrinya.“Aku nggak tahu apa jawabannya. Boleh atau enggak?” tanya Nata lagi semakin memancing emosi suaminya.“Enggak. Sekali enggak tetap enggak. Titik,” jawab Jett tegas sekaligus naik pitam.“Mas harus kasih tahu dong alasan nggak boleh kerja,” balas Nata mau tahu sejauh mana suaminya memberikan alasan masuk akal.“Alasan? Kamu enggak perlu alasan apa pun. Tadi Mas sudah bilang titik,” ucap Jett sejujurnya sambil memikirkan alasan masuk akal.“Aku juga mau beli barang-barang yang disuka. Aku nggak mau minta uang terus sama Mas. Apa Mas nggak tahu Mama selalu marah kalau aku
“Kamu terlihat marah sekali. Siapa yang kamu maksud?” tanya Robert belum melihat seseorang yang dilihat Nata.“Itu mereka. Aku nggak bisa diginiin. Mereka terang-terangan sekali selingkuh di depanku,” jawab Nata mempercepat langkah menghampiri mereka berdua.Nata berkacak pinggang seperti siap melahap mereka berdua asyik bergandeng tangan tanpa malu.“Aku ikut Nata,” ucap Robert mendadak menghentikan langkah setelah melihat siapa yang dimaksud. Dia mendadak terpaku.Bibir wanita memakai lipstik merah ini membentuk lengkungan senyuman tipis walau setelah itu mimik wajahnya menyeramkan.“Kebetulan sekali bertemu di sini,” sindir Nata berdiri di hadapan Jett dan Venus.Ekor mata wanita bertubuh langsing ini melirik sekilas suaminya melepas genggaman tangan Venus.“Aku nggak percaya bisa ketemu Mas di sini. Apa mau bertemu klien di sini?” tanya Nata pura-pura bodoh tidak tahu apa yang terjadi.“Enggak. Kamu sendiri ada urusan apa?” tanya Jett sekilas melirik ke arah pria berdiri tidak jau
“Aku pergi sekarang,” kata Jett mengakhiri percakapan di panggilan telepom entah dengan siapa itu.Pria ini kembali menandaskan air putih di botol. Nata memegangi perut menahan tawa.“Kenapa kamu menatap aku aneh?” tanya Jett merasa ada yang tidak beres. Namun, dia mengabaikannya.“Nggak papa,” jawab Nata tertawa kecil.Jett hendak melangkah ke depan, tetapi telapak tangan Nata menarik pergelangan tangan suaminya.“Tunggu, mau ke mana Mas? Apa terjadi sesuatu?” tanya Nata tidak bisa juga menyembunyikan kekhawatirannya.“Kamu ini kenapa sih? Bukan urusan kamu juga ngapain tanya-tanya. Lepaskan, aku mau pergi,” jawab Jett mengempaskan tangan istrinya.“Kamu ini ganggu bisanya ganggu saja. Orang mau berangkat buru-buru,” ucap Jett kesal entah siapa yang menghubunginya.Pria ini mempercepat langkah kaki tidak tahan terlalu lama sehingga dia berlari kecil menuju ke luar. Entah kabar apa dan dari siapa menunggu di hotel.Deru mesin mobil membelah pelataran rumah mewah pria ini. Nata mengint
“Kamu mau aku melakukan seperti Nata?” tanya Jett mengempaskan tangannya kesal.“Kamu berani melakukannya? Lakukan sekarang,” teriak Venus emosi tingkat dewa.Jett membuang pandangan menatap sejauh apa pun bisa ditatapnya.Aku nggak menduga wanita ini juga membuat masalah. Jett membatin kesal.“Keluar,” teriak Jett tidak bisa lagi menahan emosinya.Tentu saja, wanita sekarang bersamanya menatap manik hitam di depan seperti mau melahap habis.“Ingat jangan menyesal,” balas Venus gantian membuang pandangan kesal.Tetapi mendadak, wanita ini menghentikan langkahnya lalu terpaksa memutar kakinya.“Dengarkan baik-baik. Hubungan kita juga perlu waktu. Kita jangan bertemu kalau kamu masih marah-marah tidak jelas,” ucap Venus mengulurkan telunjuknya pada Jett.Wanita ini menyeka kasar bulir air di pipinya, lalu memutar tubuhnya. Detik berikutnya, dia menarik langkah kesal.Aku tidak menyangka kalau pri
“Apa Mas serius menanyakannya?” tanya Nata ganti bertanya dengan pertanyaan sama.“Apa maksud kamu? Jawab dulu pertanyaan aku,” kata Jett enggan menjawab pertanyaan dari Nata.“Apa pertanyaanku ada yang salah? Setahuku, Mas yang selingkuh. Kenapa jadi memojokkanku?” tanya Nata semakin membuat Jett tidak bisa bergerak bebas.“Mikir kalau tanya. Aku nggak punya waktu untuk selingkuh,” jawab Jett berusaha mengelak dengan caranya.“Selingkuh itu enggak perlu waktu luang. Selingkuh itu hanya perlu kesempatan,” balas Nata semakin Jett melotot seolah dari manik hitamnya keluar sinar laser siap menusuk istrinya.“Nata, jaga bicara kamu,” pekik Jett tatapannya mengisyaratkan tidak mau disalahkan.“Kenapa? Apalagi yang salah?” tanya Nata pun sekarang tidak mau hanya diam saja.“Lihat dulu kamu bicara dengan siapa. Kamu bicara dengan suami. Jaga sopan santun kamu,” kata Jett nada suaranya masih tinggi.“Apa Mas bilang sopa
Robert tertawa kecil menanggapi pertanyaan suami Nata. Entah dia harus jawab apa supaya meyakini suami Nata.“Kenapa ketawa? Apa yang lucu?” tanya Jett merasa tidak dihargai. Bukannya menjawab pertanyaan malah tertawa.Robert seolah membutuhkan bantuan jawab sehingga menatap Nata cukup lama. Wanita ini mengerjap tanda memberitahu terserah Robert menjawab apa.“Sebelumnya kita pernah bertemu. Maaf kalau kedatangan aku ke sini membuat tidak nyaman,” jawab Robert mengulurkan tangan berniat menyalami Jett. Sayangnya, suami gila itu enggan menyambut uluran tangan ini.“Apa kamu pikir aku mau bersalaman?” tanya Jett membuang pandangan ke segala arah.“Maaf, aku hanya mau berkenalan. Aku dan Nata hanya teman sebatas membantu saja tidak lebih dari itu,” jawab Robert berusaha jujur.“Apa yakin percaya dengan ucapan kamu?” tanya Jett entah apa tujuannya berusaha memojokkan Robert.“Aku tidak yakin bisa membuat percaya orang lain d