Share

Bab 7 Taruhan Cinta

“Bu, bukan maksud saya seperti itu Pak,” ucap Venus gugup serta keningnya mendadak berkeringat.

“Kenapa? Apa kamu membenci wanita berhasil membujuk saya? Apa target pekerjaan kamu tidak terpenuhi? Sayang sekali,” ucap Pak Broto menyindir wanita di depannya yang tidak tahu diri.

“Saya tidak memiliki pemikiran itu. Saya hanya heran kenapa Pak Broto terbujuk olehnya. Dia tidak bekerja di hotel ini,” balas Venus tidak mau dianggap remeh.

“Saya pikir kamu tidak tahu siapa dia. Saya hanya mau mengatakan kamu cukup tahu jika wanita kemarin pantas bekerja di hotel berbintang lima,” kata Pak Broto masih saja menyisipkan pujian untuk Nata.

Siapa pun dia, aku tidak peduli. Aku hanya malas mendengar orang lain selalu memujinya. Padahal, dia juga tidak bisa apa-apa selain berada di dapur. Venus membatin kesal.

“Maaf pergaulan saya terlalu sempit sehingga tidak mengenal banyak orang termasuk wanita yang membujuk Pak Broto menginap di sini,” balas Venus sebetulnya sangat tahu.

“Saya juga tidak peduli bagaimana pergaulan kamu. Saya hanya tidak terima dengan sikap kamu kurang ajar. Saya menganggap kali ini keteledoran hotel ini. Saya tidak mau memperpanjangnya. Silakan pergi dari sini,” balas Pak Broto enggan berurusan lagi dengan Venus. Beliau berbisik pada sekretarisnya pengganti lainnya.

Lihat saja nanti Nata, kamu pasti tidak berhenti menangis. Venus membatin sambil mengancam.

“Saya minta maaf jika tidak berkenan. Saya permisi,” ucap Venus singkat melihat ekspresi Pak Broto tidak nyaman.

Venus menarik langkah mundur menjauh dari beliau diiringi mendengus kesal.

“Kenapa sih semua selalu memuji wanita tidak tahu diri itu? Dia tidak bekerja di sini. Kenapa ikut campur urusan hotel. Dasar wanita tidak tahu malu,” ucap Venus mengetakkan kaki hingga gesekan sepatu berhak tinggi membunyikan suara khas di lantai granit.

Venus tetap melangkah tidak peduli siapa pun di depannya hingga tubuh mereka bertabrakan.

“Aduh, kalau jalan lihat pakai mata dong,” kata Venus mengatur napasnya berantakan tidak mengenali seseorang di depannya.

“Kamu yang jalan pakai mata udah salah marah lagi,” protes Jett merasa dirinya selalu benar.

“Bisa-bisanya kamu ada di sini juga. Kurang kerjaan,” ucap Venus geram.

“Kamu ini kenapa tiba-tiba marah enggak jelas? Apa kamu melampiaskan kemarahan sama aku?” tanya Jett berpikir orang pertama harus tahu apa kesulitan Venus di hotel ini.

“Istri kamu itu selalu mempersulit orang lain. Udah begitu dia juga mengganggu hubungan kita,” jawab Venus mengutarakan sebab kemarahannya.

“Apalagi yang dilakukannya?” tanya Jett lagi tidak sabaran melihat kesalahan istrinya.

“Apa karena Pak Broto?” tanya Jett menebak.

“Ya siapa lagi kalau bukan pria tua itu. Aku kesal tahu, pria tua itu selalu memuji istri kamu. Padahal, dia juga tidak bekerja di sini,” jawab Venus sengit.

“Kamu cemburu?” tanya Jett penasaran mau tahu sikap selingkuhannya.

“Kalau cemburu tidak juga. Aku cuma kesal saja dia menerima pujian, padahal hanya melakukan hal biasa,” balas Venus tidak terima. Bekerja lebih dari 5 tahun di Clarosta Hotel tergantikan oleh wanita tidak sampai dua jam berada di sini.

“Aku tidak yakin kalau istri kamu tidak mendapatkan hadiah,” lanjut Venus melanjutkan kekesalannya.

“Kalau kamu nggak cemburu berhentilah berpikir hal enggak penting bagaimanapun Nata masih istri sahku. Kalau hadiah, aku rasa nggak mungkin. Di rumah dia berkecupan, kalau aku mengizinkan pun dia mencari pekerjaan yang disukai. Jangan berpikir macam-macam tentangnya,” ucap Jett terdengar membela istrinya.

Bibir wanita ini membentuk lengkungan tawa kecil.

“Kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu dari ucapan aku baru saja?” tanya Jett menoleh ke samping.

“Apa kamu tidak merasa bersalah memujinya di depan aku?” tanya Venus meradang sambil membuang pandangan ke arah lain.

“Aku enggak memuji Nata, itulah kenyataannya. Aku juga berada di posisi yang salah,” jawab Jett tidak memungkiri Nata masih istri setia baginya.

“Sudah cukup, aku tidak mau kamu terus memuji Nata. Aku pikir kita sering bermalam di kamar hotel membuat hubungan menjadi dekat, ternyata kamu tidak berhenti memuji istri kamu,” ucap Venus berpikir salah tanggap dengan hubungan mereka.

“Aku enggak bermaksud memuji dia terus-menerus,” balas Jett membelai rambut wanita selingkuhannya.

“Terserah apa kata kamu, aku tidak mau mendengarnya. Aku pikir hubungan kita perlu dipertanyakan mau sejauh mana,” balas Venus tidak tahan dengan sikap Jett.

Venus memutar tumit sepatu berhak tinggi mempercepat langkah menjauh dari Jett.

“Kamu nggak berhasil pakai cara ini. Hitungan ketiga, kamu menoleh ke belakang,” kata Jett membuat taruhan untuk selingkuhannya.

“1, 2, 3,” ucap Jett menghitung.

“Sial, dia serius marah sama aku,” kata Jett juga memutar tumit sepatu pantofel kembali bekerja.

Kini menjelang malam, roda mobil milik Jett menepi di depan teras rumah. Dia mematikan mesin, lalu menurunkan sepatu pantofelnya menginjak beranda rumah.

“Aku harus buat perhitungan dengannya,” ucap Jett memegang handel pintu tak lama terbuka.

“Pulang cepat Mas?” tanya Nata hanya basa-basi.

“Kenapa akhir-akhir ini kamu mengganggu pekerjaan Mas?” tanya Jett tanpa basa-basi layaknya suami pulang kerja.

Kamu mengikuti juga keinginan supaya tampil cantik di depan aku. Jett membatin sambil melihat istrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Aku nggak ganggu. Mas tahu kalau 24 jam, aku berada di rumah,” jawab Nata jujur.

“Aku enggak berterima kasih saat kamu membujuk Pak Broto bukan berarti bisa seenaknya ikut campur dalam pekerjaan,” ucap Jett mencari pembenaran.

“Ini ada apalagi kesalahan dilimpahkan ke aku? Asal Mas tahu, aku juga nggak berharap ucapan terima kasih dari kamu. Aku juga nggak bisa mengendalikan pikiran orang lain termasuk Pak Broto. Kamu jangan selalu melimpahkan kesalahan sama aku, Mas. Sebelumnya, aku udah menyinggung kalau Mas jarang cerita tentang pekerjaan,” balas Nata panjang lebar tidak mau selalu disalahkan.

“Mas jangan bilang mengelabui aku bekerja di hotel justru selingkuh,” lanjut Nata menggugah pendirian pria ini.

Sial dari mana Nata tahu kalau aku selingkuh? Siapa yang memberitahunya? Jett membatin bertanya.

“Mas serius kerja di hotel,” jawab Jett menyembunyikan rasa gugupnya.

Berhentilah berbohong Mas. Mau sampai kapan kamu membodohi aku? Nata pun membatin bertanya-tanya mau lihat sejauh mana suaminya bergerak.

“Buktinya?” tanya Nata singkat membutuhkan jawaban jelas.

“Nggak usah, Mas,” lanjut Nata sudah tahu buktinya.

“Kenapa berpikir kalau aku selingkuh?” tanya Jett tetap menyalahkan Nata.

“Naluri seorang istri nggak bisa dibohongi,” jawab Nata masuk akal juga.

Bibir pria ini membentuk tawa merekah mengundang tanda tanya pada istrinya.

“Aku pikir nggak ada yang lucu. Oh ya aku mau tanya waktu di hotel kemarin, ada seorang wanita yang kelihatannya nggak senang sama aku. Apa teman kamu, Mas? Aku hanya mau bertemu lalu kenalan sama dia,” kata Nata berusaha memancing sejauh mana suaminya berkata jujur.

“Kamu terlalu berlebihan, mungkin saja bawahan. Aku enggak mengenal semuanya,” jawab Jett berbohong sempurna.

“Apa Mas yakin?” tanya Nata menjebak pertanyaan lagi.

“Aku lihat kalian sangat akrab,” tambah Nata.

“Kamu salah lihat mungkin,” balas Jett mengelak.

Sudut bibir wanita ini membentuk lengkungan senyum tipis.

“Kenapa Mas dari tadi jawabnya gugup? Apa wanita itu selingkuhanmu?” tanya Nata tak beda jauh seperti petir menggelegar di samping telinga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status