Robert melihat layar ponsel yang ditunjukkan padanya. Lalu … dia menatap wajah cantik ini.
“Terserah kamu. Aku tidak berhak, melarang.”Meta di sini ragu, apa dia harus menjawab panggilan telepon ini.“Kalau kamu ragu, tidak perlu diangkat. Kalau sekiranya, kamu menjawab panggilan ini, kamu bisa mendapatkan informasi. Aku pikir tidak masalah,” saran Robert.“Ada benarnya, ucapanmu. Aku jawab saja panggilan ini.”“Ingat, jangan sampai identitas kamu diketahui.”Nata mengangguk. “Iya, Bert.”Nata menyentuh layar ponsel, berniat menjawab panggilan di ponselnya, sedangkan Robert menarik diri. Laki-laki ini menjauh dari Meta, memberikan ruang supaya wanita ini menjawab panggilan.“Semoga saja, Nata tidak mengatakan identitasnya siapa,” harap Robert.Laki-laki ini menempatkan pantatnya di sofa depan, menunggu siapa tahu ada yang mendesak masuk.Wanita ini menempelkan ponsel di samping telinganya. SejTanpa Nata tahu, Jett mengepal tangannya sangat kuat, hingga memperlihatkan urat-urat di telapak tangannya.“Nata! Jaga bicara kamu. Selama ini, aku pikir kamu wanita berpendidikan. Kenapa sekarang cara bicara kamu seperti preman?”“Apa maksudmu, Mas? Aku tanya sesuai kenyataan. Kalau kamu nggak terima terus salahku? Salah pernikahan kita? Sudah pasti salah kamu memilih wanita jalang itu.”“Detik ini, aku tanya. Apa kita bisa bertemu?”“Nggak, Mas. Aku nggak mau ketemu sama kamu. Untuk apa juga ketemu, ujung-ujungnya kamu hanya memukuliku. Kita akan ketemu di pengadilan. Aku pikir itu waktu dan tempat yang layak.”“Kamu serius jawabnya?”“Iya, aku serius. Bahkan, sangat serius!”Jett menggaruk-garuk kepalanya walau tidak terasa gatal. Dia berpikir jalan apa yang harus ditempuh, untuk menemuinya. Jett hanya … mau memastikan bukan istrinya pelaku menyebarkan video panas itu.“Nata, apa enggak ada lagi cinta di antara kita?”“Nggak ada, Mas!” Bia sangat kecewa suaminya tidak sedikitpun m
“Hei, apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Nata berteriak sedikit mendorong tubuh suaminya.“Apa aku enggak boleh mencium istriku?” tanya Jett perasaannya ternodai.“Kamu ini gila, apa yang kamu inginkan dari aku?” tanya Nata sambil punggung tangannya mengelap bibir.“Dek, kamu enggak salah tanya?” tanya Jett garis emosinya mulai terbentuk.“Minggir,” ucap Nata masih bersikeras mendorong tubuh suaminya.Manik hitam pria ini memerah lalu telapak tangannya sudah bersiap di depan wajah Nata.“Mas mau menampar aku? Silakan,” kata Nata mengarahkan pipi serta menatap tajam. Manik hitamnya mengeluarkan sinar laser.Jett tidak bisa menahan gejolak emosi. Dia melayangkan satu pukulan ke wajah cantik istrinya.“Auw, Mas,” pekik Nata mendadak bulir-bulir air membasahi pipinya.“Kenapa? Sakit? Kurang?” tanya Jett emosinya meninggi.Lirikan tajam wanita ini justru membuat Jett semakin geram.“Mas tega melakukan ini sama aku,” protes Nata memegang bekas tamparan suaminya.“Tega?” tanya Jett mendeka
“Mas, aku mau pergi,” pamit Nata pada suaminya.“Hemm,” jawab Jett tidak peduli ke mana pun istrinya pergi.Apa-apaan, aku ini mau pergi. Pamit malah dicuekin. Nana membatin kesal.“Mas nggak papa aku tinggal sebentar?” tanya Nata berusaha bersikap ramah setelah drama semalam. Dia berusaha melupakan kejadian semalam dianggapnya tidak penting.“Hem,” balas Jett lagi masih dengan jawaban yang sama.Nata memutar tumit sepatunya mengarah ke arah beranda rumah walau sambil mendengus kesal.“Apa dia nggak peduli sedikit pun sama aku?” tanya Nata merasa diabaikan.Langkah kaki wanita ini mengantarkannya ke sebuah tempat yang seharusnya tidak dilepaskan begitu saja. Kalau saja tidak demi suaminya yang tersisa hanya melekat di tubuh Nata.“Apa mau menemui aku lagi?” tanya Nata gelisah kala menginjak lobi hotel bintang lima.Nata mengembuskan napas berat. Langkah kakinya melambat kala melihat seorang pria tua berjalan cepat tanpa menghiraukannya.“Kenapa nggak menoleh ke sini?” tanya Nata berha
Dua pemilik hotel bintang lima terkenal bekerja sama mengungkap perselingkuhan terutama Nata. Dia harus menjalankan balas dendamnya. “Aku nggak yakin keuntungan apa yang kamu maksud. Aku hanya bisa memastikan hubungan mereka hancur,” jawab Nata naik pitam jika mengingat beberapa menit yang lalu.Robert mengernyit berpikir tidak boleh salah langkah.“Apa kamu ragu? Kalau kamu nggak yakin, aku bisa melakukannya sendiri,” kata Nata tidak sabar menunggu jawaban pria ini.“Aku setuju, hanya apa langkah kita bisa membuat mereka jera,” jawab Robert tetap setuju.“Kita nggak akan tahu kalau nggak mencobanya,” balas Nata pun tidak tahu hasil akhirnya. Dia hanya ingin suaminya hancur baik itu karir dan kehidupannya.“Sekarang aku tanya. Kalau kamu mau balas dendam. Apa berani menggunakan kekuasaan yang kamu punya? Dilihat-lihat sekarang kamu tidak punya apa-apa,” kata Robert mau tahu cara wanita ini balas dendam pada suaminya.Mendadak, Nata kicep seketika mendengar kata kekuasaan.Aku nggak b
“Apa aku nggak boleh menangkis tangan suami yang seharusnya melindungi justru melukai? Lalu apa peduli Mas, aku mau pergi ke mana? Kenapa mendadak peduli sama istrinya?” tanya Nata menekan kata istri berharap Jett masih mengingat statusnya.“Apa kamu bilang? Aku melukai kamu? Kamu yang terus melawan Dek. Apa kamu lupa? Perlu aku ingatkan? Kamu enggak perlu jadi apa-apa, kamu hanya perlu mengikuti apa keinginan aku,” kata Jett uring-uringan.Nata mengempaskan tangan suaminya.“Kamu berani sekali melakukannya?” tanya Jett melotot tajam.Nata terkekeh mendengar pertanyaan suaminya.“Kamu masih bisa ketawa? Apa yang lucu?” tanya Jett meradang.“Untuk apa takut saat bersama suamiku. Kenapa kaget melihat aku berani melawan?” tanya Nata berusaha tenang walau sulit.“Apa Mas pikir aku akan selalu menjadi istri selalu ditindas dan diremehkan? Apa Mas nggak sadar melakukannya?” tanya Nata entah emosi apa yang bisa menggambarkan dirinya sekarang.Aku nggak akan bisa seperti dulu lagi Mas. Kamu s
Suara beradunya sendok dan piring tanpa adanya percakapan di antara mereka saat sarapan walau sesekali Nata melirik ke arah suaminya.“Ada yang mau kamu tanyakan?” tanya Jett menyadari istrinya melihat terus.“Mas apa nggak ada yang mau dikatakan?” tanya Nata balik.Aku mau tahu apa Mas mengajak pergi. Nata membatin.“Enggak ada,” jawab Jett tegas.“Kenapa? Apa ada yang mau kamu tahu?” tanya Jett memancing apa yang istrinya mau tahu lagi.“Apa aku nggak diajak makan malam?” tanya Nata balik.“Nanti malam?” tanya Jett pura-pura lupa.Dari mana dia tahu makan malam bersama? Jett membatin tanya.“Iya nanti malam. Apa aku nggak boleh ikut?” tanya Nata menawarkan diri ikut makan malam. Dia yakin pasti mendapat kejutan besar.Bukannya kamu enggak boleh ikut. Aku takut kamu mengacaukan segalanya di sana, apalagi ada tamu yang sulit aku taklukan menginap di hotel. Jett membatin ragu jika mengajak istrinya.“Apa Mas takut kalau aku mengganggu?” tanya Nata memancing. Dia pikir bisa tahu siapa w
Makanan di piring tidak mampu membagi perhatian pria tampan ini. Manik hitam pria ini tidak berhenti menatap wajah cantik istrinya.“Ada apa? Apa ada yang salah sama aku? Atau ada yang menempel di wajahku?” tanya Nata saat mau menyuapkan makanan ke mulutnya.Nata meletakkan kembali sendok di piring sambil melirik ke arah suaminya.“Kenapa Mas?” tanya Nata seolah belum puas mendapatkan jawaban.“Enggak ada apa-apa di wajah kamu. Aku hanya bingung saja sama kamu,” jawab Jett justru mengaduk-aduk makanan di piring.“Bingung? Apa aku membuat kesalahan?” tanya Nata merasa tidak melakukan kesalahan walau tanpa disadarinya.“Bukannya kamu selalu membuat kesalahan setiap hari?” tanya Jett bukan tujuan ini menatap istrinya.“Aku yakin Mas mau tanya sesuatu. Apa yang mau Mas tanyakan?” tanya Nata berpikir apa yang mau diketahui suaminya.“Mas hanya mau tahu apa tujuan kamu sebenarnya?” tanya Jett juga berpikir pasti ada yang disembunyikan darinya.“Aku nggak ngerti maksud pertanyaan Mas,” jawab
“Bu, bukan maksud saya seperti itu Pak,” ucap Venus gugup serta keningnya mendadak berkeringat.“Kenapa? Apa kamu membenci wanita berhasil membujuk saya? Apa target pekerjaan kamu tidak terpenuhi? Sayang sekali,” ucap Pak Broto menyindir wanita di depannya yang tidak tahu diri.“Saya tidak memiliki pemikiran itu. Saya hanya heran kenapa Pak Broto terbujuk olehnya. Dia tidak bekerja di hotel ini,” balas Venus tidak mau dianggap remeh.“Saya pikir kamu tidak tahu siapa dia. Saya hanya mau mengatakan kamu cukup tahu jika wanita kemarin pantas bekerja di hotel berbintang lima,” kata Pak Broto masih saja menyisipkan pujian untuk Nata.Siapa pun dia, aku tidak peduli. Aku hanya malas mendengar orang lain selalu memujinya. Padahal, dia juga tidak bisa apa-apa selain berada di dapur. Venus membatin kesal.“Maaf pergaulan saya terlalu sempit sehingga tidak mengenal banyak orang termasuk wanita yang membujuk Pak Broto menginap di sini,” balas Venus sebetulnya sangat tahu.“Saya juga tidak pedul
Tanpa Nata tahu, Jett mengepal tangannya sangat kuat, hingga memperlihatkan urat-urat di telapak tangannya.“Nata! Jaga bicara kamu. Selama ini, aku pikir kamu wanita berpendidikan. Kenapa sekarang cara bicara kamu seperti preman?”“Apa maksudmu, Mas? Aku tanya sesuai kenyataan. Kalau kamu nggak terima terus salahku? Salah pernikahan kita? Sudah pasti salah kamu memilih wanita jalang itu.”“Detik ini, aku tanya. Apa kita bisa bertemu?”“Nggak, Mas. Aku nggak mau ketemu sama kamu. Untuk apa juga ketemu, ujung-ujungnya kamu hanya memukuliku. Kita akan ketemu di pengadilan. Aku pikir itu waktu dan tempat yang layak.”“Kamu serius jawabnya?”“Iya, aku serius. Bahkan, sangat serius!”Jett menggaruk-garuk kepalanya walau tidak terasa gatal. Dia berpikir jalan apa yang harus ditempuh, untuk menemuinya. Jett hanya … mau memastikan bukan istrinya pelaku menyebarkan video panas itu.“Nata, apa enggak ada lagi cinta di antara kita?”“Nggak ada, Mas!” Bia sangat kecewa suaminya tidak sedikitpun m
Robert melihat layar ponsel yang ditunjukkan padanya. Lalu … dia menatap wajah cantik ini.“Terserah kamu. Aku tidak berhak, melarang.”Meta di sini ragu, apa dia harus menjawab panggilan telepon ini.“Kalau kamu ragu, tidak perlu diangkat. Kalau sekiranya, kamu menjawab panggilan ini, kamu bisa mendapatkan informasi. Aku pikir tidak masalah,” saran Robert.“Ada benarnya, ucapanmu. Aku jawab saja panggilan ini.”“Ingat, jangan sampai identitas kamu diketahui.”Nata mengangguk. “Iya, Bert.”Nata menyentuh layar ponsel, berniat menjawab panggilan di ponselnya, sedangkan Robert menarik diri. Laki-laki ini menjauh dari Meta, memberikan ruang supaya wanita ini menjawab panggilan.“Semoga saja, Nata tidak mengatakan identitasnya siapa,” harap Robert.Laki-laki ini menempatkan pantatnya di sofa depan, menunggu siapa tahu ada yang mendesak masuk.Wanita ini menempelkan ponsel di samping telinganya. Sej
Nata memutar tumitnya, lalu mengayunkan langkah lembut. Dia menangkup tangan keriput ini.“Kek, aku mau pergi ke hotel dulu. Aku menyelesaikan, masalah yang ada. Aku harap, keputusan ini nggak merugikan banyak orang. Kakek, tunggu sebentar ya. Aku nggak akan lama kok di hotel.”Nata hanya bisa merasakan, kalau Kakek Dewo memberinya izin.“Jujur, aku juga berat Bert, pergi di saat kakek terbaring.”“Tetapi … kamu tetap harus pergi bukan.”“Iya, aku harus memberikan hukuman, sama Venus. Kalau aku nggak melakukan, aku diprotes lainnya.”“Aku menyadari, posisi kamu sangat sulit.”“Kek, terima kasih sudah bertahan. Tunggu … Nata ya, nggak lama.”“Bert, aku pikir menyelesaikan urusan, di hotel dulu. Setelah itu, aku pasti punya banyak waktu, menemani kakek.”“Aku, tidak bisa mencegah kamu pergi.”Nata menatap cukup lama wajah keriput di dekatnya. “Kek, aku siap-siap pergi, ke hotel dulu ya.”Beliau seperti menggerakkan pelupuk mata, tanda setuju.“Terima kasih, Kek.”Nata merasa lega, kakek
Deg, deg. Jantungnya tidak berhenti berdegup kencang. Dia mengatur perlahan setiap hembusan napas, dia tahu seseorang yang menghubungi bukan orang biasa.“Setelah dipikir-pikir, aku perlu memberitahu Pak Dewo untuk masalah ini. Aku tahu pada akhirnya, hotel ini akan menjadi milikku, tapi … masih ada beliau yang harus diminta pendapat dan keputusan. Untuk saat ini, kalian bisa kembali bekerja atau istirahat. Aku akan pastikan memberikan penjelasan, besok.”“Lalu untuk Venus, kamu bisa pulang, dan beristirahat. Besok, temui aku.”Meta tidak mau panjang dan lebar, dia hanya perlu segera pergi dari sini, tetapi … sebentuk tangan menghentikan langkahnya.“Bu Meta, aku tidak melakukannya. Aku minta dengarkan dulu.”Meta mengembuskan napas kesal. “Apa kamu nggak dengar temui aku besok?”“Aku dengar, Bu. Aku hanya minta, Bu Meta dengarkan dulu.”“Aku akan dengarkan besok. Sekarang, coba kamu lihat, mereka juga lelah. Selain itu, ini sudah larut malam. Apa kamu sendiri nggak ngantuk?”Malam in
Jett mengedarkan pandangan sambil melihat satu per satu dari mereka yang menatap dan berbisik. Dia mendekatkan tubuhnya pada Meta.“Aku enggak tahu, apa yang terjadi,” bisik Jett jujur.“Aku harap, kamu bicara jujur.”“Aku jujur. Apa yang harus ditutupi? Seharusnya, Bu Meta memberitahu, apa yang terjadi?”Meta tidak sampai hati memberitahu, tetapi … di satu sisi. Dia sangat bersyukur, entah siapa pun yang menyebarkan video ini, bisa jadi jalan hubungan Venus dan Jett hancur.“Bu—Bu Meta, mau kapan memberitahu kita di sini?” tanya Jett tidak sabar menunggu.“Aku sendiri enggak tahu, bagaimana memberitahu kalian.”“Maksud, Bu Meta?”“Aku tahu, berita ini enggak seharusnya diberitahu, tapi …”“Tapi apa, Bu?” tanya Jett lagi, dia mewakili mereka–yang ada di ruang rapat.“Tapi, kalian harus tetap mendengarkan dari mulutku.”“Bu Meta, bilang saja. Aku dan yang lainnya siap mendengar.”Meta menatap mereka satu per satu, tidak terkecuali Jett. Manik hitamnya berhenti menatap pria ini cukup la
Manik hitam mereka bertemu dalam satu titik yang sama, tetapi dengan pemikiran yang berbeda.Jett terperanjat mendengar pertanyaan dari Venus hingga memberi jarak sekitar tiga langkah mundur.“A…apa kamu bilang? Hubungan aku… dan Nata berakhir? Apa maksud pertanyaan kamu?”“Aku menebak saja. Kalau benar berarti keberuntungan sedang berpihak sama aku.”“Kenapa kamu bisa berpikir kalau hubungan aku berakhir? Hanya karena enggak ada drama?”“Ya, dilihat akhir-akhir ini enggak ada drama.”“Bukan urusan kamu mau tahu lebih banyak hubungan aku dengan Nata. Aku ingatkan!”“Apa kamu mengancam aku?”“Enggak. Hanya mengingatkan, supaya kamu jangan melewati batas,” jelas Jett menarik garis di antara mereka.“A—Apa kamu bilang? Melewati garis? Cih, aku tidak akan melakukannya.”“Terserah kamu, mau melakukannya atau enggak, tetapi satu hal yang perlu kamu tahu. Hubungan aku dengan Nata baik-baik saja.”“Baguslah, kalau baik-baik saja,” balas Venus sinis.Isi kepala Jett saat ini hanya mendekati Me
Tangan wanita ini bergetar hebat saat menutup memegang ponsel dengan layar perlahan menggelap, sedangkan kening Robert terlukis tanda tanya besar.‘Sebaiknya aku tanya atau tidak?’ batin Robert penasaran.“Apa sesuatu terjadi, Nata?”Tidak ada jawaban meluncur dari mulut wanita ini.“Nata, Nata,” panggil Robert berharap wanita ini mendengarkan.Iris mata wanita ini berkaca-kaca. “Kakek,” ucap Nata gemetar.“Ada apa dengan kakek Dewo? Kamu mau pergi menemuinya? Ayo, aku antar.”“Nggak, nggak. Aku bisa pergi sendiri.”Telapak tangan lebar gerak cepat meraih pergelangan tangan wanita ini.“Tunggu. Kamu tidak bisa pergi dalam keadaan seperti ini. Aku antar.” Robert kekeh mau mengantar.Wanita ini gelisah berjalan mondar-mandir. Sementara Robert juga bingung.“Sekarang, kamu ambil tas atau apa pun yang bisa dibawa. Aku … aku tunggu di mobil.”“O—Itu. Iya, aku ambil tas dulu.”Robert mengulurkan tangan membantu Nata masuk ke mobil.“Ayo, kita pergi sekarang.”“Iya,
Kini, Jett berusaha menutupi rasa gugupnya. Pertanyaan ini tidak mampu dijawabnya.“Istri aku di rumah,” jawab Jett cukup singkat untuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang. Lalu dia menyesap minuman di depannya hingga tersisa gelas kosong.“Apa kamu haus? Mau lagi winenya?” tanya Meta menawarkan sambil memanggil pelayan supaya menuangkan minuman.“Boleh tambah sedikit sepertinya aku haus,” jawab Jett tidak bisa berbohong kalau tidak bicara jujur pasti kehausan.Sedangkan wanita ini memiliki pemikiran sendiri. Haus atau memang tidak bisa menjawab pertanyaan darinya.“Di rumah? Sayang sekali nggak diajak. Aku pikir bisa mengenal keluarga kalian juga. Nggak usah dipikirkan, aku hanya penasaran mau tahu seperti apa istrimu,” kata Meta secara tidak langsung meledek Jett.“Mungkin, aku akan bawa lain kali atau aku rundingkan dulu dengan istri mengundang Bu Meta makan malam di rumah kami. Istri aku pintar memasak, masakannya sud
Nata mengukir senyum, lalu memegang tangkai gelas wine. Dia menggoyangkan gelas, lalu menyesapnya perlahan sambil menikmati aroma wine. Dia pun meninggalkan bekas lipstik di bibir gelas, melirik sekilas sembari meninggalkan getaran perasaan pada pria di dekatnya.“Untuk itu aku mengajakmu makan malam. Aku nggak berharap banyak sama makan malam ini bisa menyelesaikan salah paham di antara kita,” kata Meta meletakkan gelas wine di dekatnya.“Salah paham di antara kita?” tanya Jett mulai menaruh penasaran pada wanita ini.Jett memiliki tujuan sendiri dengan ajakan malam ini berharap bisa mendekati wanita ini.“Iya, aku pikir harus meluruskan beberapa hal supaya selanjutnya nggak ada salah paham. Aku merasa nggak nyaman saja langkah ini kalau ada salah paham sama karyawan,” kata Meta hanya menganggap Jett tidak lebih dari seorang karyawan yang bekerja di hotel.“Aku menebak salah paham di antara kita dimulai dari kalau kamu berpikir aku mengi