Share

Bab 4 Luka Terlalu Dalam

“Apa aku nggak boleh menangkis tangan suami yang seharusnya melindungi justru melukai? Lalu apa peduli Mas, aku mau pergi ke mana? Kenapa mendadak peduli sama istrinya?” tanya Nata menekan kata istri berharap Jett masih mengingat statusnya.

“Apa kamu bilang? Aku melukai kamu? Kamu yang terus melawan Dek. Apa kamu lupa? Perlu aku ingatkan? Kamu enggak perlu jadi apa-apa, kamu hanya perlu mengikuti apa keinginan aku,” kata Jett uring-uringan.

Nata mengempaskan tangan suaminya.

“Kamu berani sekali melakukannya?” tanya Jett melotot tajam.

Nata terkekeh mendengar pertanyaan suaminya.

“Kamu masih bisa ketawa? Apa yang lucu?” tanya Jett meradang.

“Untuk apa takut saat bersama suamiku. Kenapa kaget melihat aku berani melawan?” tanya Nata berusaha tenang walau sulit.

“Apa Mas pikir aku akan selalu menjadi istri selalu ditindas dan diremehkan? Apa Mas nggak sadar melakukannya?” tanya Nata entah emosi apa yang bisa menggambarkan dirinya sekarang.

Aku nggak akan bisa seperti dulu lagi Mas. Kamu sudah menorehkan luka terlalu dalam. Nata membatin berharap balas dendamnya kali ini berhasil.

Jett belum menjawab pertanyaan dari Nata yang datang bertubi-tubi, melainkan dia melihat istrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Apa yang merasuki kamu mendadak berubah? Jett membatin memikirkan penyebab perubahan sikap istrinya.

“Apa yang mau kamu tahu, Dek?” tanya Jett menatap nanar.

Apa pun yang mau kamu tahu enggak bisa menemukannya kecuali Venus berani buka mulut. Jett membatin berharap berjalan sesuai keinginannya.

“Mas serius tanyanya?” tanya Nata ragu.

“Ya serius, apa yang mau kamu tahu?” tanya Jett mengulang pertanyaan.

“Aku mau tahu semuanya,” jawab Nata mengatakan tidak mau ada rahasia di antara mereka.

Aku ragu kalau Mas akan mengatakan semuanya. Nata membatin keraguannya pasti tidak pernah salah.

“Bagaimana pekerjaan di hotel? Masih nyaman?” tanya Nata penasaran jawaban apa yang akan keluar dari mulut suaminya.

Tentu saja Mas masih nyaman bekerja di sana. Wanita itu juga bekerja di sana, kalian bisa bertemu setiap hari tanpa ada yang curiga. Nata membatin kesal.

“Oh kamu hanya mau tahu pekerjaan Mas di hotel. Enggak ada yang beda, setiap harinya sama. Mas anggap wajar kalau ada tamu yang komplain,” jawab Jett mulai bisa mengendalikan emosinya.

Ternyata kamu hanya mau tahu itu. Jangan sampai aku keceplosan memberitahu hal enggak penting. Jett membatin berhati-hati dalam berbicara.

“Hanya itu saja? Aku bilang mau tahu semuanya nggak hanya pekerjaan di hotel saja,” balas Nata bagi yang tidak mengenal dekat terdengar egois.

Sialan kamu mau tahu apalagi. Jett membatin berusaha menahan emosi yang berhasil dikendalikannya.

“Ya hanya itu saja. Mas kadang pulang malam sering makan dengan junior di hotel. Mas enggak enak kalau menolak,” jawab Jett berbohong. Junior yang dimaksud hanya Venus.

“Yakin nggak ada yang lain?” tanya Nata menatap curiga mengundang Jett melotot.

“Ya itu saja nggak ada lainnya,” jawab Jett mendengus kesal sambil berlalu dari hadapan istrinya.

Jett mempercepat langkahnya.

“Mas mau ke mana? Mas, aku belum selesai bicara,” kata Nata berteriak memanggil suaminya walau tidak peduli.

“Bukan urusan kamu,” jawab Jett berteriak jauh suaranya masih terdengar.

Jett menjejakkan kaki di depan mobilnya, entah mau pergi ke mana. Dia merogoh saku celana mengambil batangan pipih di sana.

“Aku enggak salah lihat kalau Nata pergi ke hotel, tetapi ada urusan apa di sana?” tanya Jett tidak tahu alasan istrinya di sana.

“Sudahlah, aku enggak mau pusing gara-gara masalah ini lebih baik pergi menghindar. Semakin lama diladeni enggak ada habisnya,” ucap Jett merengut.

Jemarinya menyentuh layar ponsel lalu menemukan nama Venus di sana. Satu panggilan mengarah ke arahnya. Dering pertama belum ada jawaban membuat Jett gelisah.

“Ke mana wanita gila ini lama sekali menjawabnya?” tanya Jett mengepal tangannya.

“Halo sayang,” sapa Venus manja.

“Di mana?” tanya Jett tidak sabar menunggu.

Wanita ini sudah siap dengan pakaian dinas setiap bertemu Jett. Pria mana yang tidak tergiur jika bertemu wanita seperti Venus. Jett mengelus pipi Venus lalu menjambak rambutnya.

“Hei, apa yang mau kamu lakukan? Aku salah apa?” tanya Venus tidak tahu sebelumnya apa yang terjadi.

“Semua wanita sama saja banyak maunya,” gerutu Jett.

“Kamu ini ngomong apa?” tanya Venus tidak mengerti ke mana arah pembicaraan mereka.

“Ya kamu saja sama wanita lainnya. Banyak maunya, banyak tanya. Semua udah dituruti masih minta lagi. Apa enggak bisa ikuti saja sesuai keinginan aku?” tanya Jett mengundang Venus menggeleng bingung.

“Jett pergi dari sini kalau kamu hanya mau marah-marah saja. Aku menyesal mengenakan pakaian dinas ini. Ke luar dari kamar ini, aku mau ganti pakaian,” teriak Venus tegas tidak mau pria ini melampiaskan kemarahan padanya.

“Maaf, aku enggak bermaksud marah-marah sama kamu,” balas Jett bergerak cepat memegang tangan mungil wanita ini.

“Jangan marah, jangan tinggalin aku,” pinta Jett minta maaf menyemprotkan kemarahannya.

Venus tidak mudah memberikan maaf begitu saja. Sekilas dia melirik pria ini memohon maaf. Dia tidak tega.

“Janji jangan marah-marah tidak jelas?” tanya Venus ngambek.

“Iya sayang, aku janji,” jawab Jett mengulurkan kelingking tanda janjinya.

“Kenapa marah-marah?” tanya Venus bergayutan di samping Jett.

“Aku enggak berhasil memukul Nata. Dia berhasil menangkis tangan aku. Dia enggak takut sama aku,” kata Jett memberitahu.

“Kamu ini bicara apa? Nata itu wanita lemah, aku ragu kalau dia berani sama kamu,” balas Venus meragukan ucapan Jett.

“Aku serius. Dia terang-terangan menangkis tangan aku saat mau memukulnya. Tatapannya juga semakin berani,” lanjut Jett jujur.

“Nata itu penurut dan pendiam. Beruntungnya kamu bisa selalu menindas dan meremehkannya,” tambah Venus masih ragu.

“Nah itu dia masalahnya. Aku enggak tahu kenapa dia berubah,” kata Jett juga bingung.

“Mungkin kamu tidak menyadari kalau dia berubah. Kamu terlalu sibuk sama aku,” kata Venus manja ujung-ujungnya memuji diri sendiri.

“Ya mungkin saja, tetapi aku enggak bisa menindas, berbuat sesuka hati. Oh iya Nata mulai mencurigai pekerjaan aku di hotel,” balas Jett memberitahu.

“Beritahu saja, pekerjaan kita di hotel juga tidak ada bedanya tiap hari,” ucap Venus tidak berpikir panjang.

“Kamu gila,” seru Jett meninggikan suaranya sambil melotot tajam memperingatkan Venus.

“Kamu saja yang gila, aku masih waras,” kata Venus menyipitkan matanya kesal.

“Apa kamu lupa hubungan kita apa? Kalau aku menceritakan tentang pekerjaan di hotel, Nata bisa tahu hubungan kita,” jelas Jett memberitahu.

“Nata pasti sudah tahu hubungan kita. Dia saja tidak mau banyak bicara,” ucap Venus hanya memberi gambaran jelas.

Gawat kalau sampai Nata tahu hubungan aku dengan suaminya. Aku tidak mau lagi Jett diambil wanita lain. Venus membatin ketar-ketir tidak mau cinta Jett dibagi-bagi.

Tunggu. Ini bisa menjadi kesempatan aku menjatuhkan Nata di depan semua orang. Nata, Nata, di mata aku. Kamu tetap seorang wanita yang lemah. Venus membatin merencanakan hal jahat.

“Sayang, makan malam besok apa Nata diajak juga?” tanya Venus mau mempergunakan kesempatan besok.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status