Makanan di piring tidak mampu membagi perhatian pria tampan ini. Manik hitam pria ini tidak berhenti menatap wajah cantik istrinya.
“Ada apa? Apa ada yang salah sama aku? Atau ada yang menempel di wajahku?” tanya Nata saat mau menyuapkan makanan ke mulutnya.
Nata meletakkan kembali sendok di piring sambil melirik ke arah suaminya.
“Kenapa Mas?” tanya Nata seolah belum puas mendapatkan jawaban.
“Enggak ada apa-apa di wajah kamu. Aku hanya bingung saja sama kamu,” jawab Jett justru mengaduk-aduk makanan di piring.
“Bingung? Apa aku membuat kesalahan?” tanya Nata merasa tidak melakukan kesalahan walau tanpa disadarinya.
“Bukannya kamu selalu membuat kesalahan setiap hari?” tanya Jett bukan tujuan ini menatap istrinya.
“Aku yakin Mas mau tanya sesuatu. Apa yang mau Mas tanyakan?” tanya Nata berpikir apa yang mau diketahui suaminya.
“Mas hanya mau tahu apa tujuan kamu sebenarnya?” tanya Jett juga berpikir pasti ada yang disembunyikan darinya.
“Aku nggak ngerti maksud pertanyaan Mas,” jawab Nata pura-pura tidak tahu.
“Mas enggak minta kamu mengerti. Kamu hanya perlu jawab,” balas Jett melempar sendok ke piring lalu meraih tangkai gelas serta menandaskan segelas air perlahan.
Apa Nata tahu sesuatu atau dia mengikuti ke hotel? Enggak mungkin Nata melakukannya. Jett membatin apa yang dilakukan istrinya.
“Nggak perlu berterima kasih Mas, lagi pula aku melakukannya juga untuk kamu,” kata Nata percaya diri jika suaminya mau berterima kasih sudah membantunya.
“Kamu tahu kalau bukan itu maksud pertanyaan Mas,” ucap Jett enggan berterima kasih walau istrinya sudah membantu meningkatkan karirnya.
“Sebelumnya apa kamu pernah bertemu Pak Broto?” tanya Jett ke inti rasa penasarannya.
“Mas, aku benar-benar nggak ngerti sama pertanyaanmu. Apa Mas pernah mengizinkan aku keluar rumah? Dari mana juga aku bisa mengenal Pak Broto?” tanya Nata balik. Dia harus hati-hati dengan suaminya.
“Siapa tahu kamu keluar diam-diam,” balas Jett memojokkan istrinya.
“Aku baru kenalan di hotel. Itu pun Pak Broto duluan mengajak kenalan. Aku pikir nggak melakukan kesalahan,” jawab Nata jujur walau sebelumnya tahu wajah Pak Broto.
Maaf Dek, Mas enggak percaya begitu saja, tetapi mau gimana mulut ini sulit mengucapkan terima kasih membantu kemarin.
“Mas hanya mau tahu apa tujuan kamu membantu membujuk Pak Broto?” tanya Jett masih diselimuti penasaran.
Kalau mengatakan sejujurnya selesai sudah hidup aku. Nata membatin tidak boleh jujur.
“Maaf Mas kalau nggak nyaman. Di hotel, aku mendengar mereka menjelek-jelekkanmu. Aku nggak mau kamu dijelek-jelekkan. Mereka bilang kalau kamu nggak bisa bekerja hanya modal tampang saja. Mereka juga bilang kalau kamu bermesraan sama wanita lain, tapi aku nggak mau pusing soal itu,” jawab Nata berusaha memancing reaksi suaminya.
Sialan siapa yang membicarakan di belakang aku? Untung saja enggak menyebutkan nama Venus. Jett membatin sambil menata ekspresi wajahnya tetap datar.
“Hanya itu? Enggak ada yang disembunyikan?” tanya Jett berharap istrinya keceplosan.
Mas mau tahu apalagi? Nata membatin bertanya-tanya sudah menduga Jett menyembunyikan wanita itu.
“Iya hanya itu, Mas. Untuk apa juga aku berbohong nggak ada untungnya,” jawab Nata santai. Dia pun hati-hati dalam berbicara.
Jangan harap kamu bisa lepas dari aku. Sehelai rambut pun, aku enggak melepaskan kamu. Jett membatin sambil mengepal tangan.
“Kalau Mas nggak yakin bisa tanya mereka di hotel,” lanjut Nata memberi saran supaya Jett bertanya pada rekan kerjanya.
“Kamu tahu kalau Mas enggak sepenuhnya percaya,” ucap Jett mengakui.
“Lalu apa yang kalian bicarakan sampai Pak Broto mau menginap di Clarosta Hotel cukup lama? Apa kamu menggodanya?” tanya Jett mau tahu.
Nata tidak bisa menahan tawa hingga sudut matanya mengeluarkan air mata bahagia.
“Apa Mas berpikir kalau aku menggoda Pak Broto? Kurang kerjaan. Untuk apa juga menggoda pria lain di saat suamiku lebih menggoda,” jawab Nata tidak mau suaminya memandang rendah.
“Ya enggak tahu juga, Mas pikir kamu hanya menggunakan kecantikan untuk menarik pria tua itu,” balas Jett tanpa disadari menunjukkan sikap cemburu.
“Apa Mas cemburu?” tanya Nata sudut bibirnya membentuk senyuman jahil menggoda Jett.
“Enggak,” jawab Jett singkat dan jelas.
Enggak mungkin Dek, kamu bisa membujuk tanpa adanya iming-iming.
“Apa Mas pikir aku nggak bisa melakukannya? Jangan berpikir kalau aku hanya ibu rumah tangga biasa,” ucap Nata tidak mau juga diremehkan suaminya.
“Apa Pak Broto memberikan hadiah?” tanya Jett belum puas mendapatkan jawaban diinginkannya.
Bibir wanita ini membentuk tawa merekah.
“Apa Mas masih nggak percaya sama aku?” tanya Nata menggeleng melihat suaminya tidak berhenti mencari jawaban.
“Tadi Mas bilang kalau enggak sepenuhnya percaya kamu,” jawab Jett belum berubah masih keras kepala.
Di rumah, aku hanya membuang waktu. Jett membatin kesal sambil menandaskan segelas air.
“Berangkat,” pamit Jett singkat sambil beranjak dari kursi.
Nata hanya melirik sekilas saat suaminya mengentakkan kaki. Bibirnya membentuk lengkungan senyuman.
“Aku hanya bisa membantu supaya kamu nggak dijelek-jelekkan Mas,” kata Nata setelah memastikan suaminya tidak lagi berada di rumah.
Kini, Jett berada di hotel, dia celingak-celinguk mencari wanita kesayangannya.
“Sayang, kamu celingak-celinguk cari siapa?” tanya Venus tanpa malu menyandarkan kepala di pundak pria ini.
“Kamu ini senang banget kagetin aku. Aku cari kamu,” jawab Jett memaksa bibirnya membentuk senyum.
“Jangan dipaksain tersenyum. Apa terjadi sesuatu lagi? Oh aku mau tanya bagaimana istri kamu bisa membuat Pak Broto menginap di sini? Sayang tahu kalau Pak Broto orangnya sangat rumit,” kata Venus ucapannya mengandung rasa penasaran tingkat tinggi.
Jett hanya menggeleng.
“Dia enggak hanya cantik, tetapi juga pintar,” puji Jett mengundang cemburu.
“Masak kamu tidak tahu. Kamu ini suaminya, setiap hari selalu bertemu, dan setiap malam kalian selalu bercinta,” ucap Venus akhirnya kesal juga.
“Bertemu setiap hari bukan berarti tahu semuanya, kecuali kamu,” balas Jett menyentil hidung wanita tanda menggodanya.
“Apa serius memuji istri kamu di depan aku?” tanya Venus mengerucutkan bibir kesal.
Jett menyadari kalau wanita di sampingnya kesal. Pria ini merentangkan lengan siap memeluknya. Pelukan hangat tidak mampu ditolak oleh Venus.
“Apa kamu masih marah?” tanya Jett diam-diam mengecup kening wanita simpanan
“Gimana mau marah kalau Sayangku ini langsung meluk,” balas Venus manja sambil melepaskan pelukan Jett.
“Cantiknya hilang nanti kalau marah,” kata Jett menggoda.
Langkah kaki menuntun mereka kembali bekerja walau sesekali saling menggoda.
“Pak Broto,” panggil Venus lirih saat menyadari tamu tersebut datang ke hotel.
Venus mempercepat langkah supaya bisa mendekati beliau.
“Selamat datang di Clarosta Hotel,” sapa Venus sok ramah. Padahal, dia menyimpan sejuta rencana jahat.
“Di mana wanita kemarin yang berhasil membujuk aku menginap di sini?” tanya Pak Broto mau bertemu dengan Nata.
“Kalau boleh tahu kenapa Bapak mencari wanita kemarin? Apa saya tidak bisa menggantikan wanita kemarin?” tanya Venus mengetatkan deretan giginya tanda kesal.
Amalan apa yang Nata perbuat membuat Pak Broto mengingatnya? Venus membatin kesal.
Sekejap, Pak Broto menarik langkah mendekati Venus, beliau menatap manik hitam wanita di depannya, lalu tertawa terbahak-bahak.
“Apa saya terlihat mudah di mata kamu?” tanya Pak Broto melotot.
“Bu, bukan maksud saya seperti itu Pak,” ucap Venus gugup serta keningnya mendadak berkeringat.“Kenapa? Apa kamu membenci wanita berhasil membujuk saya? Apa target pekerjaan kamu tidak terpenuhi? Sayang sekali,” ucap Pak Broto menyindir wanita di depannya yang tidak tahu diri.“Saya tidak memiliki pemikiran itu. Saya hanya heran kenapa Pak Broto terbujuk olehnya. Dia tidak bekerja di hotel ini,” balas Venus tidak mau dianggap remeh.“Saya pikir kamu tidak tahu siapa dia. Saya hanya mau mengatakan kamu cukup tahu jika wanita kemarin pantas bekerja di hotel berbintang lima,” kata Pak Broto masih saja menyisipkan pujian untuk Nata.Siapa pun dia, aku tidak peduli. Aku hanya malas mendengar orang lain selalu memujinya. Padahal, dia juga tidak bisa apa-apa selain berada di dapur. Venus membatin kesal.“Maaf pergaulan saya terlalu sempit sehingga tidak mengenal banyak orang termasuk wanita yang membujuk Pak Broto menginap di sini,” balas Venus sebetulnya sangat tahu.“Saya juga tidak pedul
“Apa kamu sadar menanyakannya?” tanya Jett sorot matanya tajam seperti mengeluarkan sinar laser.“Aku sadar. Apa pertanyaanku salah?” tanya Nata balik menantang.Kamu bukan lagi istri yang dulu lagi. Ada apa dengan kamu? Perubahan sikap kamu yang mendadak semakin membuat aku kesal. Jett membatin.“Enggak punya sopan santun tanya sama suami kamu,” balas Jett jengkel.“Aku akan sopan kalau Mas juga bisa menjaga sikap sama wanita lain. Buktinya Mas nggak bisa kan,” kata Nata pun dongkol.“Kamu berani-beraninya,” hardik Jett pada istrinya.Jett mengayunkan tangan mengenai pipi istrinya.“Aduh, Mas,” pekik Nata sontak beranjak sambil memegang pipi. Bekas merah tercetak sempurna di pipinya.“Mas selalu tega sama aku. Kamu kerasukan apa selalu menindas aku?” tanya Nata menuntut jawaban dari suaminya.“Apalagi maksud pertanyaan kamu? Apalagi yang mau kamu tahu? Lama-lama kamu kok nyebelin,” jawab Jett menyelipkan pertanyaan.“Apa aku perlu mengulang terus? Aku yakin Mas tahu semuanya,” balas
Terik matahari menyinari sudut di mana seorang wanita duduk di kursi kayu berukir. Nata menyesap kopi lalu menyuapkan roti manis ke mulutnya.“Aku harap nggak bertemu seseorang di sini,” ucap Nata malas meladeni jika bertemu orang tidak penting di Clarosta Hotel.Manik hitamnya sesekali memindai serta membagi pandangan membaca novel.“Aku sudah berada di sini mau bertemu Kakek. Sibuk nggak ya?” tanya Nata beranjak dari kursi setelah menandaskan tetes terakhir kopi di gelas.Ekor matanya sekilas melihat wanita dikenal. Posisinya tidak bisa menghindar lebih baik menghadapi walaupun banyak pertanyaan darinya.“Asem, kenapa juga bertemu di sini? Apa dari sekian banyak hotel harus ada di sini? Mencurigakan, apa yang dilakukan Mama di sini?” tanya Nata lirih sebelum akhirnya beliau menarik langkah semakin mendekati menantunya.Langkahnya perlahan semakin mendekati Nata dengan senyum jahat terukir di bibirnya.“Kamu lagi, kamu lagi,” kata Mama Lusi menyapa dengan cara berbeda.“Ma,” sapa Nat
“Kamu sadar enggak tanyanya?” tanya Jett kesal sudah dikasih tahu jangan kerja masih saja mencari celah.“Aku sadar banget, Mas. Aku nggak sakit sama sekali. Mas mau dengar jawabanku apa?” tanya Nata menantang suaminya.Aku menduga kamu nggak bolehin kerja. Nata membatin menunggu jawaban suaminya sesuai atau tidak.“Kamu sudah tahu jawabannya, enggak perlu juga Mas jawab,” jawab Jett geram mendengar pertanyaan istrinya.“Aku nggak tahu apa jawabannya. Boleh atau enggak?” tanya Nata lagi semakin memancing emosi suaminya.“Enggak. Sekali enggak tetap enggak. Titik,” jawab Jett tegas sekaligus naik pitam.“Mas harus kasih tahu dong alasan nggak boleh kerja,” balas Nata mau tahu sejauh mana suaminya memberikan alasan masuk akal.“Alasan? Kamu enggak perlu alasan apa pun. Tadi Mas sudah bilang titik,” ucap Jett sejujurnya sambil memikirkan alasan masuk akal.“Aku juga mau beli barang-barang yang disuka. Aku nggak mau minta uang terus sama Mas. Apa Mas nggak tahu Mama selalu marah kalau aku
“Kamu terlihat marah sekali. Siapa yang kamu maksud?” tanya Robert belum melihat seseorang yang dilihat Nata.“Itu mereka. Aku nggak bisa diginiin. Mereka terang-terangan sekali selingkuh di depanku,” jawab Nata mempercepat langkah menghampiri mereka berdua.Nata berkacak pinggang seperti siap melahap mereka berdua asyik bergandeng tangan tanpa malu.“Aku ikut Nata,” ucap Robert mendadak menghentikan langkah setelah melihat siapa yang dimaksud. Dia mendadak terpaku.Bibir wanita memakai lipstik merah ini membentuk lengkungan senyuman tipis walau setelah itu mimik wajahnya menyeramkan.“Kebetulan sekali bertemu di sini,” sindir Nata berdiri di hadapan Jett dan Venus.Ekor mata wanita bertubuh langsing ini melirik sekilas suaminya melepas genggaman tangan Venus.“Aku nggak percaya bisa ketemu Mas di sini. Apa mau bertemu klien di sini?” tanya Nata pura-pura bodoh tidak tahu apa yang terjadi.“Enggak. Kamu sendiri ada urusan apa?” tanya Jett sekilas melirik ke arah pria berdiri tidak jau
“Aku pergi sekarang,” kata Jett mengakhiri percakapan di panggilan telepom entah dengan siapa itu.Pria ini kembali menandaskan air putih di botol. Nata memegangi perut menahan tawa.“Kenapa kamu menatap aku aneh?” tanya Jett merasa ada yang tidak beres. Namun, dia mengabaikannya.“Nggak papa,” jawab Nata tertawa kecil.Jett hendak melangkah ke depan, tetapi telapak tangan Nata menarik pergelangan tangan suaminya.“Tunggu, mau ke mana Mas? Apa terjadi sesuatu?” tanya Nata tidak bisa juga menyembunyikan kekhawatirannya.“Kamu ini kenapa sih? Bukan urusan kamu juga ngapain tanya-tanya. Lepaskan, aku mau pergi,” jawab Jett mengempaskan tangan istrinya.“Kamu ini ganggu bisanya ganggu saja. Orang mau berangkat buru-buru,” ucap Jett kesal entah siapa yang menghubunginya.Pria ini mempercepat langkah kaki tidak tahan terlalu lama sehingga dia berlari kecil menuju ke luar. Entah kabar apa dan dari siapa menunggu di hotel.Deru mesin mobil membelah pelataran rumah mewah pria ini. Nata mengint
“Kamu mau aku melakukan seperti Nata?” tanya Jett mengempaskan tangannya kesal.“Kamu berani melakukannya? Lakukan sekarang,” teriak Venus emosi tingkat dewa.Jett membuang pandangan menatap sejauh apa pun bisa ditatapnya.Aku nggak menduga wanita ini juga membuat masalah. Jett membatin kesal.“Keluar,” teriak Jett tidak bisa lagi menahan emosinya.Tentu saja, wanita sekarang bersamanya menatap manik hitam di depan seperti mau melahap habis.“Ingat jangan menyesal,” balas Venus gantian membuang pandangan kesal.Tetapi mendadak, wanita ini menghentikan langkahnya lalu terpaksa memutar kakinya.“Dengarkan baik-baik. Hubungan kita juga perlu waktu. Kita jangan bertemu kalau kamu masih marah-marah tidak jelas,” ucap Venus mengulurkan telunjuknya pada Jett.Wanita ini menyeka kasar bulir air di pipinya, lalu memutar tubuhnya. Detik berikutnya, dia menarik langkah kesal.Aku tidak menyangka kalau pri
“Apa Mas serius menanyakannya?” tanya Nata ganti bertanya dengan pertanyaan sama.“Apa maksud kamu? Jawab dulu pertanyaan aku,” kata Jett enggan menjawab pertanyaan dari Nata.“Apa pertanyaanku ada yang salah? Setahuku, Mas yang selingkuh. Kenapa jadi memojokkanku?” tanya Nata semakin membuat Jett tidak bisa bergerak bebas.“Mikir kalau tanya. Aku nggak punya waktu untuk selingkuh,” jawab Jett berusaha mengelak dengan caranya.“Selingkuh itu enggak perlu waktu luang. Selingkuh itu hanya perlu kesempatan,” balas Nata semakin Jett melotot seolah dari manik hitamnya keluar sinar laser siap menusuk istrinya.“Nata, jaga bicara kamu,” pekik Jett tatapannya mengisyaratkan tidak mau disalahkan.“Kenapa? Apalagi yang salah?” tanya Nata pun sekarang tidak mau hanya diam saja.“Lihat dulu kamu bicara dengan siapa. Kamu bicara dengan suami. Jaga sopan santun kamu,” kata Jett nada suaranya masih tinggi.“Apa Mas bilang sopa
Jett mengedarkan pandangan sambil melihat satu per satu dari mereka yang menatap dan berbisik. Dia mendekatkan tubuhnya pada Meta.“Aku enggak tahu, apa yang terjadi,” bisik Jett jujur.“Aku harap, kamu bicara jujur.”“Aku jujur. Apa yang harus ditutupi? Seharusnya, Bu Meta memberitahu, apa yang terjadi?”Meta tidak sampai hati memberitahu, tetapi … di satu sisi. Dia sangat bersyukur, entah siapa pun yang menyebarkan video ini, bisa jadi jalan hubungan Venus dan Jett hancur.“Bu—Bu Meta, mau kapan memberitahu kita di sini?” tanya Jett tidak sabar menunggu.“Aku sendiri enggak tahu, bagaimana memberitahu kalian.”“Maksud, Bu Meta?”“Aku tahu, berita ini enggak seharusnya diberitahu, tapi …”“Tapi apa, Bu?” tanya Jett lagi, dia mewakili mereka–yang ada di ruang rapat.“Tapi, kalian harus tetap mendengarkan dari mulutku.”“Bu Meta, bilang saja. Aku dan yang lainnya siap mendengar.”Meta menatap mereka satu per satu, tidak terkecuali Jett. Manik hitamnya berhenti menatap pria ini cukup la
Manik hitam mereka bertemu dalam satu titik yang sama, tetapi dengan pemikiran yang berbeda.Jett terperanjat mendengar pertanyaan dari Venus hingga memberi jarak sekitar tiga langkah mundur.“A…apa kamu bilang? Hubungan aku… dan Nata berakhir? Apa maksud pertanyaan kamu?”“Aku menebak saja. Kalau benar berarti keberuntungan sedang berpihak sama aku.”“Kenapa kamu bisa berpikir kalau hubungan aku berakhir? Hanya karena enggak ada drama?”“Ya, dilihat akhir-akhir ini enggak ada drama.”“Bukan urusan kamu mau tahu lebih banyak hubungan aku dengan Nata. Aku ingatkan!”“Apa kamu mengancam aku?”“Enggak. Hanya mengingatkan, supaya kamu jangan melewati batas,” jelas Jett menarik garis di antara mereka.“A—Apa kamu bilang? Melewati garis? Cih, aku tidak akan melakukannya.”“Terserah kamu, mau melakukannya atau enggak, tetapi satu hal yang perlu kamu tahu. Hubungan aku dengan Nata baik-baik saja.”“Baguslah, kalau baik-baik saja,” balas Venus sinis.Isi kepala Jett saat ini hanya mendekati Me
Tangan wanita ini bergetar hebat saat menutup memegang ponsel dengan layar perlahan menggelap, sedangkan kening Robert terlukis tanda tanya besar.‘Sebaiknya aku tanya atau tidak?’ batin Robert penasaran.“Apa sesuatu terjadi, Nata?”Tidak ada jawaban meluncur dari mulut wanita ini.“Nata, Nata,” panggil Robert berharap wanita ini mendengarkan.Iris mata wanita ini berkaca-kaca. “Kakek,” ucap Nata gemetar.“Ada apa dengan kakek Dewo? Kamu mau pergi menemuinya? Ayo, aku antar.”“Nggak, nggak. Aku bisa pergi sendiri.”Telapak tangan lebar gerak cepat meraih pergelangan tangan wanita ini.“Tunggu. Kamu tidak bisa pergi dalam keadaan seperti ini. Aku antar.” Robert kekeh mau mengantar.Wanita ini gelisah berjalan mondar-mandir. Sementara Robert juga bingung.“Sekarang, kamu ambil tas atau apa pun yang bisa dibawa. Aku … aku tunggu di mobil.”“O—Itu. Iya, aku ambil tas dulu.”Robert mengulurkan tangan membantu Nata masuk ke mobil.“Ayo, kita pergi sekarang.”“Iya,
Kini, Jett berusaha menutupi rasa gugupnya. Pertanyaan ini tidak mampu dijawabnya.“Istri aku di rumah,” jawab Jett cukup singkat untuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang. Lalu dia menyesap minuman di depannya hingga tersisa gelas kosong.“Apa kamu haus? Mau lagi winenya?” tanya Meta menawarkan sambil memanggil pelayan supaya menuangkan minuman.“Boleh tambah sedikit sepertinya aku haus,” jawab Jett tidak bisa berbohong kalau tidak bicara jujur pasti kehausan.Sedangkan wanita ini memiliki pemikiran sendiri. Haus atau memang tidak bisa menjawab pertanyaan darinya.“Di rumah? Sayang sekali nggak diajak. Aku pikir bisa mengenal keluarga kalian juga. Nggak usah dipikirkan, aku hanya penasaran mau tahu seperti apa istrimu,” kata Meta secara tidak langsung meledek Jett.“Mungkin, aku akan bawa lain kali atau aku rundingkan dulu dengan istri mengundang Bu Meta makan malam di rumah kami. Istri aku pintar memasak, masakannya sud
Nata mengukir senyum, lalu memegang tangkai gelas wine. Dia menggoyangkan gelas, lalu menyesapnya perlahan sambil menikmati aroma wine. Dia pun meninggalkan bekas lipstik di bibir gelas, melirik sekilas sembari meninggalkan getaran perasaan pada pria di dekatnya.“Untuk itu aku mengajakmu makan malam. Aku nggak berharap banyak sama makan malam ini bisa menyelesaikan salah paham di antara kita,” kata Meta meletakkan gelas wine di dekatnya.“Salah paham di antara kita?” tanya Jett mulai menaruh penasaran pada wanita ini.Jett memiliki tujuan sendiri dengan ajakan malam ini berharap bisa mendekati wanita ini.“Iya, aku pikir harus meluruskan beberapa hal supaya selanjutnya nggak ada salah paham. Aku merasa nggak nyaman saja langkah ini kalau ada salah paham sama karyawan,” kata Meta hanya menganggap Jett tidak lebih dari seorang karyawan yang bekerja di hotel.“Aku menebak salah paham di antara kita dimulai dari kalau kamu berpikir aku mengi
Meta menatap bingung apa maksud pertanyaan pria ini. Dia menyipitkan mata sambil berpikir mencari jawaban. Dia pikir lebih baik ditanyakan saja.“Aku nggak ngerti maksud pertanyaanmu?” tanya Meta bingung. Dia datang ke Clarosta Hotel suda pasti mengelola hotel bukan untuk jualan sayur di sini.“Bu Meta datang ke Clarosta Hotel bukan hanya sebagai cucu pemilik hotel bukan? Apa tujuan Bu Meta sebenarnya? Apa mau merombak habis hotel ini? Atau hanya mau mengambil keuntungan?” tanya Jett mengajukan pertanyaan menyudutkan. Namun, tidak satu pun pertanyaan melibatkan pertanyaan pribadi.“Apa inti pertanyaanmu?” tanya Meta balik cukup dengan pertanyaan singkat.“Sebenarnya aku hanya mau tanya. Kenapa kemarin Bu Meta memindahkan aku ke hotel cabang?” tanya Jett ternyata tanya tentang ini.“Jadi kamu hanya mau tanya ini,” balas Meta lega. Dia pikir ada apa tiba-tiba mendadak menghadangnya.“Lalu apa jawabannya Bu?” tanya Jett penasaran. D
Sosok wanita berdiri tegap ini sontak berubah menjadi wanita lemah. Dia melotot tajam, sedangkan pelupuk matanya menahan desakan bulir-bulir air siap membasahi pipinya.“Aku tidak mengira kamu tega membentak di depan banyak orang,” ucap Venus menyeka bulir-bulir air lolos membasahi pipinya.“Aku juga tidak menyangka kamu melakukannya di depannya,” tambah Venus sekilas melirik tajam ke arah bos mereka.Ya walaupun wanita yang berdiri sekarang sebagai Meta. Menurut Venus tidak adil jika dirinya diperlakukan tidak adil.“Kenapa kamu enggak terima aku bentak? Sudah seharusnya aku marahin. Jangan lupa kalau aku senior kamu di sini,” kata Jett nada suaranya masih tinggi walaupun berusaha berbicara lirih.Jett juga tidak peduli sekalipun ada Meta di sini sebagai bos mereka.“Ayo, ikut aku ke sana,” ajak Jett memaksa.“Tidak mau,” jawab Venus cepat tanpa banyak alasan.“Kamu,” pekik Jett sudah siap dengan tangan di atas
Jett segera mengambil apa pun yang dilihat untuk membersihkan pakaian Nata alias Meta.“Berhenti. Apa yang kamu lakukan?” tanya Meta melihat pria ini berusaha keras membersihkan pakaian yang terkena noda kopi.“Maaf, aku enggak sengaja. Sebentar-sebentar. Aku bersihkan pakaian kamu. Kalau enggak bisa bersih, aku bisa membawanya ke laundry,” kata Jett tetap meraih tisu di meja.“Aku bilang cukup. Aku bisa membersihkannya sendiri,” kata Meta meminta pria ini berhenti.Akhirnya, Jett mengikuti ucapan wanita ini. Pria ini memberi jarak sekitar tiga langkah di antara mereka. Manik hitamnya masih fokus menatap bekas noda di pakaian wanita ini.“Aku minta maaf. Aku benar-benar tidak sengaja,” ucap Jett merasa bersalah.“Semakin kamu membersihkannya. Pakaian ini semakin kotor. Apa kamu merasa bersalah sampai menggosoknya terlalu kuat?” tanya Meta mau tahu sikap pria ini sejauh mana memperlakukan dirinya walaupun berbeda identitas.
Robert menggeleng. “Aku tidak berhubungan lagi dengannya. Ini lihat, aku mengganti namanya dengan nama mantan tunangan,” jawab Robert jujur. Dia bukan pria yang mau mengenang masa lalu cukup dijadikan pelajaran.“Aku nggak yakin kalau bukan kamu duluan yang menghubungi,” kata Nata mengutarakan ketidakyakinannya.“Coba saja kamu lihat ini namanya sudah ganti. Aku juga tidak tahu kenapa wanita itu menghubungi,” jawab Robert jujur tidak ada yang perlu ditutupi. Dia pun enggan menyebut nama Venus menggantinya dengan wanita itu.“Kalau kamu jawab seperti ini aku cukup yakin,” ucap Nata.“Aku tidak akan kembali pada wanita yang sudah membuat hancur hidupnya,” tambah Robert menegaskan kalau Venus bukan wanita spesial baginya.“Ya, ya, itu terserah kamu. Buruan jawab telepon ini, berisik,” pinta Nata kesal mendengar dering ponselnya.“Tidak mau. Biarkan saja dia menghubungi sampai bosan,” balas Robert enggan menjawab panggilan telepon in