“Apa Mas serius menanyakannya?” tanya Nata ganti bertanya dengan pertanyaan sama.
“Apa maksud kamu? Jawab dulu pertanyaan aku,” kata Jett enggan menjawab pertanyaan dari Nata.“Apa pertanyaanku ada yang salah? Setahuku, Mas yang selingkuh. Kenapa jadi memojokkanku?” tanya Nata semakin membuat Jett tidak bisa bergerak bebas.“Mikir kalau tanya. Aku nggak punya waktu untuk selingkuh,” jawab Jett berusaha mengelak dengan caranya.“Selingkuh itu enggak perlu waktu luang. Selingkuh itu hanya perlu kesempatan,” balas Nata semakin Jett melotot seolah dari manik hitamnya keluar sinar laser siap menusuk istrinya.“Nata, jaga bicara kamu,” pekik Jett tatapannya mengisyaratkan tidak mau disalahkan.“Kenapa? Apalagi yang salah?” tanya Nata pun sekarang tidak mau hanya diam saja.“Lihat dulu kamu bicara dengan siapa. Kamu bicara dengan suami. Jaga sopan santun kamu,” kata Jett nada suaranya masih tinggi.“Apa Mas bilang sopaRobert tertawa kecil menanggapi pertanyaan suami Nata. Entah dia harus jawab apa supaya meyakini suami Nata.“Kenapa ketawa? Apa yang lucu?” tanya Jett merasa tidak dihargai. Bukannya menjawab pertanyaan malah tertawa.Robert seolah membutuhkan bantuan jawab sehingga menatap Nata cukup lama. Wanita ini mengerjap tanda memberitahu terserah Robert menjawab apa.“Sebelumnya kita pernah bertemu. Maaf kalau kedatangan aku ke sini membuat tidak nyaman,” jawab Robert mengulurkan tangan berniat menyalami Jett. Sayangnya, suami gila itu enggan menyambut uluran tangan ini.“Apa kamu pikir aku mau bersalaman?” tanya Jett membuang pandangan ke segala arah.“Maaf, aku hanya mau berkenalan. Aku dan Nata hanya teman sebatas membantu saja tidak lebih dari itu,” jawab Robert berusaha jujur.“Apa yakin percaya dengan ucapan kamu?” tanya Jett entah apa tujuannya berusaha memojokkan Robert.“Aku tidak yakin bisa membuat percaya orang lain d
Wanita di depan Jett tidak mampu berkata-kata. Nata hanya bisa menyeka kasar bulir-bulir air membasahi pipinya. Belum lagi, Nata tidak sanggup melihat Venus muncul dibalik punggung suaminya tanpa malu.“Kamu, kenapa ada di situ?” tanya Nata menunjuk Venus menutupi tubuhnya dengan seprei.“Kamu tanya suami kamu,” jawab Venus seperti tidak peduli.Pandangan wanita ini tertuju pada suaminya seperti mengeluarkan sinar merah dari sorot matanya.“Turunkan pandangan kamu. Jawab pertanyaan aku. Kamu tahu dari mana aku ada di sini?” tanya Jett tidak sabar mendapat jawaban.“Mas nggak perlu tahu, aku tahu dari mana. Sekarang yang terpenting kenapa kalian berdua bisa berada di kamar hotel yang sama? Apa yang kalian lakukan di dalam sana?” tanya Nata tidak tahan bulir-bulir air mengalir deras.“Kamu sendiri ngapain di sini? Pulang sana. Kamu enggak ada urusan di sini,” kata Jett tidak menjawab pertanyaan justru menyulut api emosi istrinya.
Mereka menarik langkah mundur setelah melihat Jett mulai menunjukkan taringnya. “Lihat saja kalau ada yang berani. Aku enggak segan-segan menghancurkannya juga,” ucap Jett lagi semakin tajam taring dalam rongga mulutnya. “Pak, kita hanya mengingatkan hati-hati. Jangan sampai salah langkah,” kata salah satu junior di hotel. “Ya, aku tahu. Kalian juga harus hati-hati,” balas Jett bernada menyindir pada mereka. “Sana kembali bekerja. Apa kalian mau menertawakan aku?” tanya Jett geram sembari roda pikirannya memikirkan nama-nama yang terlintas. Mereka berbisik di belakang Jett membicarakan keburukannya. Sayangnya, pria ini menyadari. Dia menoleh ke belakang menatap tajam. “Apa yang kalian bicarakan? Pergi,” seru Jett meminta mereka pergi dari hadapannya. Iris mata hitam pria ini menatap mereka satu per satu hingga menghilang di balik tembok.
“Nggak usah teriak-teriak. Aku juga nggak tahu ponsel siapa yang berdering. Mas jangan nyalahin aku terus,” balas Nata geram. Wanita ini juga bisa menunjukkan taringnya.Jett sibuk mencari dering ponsel siapa yang mengganggu pendengarannya.“Kenapa kamu diam saja? Ayo bantu cari,” pinta Jett memaksa.“Mau cari di mana? Coba cari di saku celanamu,” balas Nata memberikan solusi supaya bisanya tidak hanya marah-marah.“Ini juga lagi dicari. Apa kamu enggak lihat?” tanya Jett entah mencari apa semua diacak-acak.“Ya, ya aku memang nggak lihat Mas,” balas Nata terlanjur kesal. Namun mau gimana lagi sudah malas meladeni pria yang diyakini masih suaminya.Bisa-bisanya aku bertemu sama pria seperti ini. Nata membatin sambil menggeleng.“Ketemu enggak?” tanya Jett belum puas memerintah istrinya.“Itu, di saku celanamu,” jawab Nata menunjuk saku celananya terlihat ada cahaya di sana.Jett merogoh saku celananya c
Iris mata istri cantik ini berkaca-kaca saat mendengar suaminya memanggil sayang pada wanita lain.Berani sekali dia memanggil wanita jalang itu sayang. Nata membatin mengumpat kesal.“Tunggu saja kalian berdua. Aku pastikan hubungan kalian hancur berkeping-keping,” ucap Nata mengancam lirih.“Apa aku sudahi saja mendengar pembicaraan mereka? Rasanya muak mendengar gombalan pria nggak tahu malu,” kata Nata malas menajamkan telinganya lagi hanya sekadar mendengar ocehan mereka.“Jangan-jangan sepertinya ocehan mereka juga menarik didengar,” ucap Nata mendadak terpikir siapa tahu ada hal menarik bisa didengarkan.Nata mendekatkan tubuhnya didekat pintu dan menajamkan telinganya.“Sayang, kenapa diam? Apa Sayang berani menghadapi cucu pemilik hotel? Rumor beredar dia wanita jahat bisa menghancurkan siapa pun tidak mengikuti kemauannya,” kata Venus memberitahu infromasi tidak masuk akal.Nata menutup mulutnya menahan tawa.
Jett sendiri bingung harus menjelaskannya bagaimana. Dia takut wanita yang juga dicintainya saat ini menjauh.“Apa pertanyaan aku sulit dijawab?” tanya Venus sejujurnya malas menunggu jawaban Jett. Dia tahu apa jawaban pria yang digadang-gadang menempati hatinya walau caranya salah mencintai suami wanita lain.“E, prioritas aku sekarang,” kata Jett gugup membuat Venus tidak sabar.“Kenapa gugup jawabnya? Kamu tinggal jawab,” balas Venus tahu bukan dirinya prioritas Jett sekarang.Venus menunggu tidak ada jawaban selama 1 menit baginya sangat penting. Dia terpikir satu nama bisa dipastikan menjadi prioritas Jett.“Jett gila. Apa Nata prioritas kamu sekarang?” tanya Venus berteriak. Dia susah payah membentuk Jett menjadi sekarang.Jett dilema, mendadak menutup mulutnya rapat-rapat seolah ucapan apa pun hanya terdengar sebagai alasan. Aku harus bagaimana supaya menjadi prioritas kamu? Venus membatin gelisah berpikir apa ya
Lengking suara wanita ini memecah roda pikiran Jett berpikir keras menyusun alibi yang sempurna.“Aku enggak dengar kamu bilang apa?” tanya Jett pura-pura pintar. Padahal, dia hanya menunggu detik tepat melontarkan umpatan pada wanita ini.“Mas pura-pura nggak dengar atau di situ ada wanita lain? Bilang saja Mas nggak papa,” kata Nata mengajukan pertanyaan yang sama walau sedikit cemburu.“Enggak ada siapa-siapa di sini,” jawab Jett entah benar atau tidak.“Kenapa kamu jaga perasaan wanita itu? Sedangkan istrimu nggak kamu jaga,” kata Nata menyulut emosi suaminya.“Aku enggak menjaga perasaan siapa pun. Di sini juga enggak ada siapa-siapa. Tunggu kenapa kamu sering menyangkutkan aku dengan Venus? Apa kamu enggak dengar kalau aku mengatakan berulang kali? Aku dan Venus hanya teman kerja. Hampir lupa, dunia aku enggak hanya berputar dengan Venus saja,” kata Jett berusaha menutupi kesalahannya.“Kalau dunia Mas nggak berputar sama V
Kening pria tua ini berkerut tanda memikirkan jawaban untuk cucu kesayangannya. Takutnya jika dijawab tidak boleh datang justru menambah rasa penasaran pada Nata.“Boleh tidak ada yang melarang kamu datang ke hotel. Kakek senang mendengarnya kamu mau bekerja. Pelan-pelan belajar dulu dengan senior di sana,” jawab Kakek Dewo bijak.“Iya, Kek. Tenang, aku pasti dengarkan saran dan kritik dari mereka,” kata Nata tidak sabar mulai bekerja di Clarosta Hotel.Aku nggak bisa kerja di sana kalau Jett tahu identitas serta wajah ini. Aku harus ubah penampilan dan identitas. Nata membatin memikirkan jangka panjang identitas dirinya.Beliau masih mengerutkan kening membuat Nata memiliki tanda tanya besar, tetapi bukan Nata namanya kalau tidak langsung bertanya.“Kek, apa ada yang dipikirkan?” tanya Nata sangat penasaran.“Aku tanya karena enggak mau Kakek cemas,” lanjut Nata jujur.“Apa kamu siap menghadapi tantangan di depan?” tanya Kakek Dewo terpaksa menanyakannya.Nata langsung kicep mendenga
Panggilan telepon masih tersambung dengan Robert, Nata berlari kecil menuju kamar kakeknya.“Kek, Kakek.” Nata memanggil sambil mengetuk pintu tidak ada jawaban. “Ke mana, Kakek?”“Kakek kamu ada di sini. Kamu cari di mana pun tidak ketemu.”“Kamu serius kalau kakek ada di situ?”“Apa aku pernah berbohong sama kamu? Tidak dapat untungnya juga berbohong. Kamu siap-siap, sebentar lagi aku jemput.”“Nggak usah. Aku bisa pergi sendiri. Bert, apa kakek pergi sama Pak Slamet?”“Iya, aku lihat berdiri di belakangnya.”“Aku lega kalau kakek nggak pergi sendiri.”“Kamu jangan lama-lama. Ada Jett di sini, kamu tahu kalau dia selalu mencari celah membujuk kakak Dewo.”“Aku tahu. Nanti atau kalau ada waktu luang aku ceritakan. Sekarang, aku mau siap-siap.”Percakapan mereka berakhir. Nata merasa lega ada seseorang yang mengikuti kakeknya, mengingat beliau baru saja siuman. Dia tidak mau kakeknya sakit lagi, hanya karena memikirkan masalah sepele.Nata mempercepat langkah kakinya, mempersiapkan di
Jett hanya bisa tertunduk, tidak bisa berkata-kata. Apa pun ucapan yang keluar dari mulutnya, hanya terdengar sebagai alasan saja. Jadi, lebih baik tidak mengatakan apa pun. Sejujurnya, dia juga tidak mau melakukan ini, tetapi Jett kasihan dengan Venus.“Pak, aku juga enggak mau melakukannya, tetapi junior aku banyak membantu. Aku enggak tahu bagaimana membantunya.“Jett, aku lihat di hotel. Junior di bawah bimbingan kamu tidak hanya siapa namanya Venus.”“Iya, Pak.”“Kamu bisa menolong dengan cara yang lain.”“Cara lain? Maksud, Pak Dewo ada cara lain?”“Ya, hanya menebak saja. Tidak tahu juga apa cara lain itu.”“Aku hanya terpikir cara ini, Pak. Aku hanya mau balas budi padanya.”“Balas budi? Aku pikir di zaman sekarang sedikit orang, yang berpikir mau balas budi.”“Dia selalu membantu dalam kesulitan apa pun. Aku enggak tega melihatnya berada di hotel cabang. Aku tahu kalau Bu Meta sudah berbaik hati masih memperkerjakan dia. Aku seharusnya berterima kasih masih mempertahankan Ven
Nata melirik ke arah kakeknya, bisa jadi diam-diam di belakangnya menghubungi Jett. Kata beliau segala kemungkinan tidak bisa dikesampingkan. Ada saatnya semua benar.“Kakek meminta dia untuk datang?”“Tidak. Kakek tidak punya urusan dengan Jett, untuk apa memintanya datang.”“Kenapa dia datang ke rumah ini?”“Kakek juga tidak tahu. Apa mau bertemu dengan kamu?”“Aku? Aku sebagai istrinya atau cucu kakek?”“Sudah pasti sebagai cucu kakek.”“Meragukan kalau dia datang ke sini mau bertemu aku sebagai cucu kakek. Apa mungkin dia mengikuti aku selama ini?”“Mungkin saja, bisa jadi.”“Kek, apa nggak sebaiknya tanyakan dulu. Mau apa bertemu dengan kakek tanpa membuat janji dulu. Apalagi, bertemu di rumah. Aku yakin ada hal penting mau dibicarakan di luar pekerjaan. Kakek jangan lupa kalau Jett punya seribu satu cara, mendapatkan apa yang diinginkan.”Beruntungnya, Kakek Dewo memiliki pemikiran yang sama dnegan Nata. Beliau minta menanyakan mau ada urusan apa mencarinya. Beliau minta juga ka
Tanpa Nata tahu, Jett mengepal tangannya sangat kuat, hingga memperlihatkan urat-urat di telapak tangannya.“Nata! Jaga bicara kamu. Selama ini, aku pikir kamu wanita berpendidikan. Kenapa sekarang cara bicara kamu seperti preman?”“Apa maksudmu, Mas? Aku tanya sesuai kenyataan. Kalau kamu nggak terima terus salahku? Salah pernikahan kita? Sudah pasti salah kamu memilih wanita jalang itu.”“Detik ini, aku tanya. Apa kita bisa bertemu?”“Nggak, Mas. Aku nggak mau ketemu sama kamu. Untuk apa juga ketemu, ujung-ujungnya kamu hanya memukuliku. Kita akan ketemu di pengadilan. Aku pikir itu waktu dan tempat yang layak.”“Kamu serius jawabnya?”“Iya, aku serius. Bahkan, sangat serius!”Jett menggaruk-garuk kepalanya walau tidak terasa gatal. Dia berpikir jalan apa yang harus ditempuh, untuk menemuinya. Jett hanya … mau memastikan bukan istrinya pelaku menyebarkan video panas itu.“Nata, apa enggak ada lagi cinta di antara kita?”“Nggak ada, Mas!” Bia sangat kecewa suaminya tidak sedikitpun m
Robert melihat layar ponsel yang ditunjukkan padanya. Lalu … dia menatap wajah cantik ini.“Terserah kamu. Aku tidak berhak, melarang.”Meta di sini ragu, apa dia harus menjawab panggilan telepon ini.“Kalau kamu ragu, tidak perlu diangkat. Kalau sekiranya, kamu menjawab panggilan ini, kamu bisa mendapatkan informasi. Aku pikir tidak masalah,” saran Robert.“Ada benarnya, ucapanmu. Aku jawab saja panggilan ini.”“Ingat, jangan sampai identitas kamu diketahui.”Nata mengangguk. “Iya, Bert.”Nata menyentuh layar ponsel, berniat menjawab panggilan di ponselnya, sedangkan Robert menarik diri. Laki-laki ini menjauh dari Meta, memberikan ruang supaya wanita ini menjawab panggilan.“Semoga saja, Nata tidak mengatakan identitasnya siapa,” harap Robert.Laki-laki ini menempatkan pantatnya di sofa depan, menunggu siapa tahu ada yang mendesak masuk.Wanita ini menempelkan ponsel di samping telinganya. Sej
Nata memutar tumitnya, lalu mengayunkan langkah lembut. Dia menangkup tangan keriput ini.“Kek, aku mau pergi ke hotel dulu. Aku menyelesaikan, masalah yang ada. Aku harap, keputusan ini nggak merugikan banyak orang. Kakek, tunggu sebentar ya. Aku nggak akan lama kok di hotel.”Nata hanya bisa merasakan, kalau Kakek Dewo memberinya izin.“Jujur, aku juga berat Bert, pergi di saat kakek terbaring.”“Tetapi … kamu tetap harus pergi bukan.”“Iya, aku harus memberikan hukuman, sama Venus. Kalau aku nggak melakukan, aku diprotes lainnya.”“Aku menyadari, posisi kamu sangat sulit.”“Kek, terima kasih sudah bertahan. Tunggu … Nata ya, nggak lama.”“Bert, aku pikir menyelesaikan urusan, di hotel dulu. Setelah itu, aku pasti punya banyak waktu, menemani kakek.”“Aku, tidak bisa mencegah kamu pergi.”Nata menatap cukup lama wajah keriput di dekatnya. “Kek, aku siap-siap pergi, ke hotel dulu ya.”Beliau seperti menggerakkan pelupuk mata, tanda setuju.“Terima kasih, Kek.”Nata merasa lega, kakek
Deg, deg. Jantungnya tidak berhenti berdegup kencang. Dia mengatur perlahan setiap hembusan napas, dia tahu seseorang yang menghubungi bukan orang biasa.“Setelah dipikir-pikir, aku perlu memberitahu Pak Dewo untuk masalah ini. Aku tahu pada akhirnya, hotel ini akan menjadi milikku, tapi … masih ada beliau yang harus diminta pendapat dan keputusan. Untuk saat ini, kalian bisa kembali bekerja atau istirahat. Aku akan pastikan memberikan penjelasan, besok.”“Lalu untuk Venus, kamu bisa pulang, dan beristirahat. Besok, temui aku.”Meta tidak mau panjang dan lebar, dia hanya perlu segera pergi dari sini, tetapi … sebentuk tangan menghentikan langkahnya.“Bu Meta, aku tidak melakukannya. Aku minta dengarkan dulu.”Meta mengembuskan napas kesal. “Apa kamu nggak dengar temui aku besok?”“Aku dengar, Bu. Aku hanya minta, Bu Meta dengarkan dulu.”“Aku akan dengarkan besok. Sekarang, coba kamu lihat, mereka juga lelah. Selain itu, ini sudah larut malam. Apa kamu sendiri nggak ngantuk?”Malam in
Jett mengedarkan pandangan sambil melihat satu per satu dari mereka yang menatap dan berbisik. Dia mendekatkan tubuhnya pada Meta.“Aku enggak tahu, apa yang terjadi,” bisik Jett jujur.“Aku harap, kamu bicara jujur.”“Aku jujur. Apa yang harus ditutupi? Seharusnya, Bu Meta memberitahu, apa yang terjadi?”Meta tidak sampai hati memberitahu, tetapi … di satu sisi. Dia sangat bersyukur, entah siapa pun yang menyebarkan video ini, bisa jadi jalan hubungan Venus dan Jett hancur.“Bu—Bu Meta, mau kapan memberitahu kita di sini?” tanya Jett tidak sabar menunggu.“Aku sendiri enggak tahu, bagaimana memberitahu kalian.”“Maksud, Bu Meta?”“Aku tahu, berita ini enggak seharusnya diberitahu, tapi …”“Tapi apa, Bu?” tanya Jett lagi, dia mewakili mereka–yang ada di ruang rapat.“Tapi, kalian harus tetap mendengarkan dari mulutku.”“Bu Meta, bilang saja. Aku dan yang lainnya siap mendengar.”Meta menatap mereka satu per satu, tidak terkecuali Jett. Manik hitamnya berhenti menatap pria ini cukup la
Manik hitam mereka bertemu dalam satu titik yang sama, tetapi dengan pemikiran yang berbeda.Jett terperanjat mendengar pertanyaan dari Venus hingga memberi jarak sekitar tiga langkah mundur.“A…apa kamu bilang? Hubungan aku… dan Nata berakhir? Apa maksud pertanyaan kamu?”“Aku menebak saja. Kalau benar berarti keberuntungan sedang berpihak sama aku.”“Kenapa kamu bisa berpikir kalau hubungan aku berakhir? Hanya karena enggak ada drama?”“Ya, dilihat akhir-akhir ini enggak ada drama.”“Bukan urusan kamu mau tahu lebih banyak hubungan aku dengan Nata. Aku ingatkan!”“Apa kamu mengancam aku?”“Enggak. Hanya mengingatkan, supaya kamu jangan melewati batas,” jelas Jett menarik garis di antara mereka.“A—Apa kamu bilang? Melewati garis? Cih, aku tidak akan melakukannya.”“Terserah kamu, mau melakukannya atau enggak, tetapi satu hal yang perlu kamu tahu. Hubungan aku dengan Nata baik-baik saja.”“Baguslah, kalau baik-baik saja,” balas Venus sinis.Isi kepala Jett saat ini hanya mendekati Me