Share

Bab 3 Selingkuh Indah

Dua pemilik hotel bintang lima terkenal bekerja sama mengungkap perselingkuhan terutama Nata. Dia harus menjalankan balas dendamnya.

 “Aku nggak yakin keuntungan apa yang kamu maksud. Aku hanya bisa memastikan hubungan mereka hancur,” jawab Nata naik pitam jika mengingat beberapa menit yang lalu.

Robert mengernyit berpikir tidak boleh salah langkah.

“Apa kamu ragu? Kalau kamu nggak yakin, aku bisa melakukannya sendiri,” kata Nata tidak sabar menunggu jawaban pria ini.

“Aku setuju, hanya apa langkah kita bisa membuat mereka jera,” jawab Robert tetap setuju.

“Kita nggak akan tahu kalau nggak mencobanya,” balas Nata pun tidak tahu hasil akhirnya. Dia hanya ingin suaminya hancur baik itu karir dan kehidupannya.

“Sekarang aku tanya. Kalau kamu mau balas dendam. Apa berani menggunakan kekuasaan yang kamu punya? Dilihat-lihat sekarang kamu tidak punya apa-apa,” kata Robert mau tahu cara wanita ini balas dendam pada suaminya.

Mendadak, Nata kicep seketika mendengar kata kekuasaan.

Aku nggak bisa menggunakannya sekarang. Bagaimana kalau sampai Jett tahu identitas aku sebenarnya. Sepertinya aku salah langkah. Apa aku harus menutup mulut Robert kalau-kalau dia ember? Nata membatin gelisah.

“Sekarang gantian kamu diam. Apa kamu belum menemukan caranya?” tanya Robert cukup dibuat penasaran dengan ajakan Nata. Namun, wanita ini mendadak hilang arah.

“Aku hanya mau tahu bagaimana kamu menghancurkan mereka? Di sini tidak hanya kamu yang marah, aku juga berhak marah,” kata Robert terdengar bijak.

“Aku akan melakukannya diam-diam,” jawab Nata asal.

Robert tertawa terbahak-bahak hingga mengeluarkan air mata.

“Kenapa dari tadi kamu terus tertawa? Apa ada yang lucu dari ucapanku?” tanya Nata kesal bukannya mendukung justru menertawakannya.

“Maaf. Bukan aku tidak setuju bagaimana kamu melakukannya, tetapi melakukan diam-diam. Kenapa? Apa takut suami kamu mengetahui?” tanya Robert tanpa tedeng aling-aling seperti bisa membaca pikiran wanita ini.

“Kamu tidak menemukan jawabannya? Dengarkan baik-baik. Anggap saja bersama suami kamu 24 jam. Sekarang aku tanya bagaimana kamu melakukannya diam-diam? Tidak mungkin,” jelas Robert berharap Nata tidak memilih solusi ini.

“Aku hanya bicara asal mungkin saja ada solusi lainnya,” lanjut Robert tanpa memberi jeda untuk Nata berpikir.

Nata menyatukan dahi dan alis tanda konsentrasi.

“Aku hanya asal bicara jangan dianggap. Aku hanya menyarankan, kamu jangan mau ditindas,” saran Robert.

Pria ini idaman sejuta wanita, tetapi kenapa tunangannya sampai selingkuh? Pasti ada masalah sama pria ini. Nata membatin bingung.

“Kalau saja bisa aku hindari. Aku pasti pergi dari dulu,” balas Nata terasa berat mengatakannya.

“Aku tidak mau mencampuri urusan rumah tangga kamu. Kenapa kamu tidak mau melakukannya dari dulu? Kamu bisa melapor, punya kekuasaan, dan uang. Apalagi yang kamu takutkan?” tanya Robert mau tahu alasannya.

Aku nggak yakin bisa memberitahu orang lain atau enggak, tetapi masalah ini menyangkut tunangannya juga. Nata membatin ragu.

“Aku memang salah nggak melakukannya dari dulu dengan berharap bisa mengubahnya menjadi lebih baik, termasuk keluarganya juga,” jawab Nata berat hati.

“Aku mendukung rencana apa pun yang kamu buat selama itu menguntungkan. Jangan sampai ada yang terluka. Aku yakin kalau kamu bisa melakukannya anggap saja masalah ini tantangan,” saran Robert singkat padat dan bijak.

Keluar rumah pun suamiku nggak peduli, tetapi aku harus melakukan sesuai keinginannya. Nata membatin ragu apa bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan.

“Kenapa? Apa kamu ragu? Tenang, hubungi aku kalau kamu mengalami kesulitan. Aku lihat Pak Dewo juga tidak bisa membiarkan cucu kesayangannya mengalami kesulitan,” ucap Robert menaruh harap juga Nata tidak gentar.

Tantangan? Kamu nggak tahu saja kalau suamiku belum tahu siapa sebenarnya aku. Nata membatin kalau dia pun memiliki rintangan sendiri.

“Aku nggak ragu bisa, mungkin mengikuti saran darimu. Aku juga gerah lama-lama diremehkan dan ditindas seperti nggak punya harga diri,” balas Nata berpikir tidak ada salahnya juga mengikuti saran dari seseorang walau baru dikenalnya belum ada tiga jam.

“Seharusnya kamu lakukan dari dulu kalau kamu mengatakan seperti tidak punya harga diri,” kata Robert heran.

Nata mendengus kesal, dia melihat waktu di jam melingkar di pergelangan tangannya.

“Astaga, aku nggak bisa pergi lama-lama. Aku harus pulang,” kata Nata masih tidak nyaman jika lama-lama di luar rumah.

“Mau aku antar kelihatannya kamu buru-buru?” tanya Robert berniat baik mengantar Nata.

“Nggak usah. Aku bisa pulang naik taksi. Aku pulang dulu,” pamit Nata buru-buru.

“Hati-hati, hubungi aku kalau membutuhkan bantuan,” kata Robert mengulurkan kartu namanya.

“Makasih,” balas Nata menyambar kartu nama tersebut.

Nata mempercepat langkah menuju taksi berharap bisa sampai di rumah sebelum suaminya pulang. Dia malas ada keributan terus-menerus.

“Astaga,” ucap Nata terperanjat saat melihat Jett duduk di ruang tamu lalu beranjak dari sofa.

“Dari mana saja kamu pergi lama sekali?” tanya Jett bergerak maju ke ruang makan berniat mengambil segelas air dingin.

“Jalan-jalan ke luar mencari udara segar. Kenapa?” tanya Nata cukup penasaran apa yang Jett mau tahu.

“Enggak papa. Apa pergi ke hotel?” tanya Jett mau tahu kegiatan istrinya.

“Pergi ke hotel tempat Mas kerja?” tanya Nata balik tanya.

“Iya, Dek. Apa pergi ke sana?” tanya Jett masih penasaran.

“Nggak untuk apa juga aku pergi ke sana,” jawab Nata berbohong.

“Jangan bilang Mas mencurigai aku,” kata Nata mendelik cepat.

“Mas hanya mau tahu kamu pergi ke mana,” balas Jett berbohong. Padahal, dia memastikan jika istrinya selalu di rumah mengenakan daster.

“Apa enggak boleh tahu apa yang dilakukan istri Mas sendiri?” tanya Jett membenting dirinya supaya Nata tidak tanya macam-macam.

Aku nggak yakin kalau Mas mau tahu atau memang sudah tahu kalau aku pergi ke hotel. Nata membatin mungkin saja suaminya melihat sekilas.

“Kok diam? Apa kamu pergi dengan pria lain?” tanya Jett memancing istrinya bicara jujur serta melemparkan masalah padanya.

“Mas, aku bilang tadi hanya cari udara segar,” jawab Nata jujur sedikit berbohong.

“Kalau Mas mau tahu semua yang aku lakukan. Apa aku boleh tahu semua yang Mas lakukan di hotel?” tanya Nata memancing suaminya bicara jujur walau tidak mungkin.

Jett geram mendengar pertanyaan istrinya.

“Apa maksud pertanyaan kamu?” tanya Jett meninggikan suara lalu hendak mengayunkan telapak tangan ke wajah istrinya.

“Berhenti, Mas,” balas Nata menahan pergelangan tangan suaminya lalu mencengkram kuat.

“Kamu! Berani-beraninya sekarang. Sekarang, kamu berhasil menahan pukulan dari aku, tetapi nggak untuk besok atau nanti,” kata Jett manik hitamnya menatap tajam.

“Kenapa? Kaget melihat aku jadi berani melawan?” tanya Nata pun berani menatap cukup lama manik hitam suaminya.

“Pergi ke mana kamu tadi pulang-pulang mulai berani menangkis tangan suami kamu?” tanya Jett penasaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status