Share

5. Jalan menuju dendam

Author: Areum_bee
last update Last Updated: 2024-11-27 17:54:02

“Terima kasih, Pak,” ujar Dara sebelum taksi yang ditumpanginya menjauh.

Dara menatap jalanan kompleks yang sepi sebab waktu yang sudah hampir menunjukkan tengah malam. Ia jalan pintas dengan penuh kehati-hatian, sebab kluster mewah ini dijaga dengan keamanan ketat.

“Berhenti di sana!” seru sebuah suara membuat tangan ringkih yang semula berniat membunyikan bel itu mengambang di udara.

“Sudah saya bilang berkali-kali, kan?! Pengemis, penjual dan pemulung dilarang memasuki kawasan ini, tidak bisa baca aturan di depan?! Berani-beraninya mengotori kompleks ini dengan aura melaratmu!” sentak lelaki bertubuh tambun yang terasa asing bagi Dara. Ditodongkannya tongkat kebanggaan itu sembari menatap remeh penampilan Dara.

Perempuan itu tersinggung saat menyadari penampilannya yang memang layak disebut pengemis daripada pewaris. “Saya bukan pengemis,” jelasnya sembari memencet bel dan membuat satpam itu cepat-cepat menariknya kasar.

“Dasar orang miskin! Jangan berani mengganggu ketenangan penghuni kompleks ini! Cepat pergi dari sini!”

“Saya ingin bertemu nyonya Sukma.” Dara menelan ludahnya susah payah saat menyebutkan nama yang mulai asing di bibirnya.

Sesaat raut terkejut menghiasi wajah si satpam. “Saya tidak percaya! Bu Sukma memerintahkan saya untuk menolak tamu tanpa janji. Lagi pula, tidak mungkin juga Bu Sukma yang sibuk, sempat membuat janji dengan orang miskin sepertimu. Dan ya! Bagaimana kamu tahu detail nama penghuni kompleks ini? Kamu mau menguntit?” selidik si satpam membuat Dara terkejut. Tiga tahun ia menghilang, sekarang semuanya tampak berubah.

Mendadak gamang itu kembali hadir, menciutkan nyali yang susah-payah ia gali. Kini egonya berbisik, menyuruhnya untuk berbalik. Tak peduli dengan keadaan dompetnya yang kian mencekik. Tapi jika ia pergi, tinggal dimana dia dengan selembar merah yang masih bersemayam di dompetnya?

Ah! Tidak-tidak! Sudah sejauh ini ia melangkah, ia bertekad akan melakukan apa saja untuk bisa bertemu ‘dalang sebenarnya’.

Saat satpam itu menarik Dara menjauhi titik tujuannya, praktis, otak encernya langsung terpikirkan cara ekstrem agar si penghuni itu keluar dari ‘kandangnya’.

“Argh! Sial! Dasar jalang!” pekik sang satpam sembari memegangi lengannya yang dihiasi bekas gigitan.

Dara mengambil tanaman hias untuk penyejuk mata. Kali ini, ia akan menggunakannya untuk tujuan lain. Menggunakan insting pengusahanya yang selalu dipenuhi siasat. Lengannya turut lurus, agar upayanya ini akurat.

Prang!

Tarikan kasar pada tubuh lemahnya menyambutnya kemudian. Dara meringis saat rusuknya bersilaturahmi dengan bentala.

Dengan raut pias, satpam tersebut segera menyeretnya kasar. “Sial! Wanita bodoh! Dungu! Apa kau tahu tindakanmu itu bisa membuat saya dipecat, hah?!” tanyanya dengan urat-urat menonjol.

Bersamaan dengan itu, penghuni rumah berbondong-bondong keluar setelah mendengar keributan di malam buta ini.

Dibukanya pintu oleh pria paruh baya bersama istrinya. Di samping itu, terdapat juga wanita lansia yang duduk di kursi roda. Gurat kusut jelas terpampang nyata pada wajah mereka.

“Ada apa ini?” tanya pria itu sembari mendekati gerbang.

“Maaf, Pak. Saya akan pastikan penyusup ini berakhir di kantor polisi karena mengganggu kenyamanan Bapak dan sekeluarga,” ucap si satpam sembari meringkus tangan sang wanita.

“O-om Hendra! Tolong Dara!” panggil wanita itu susah payah membuat sang empunya mematung sejenak.

“T-tunggu!” seru pria itu membuat satpam itu segera melepaskan tahanannya. “Kamu ... beneran Dara?” lirih Hendra sembari mengamati tubuh kurus yang menyentil simpatinya.

Masih setengah syok. Pria itu langsung mendekap keponakannya untuk menumpahkan bendungan rindu.

“Ma! Dara kembali, Dara pulang, Ma!” seru Hendra antusias membuat istrinya dengan cekatan mendorong kursi roda yang berisi wanita tua.

Kedua wanita itu menatap Dara dengan suka cita. Tangis haru tak dapat ditahan jua.

Belum sempat mereka saling mengungkap rindu yang terbalaskan temu, sebuah suara merusak suasana haru. “Kenapa pulang?” ucap wanita yang terakhir datang dengan piyama yang melekat di tubuhnya.

“Sukma? Ayo kemari! Kamu tidak merindukan anakmu?!” seru lansia itu dengan antusias saat melihat anak semata wayangnya.

“Anak?” ucap Sukma sinis, “Saya bahkan lupa pernah melahirkan seorang anak,” cetusnya membuat semua orang menahan napas.

Hendra yang semula terharu itu ikut menimpali, “Apa maksudmu, Mbak Sukma? Dia adalah anak kandungmu sendiri–”

“Orang yang sudah terang-terangan memberontak karena termakan cinta bodoh, saya tidak sudi mengakuinya sebagai bagian dari Wijayakusuma,” ucap Sukma sambil menyorot tajam putrinya.

“Saya kemari bukan untuk kembali pada keluarga ini. Melainkan meminta pertanggungjawaban Anda atas perbuatan sabotase yang Anda lakukan pada bisnis saya. Membuat saya harus menelan pil pahit saat usaha saya menjadi korban eksploitasi ekonomi yang dilakukan suami saya sendiri, sekarang saya harus membayar ganti rugi pada klien,” jelas Dara membuat atmosfer haru itu berubah mencekam.

Sukma tertawa mengejek. “Kenapa kamu menyalahkan saya atas kelalaianmu–”

“Kenapa Anda ingkar akan janji, untuk tak mencampuri hidup saya lagi?” potong Dara membuat Sukma mendengus.

“Tidak perlu saling menyalahkan! Kejadian di masa lalu murni karena kalian kurang komunikasi,” ucap wanita tertua keluarga Wijayakusuma menengahi. “Sekarang Dara sudah kembali, biarkan dia melanjutkan tugasnya sebagai pewaris satu-satunya Wijayakusuma–”

“Ma! Apa-apaan ini?! Dia sendiri yang sudah memutuskan keluar dari Wijayakusuma dan memilih memperjuangkan cinta bodohnya!” seru Sukma tak setuju atas dekret ibunya. Sedang sepasang suami istri di sana, hanya harap-harap cemas menunggu keputusan akhir untuk keponakan tersayang mereka.

“Jika kamu lupa, Sukma. Mamalah pemegang keputusan tertinggi di keluarga ini!” Sang lansia menjalankan tugasnya sebagai penengah “Sudahi keegoisan itu, Sukma! Semua orang pernah salah, kamu pun juga. Apa mama mengusirmu? Apa mama memutuskan hubungan denganmu? Tidak! Mama membiarkan kamu bebas, lalu saat kamu sadar, mana menerimamu dengan tangan terbuka. Membiarkanmu mengevaluasi sendiri semua keputusan yang sudah kamu ambil,” tutur lansia itu dengan kelembutan. Sadar jika seorang Sukma Wijayakusuma tinggi egonya.

Sukma yang merasa terpojok segera pergi dengan amarah yang bergumul.

“Tinggallah di sini, Dara,” kata lansia itu yang diangguki kedua paman dan bibinya.

Tidak! Ini benar-benar di luar rencananya. Harusnya ia meminta sejumlah kompensasi pada ibunya. Setengahnya bisa untuk menunaikan kewajibannya pada klien. Sisanya, ia gunakan untuk memulai semuanya dari awal.

Belum sempat lisan Dara menjawab, sang nenek kembali menyela, “Dara ... Oma tahu kamu tidak akan menolaknya, kamu pasti merasa bersalah meninggalkan kami dan ingin menebusnya. Lagi pula, tidak mungkin kamu kemari hanya untuk meminta uang, kemudian pergi lagi, kan?” tanya lansia itu dipenuhi siasat agar Dara tak sanggup menolak.

Deg!

Bagus! Dara merasa tercekik saat melihat wajah penuh harap Omanya. “I-iya Oma,” jawab Dara pasrah. Tak punya keberanian menolak setelah semua pemberontakannya. Sial! Apa ia punya pilihan lain? Setelah ini, akan jadi bagaimana kehidupannya? Ah! Tapi ada satu hal yang menarik. Jika ia kembali memiliki kuasa, ia bisa melakukan ... balas dendam.

Related chapters

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    6. Rencana bercerai.

    Laksmi Wardana terlihat menikmati sup dengan dahi berkerut, tampak sedang menyusun berbagai tanya untuk cucunya. Sedang Hendra dan istrinya tampak terdiam canggung sederajat dengan atmosfer sekitar. Jangan tanya pada manusia satu yang sedang duduk tak jauh di seberang sana, Dara tak yakin ibunya juga sedang menyusun pertanyaan untuknya. Pasalnya, sekedar saling sapa saja seperti sebuah kemustahilan. Setelah usai, Sukma Wijayakusuma tampak langsung berdiri dan berniat pergi. “Mau ke mana, Sukma? Tidak ingin berbincang hangat dengan kami dulu?” tanya Laksmi pada putri semata wayangnya. “Tidak, Ma. Aku mau istirahat saja, banyak sekali musibah yang terjadi hari ini, membuat kepalaku pusing, aku tidak ingin berbicara dengan siapa pun,” kelitnya tanpa melihat anaknya yang mungkin saja tersinggung. Dara tak tahu musibah apa saja yang menimpa ibunya hari ini, hanya ... ia terlampau yakin jika namanya masuk pada daftar musibah itu. “Bahkan dengan Dara?” tanya Laksmi sengaja menyebut na

    Last Updated : 2024-12-19
  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    7. Kamu Simpanan?!

    Dara menghembuskan napasnya perlahan, matanya memandang tautan tangannya yang berkeringat dingin dengan berkaca-kaca. Meski tangisan sering dianalogikan sebagai ungkapan perasaan sedih, namun hatinya jelas tak membual, bongkahan batu yang semula mengimpit dadanya seakan dipukul godam, semua kekhawatirannya hirap bersama pecahan-pecahan batu itu, lega, setidaknya itulah yang ia rasakan setelah mendengar palu diketuk oleh sang hakim. Meskipun pada akhirnya akan ada tulisan “cerai hidup” yang akan menodai kartu kenegaraannya, Dara tetap bersyukur atas status barunya yang secara tidak langsung lepas dari belenggu siksa. Untung dari segala buntung, selama prosesi perceraian ini, tidak ada drama yang turut membumbui. Awalnya, Dara khawatir jika William akan mempersulitnya, syukurnya ada Sri Rahmi, mantan ibu mertuanya, yang terus menempeli putra pertamanya layaknya permen karet, wanita itu seakan-akan siap mencakarnya jika berani dekat-dekat dengan putra kesayangannya. “Om Hendra? Kok se

    Last Updated : 2024-12-19
  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    8. Maaf yang tak terbalas.

    Dara tersentak. Diputarnya pear body shape itu sampai 180° hingga wajah Anjani Hanggasa yang tengah bersedekap langsung menembus retinanya. “Tante!” serunya sambil menghampiri si empunya. “Kamu tahu kejadian tadi?” tanya Hendra membuat Anjani mau tak mau menghentikan lakonnya sebagai istri tersakiti. “Hm, aku kan cuma ke toilet sebentar, balik-balik malah disuguhi drama, aku pikir sedang ada syuting sinetron azab,” celetuknya membuat sepasang paman dan keponakan itu menghela napas bosan. “Kalau begitu, kira-kira judul apa yang cocok untuk sinetron azab itu?” tanya Hendra yang mau-mau saja meladeni sang istri. “Azab sering menebar senyuman, ketika mati mulutnya peot!” seru Anjani yang direspons tawa geli sang suami. Seorang Anjani Hanggasa, dokter pediatri terkenal, sedang cemburu melihat suaminya tersenyum di depan para wanita! Dara bukannya tak tahu bagaimana mesranya dua orang itu, tapi tiap kali melihatnya, perempuan itu selalu memiliki seberkas iri yang menjamur. Cih! Willia

    Last Updated : 2024-12-20
  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    9. Saya muak melihatmu!

    ‘Berangkat ke kantor. cepat pulang, ya, Ayah. Adik tunggu,’ Dara mendengus sinis saat melihat unggahan Indri yang menampilkan William tengah mencium perut ratanya dengan kemeja slim fit biru serta celana bahan hitamnya. Jadi William sudah mendapat pekerjaan? Dan itu sesudah mereka bercerai? Apalagi dilihat dari penampilan William, sepertinya lelaki itu mendapat posisi yang cukup bagus. Dara jadi memikirkan omongan Rahmi tentang dirinya yang membawa sial. Apa benar dirinya memang pembawa sial? Kenapa William tampak sukses setelah mereka berpisah? Dan lihatlah senyum pria itu. Dara bahkan tak pernah diberikan senyuman selebar ini ketika mereka masih berstatus suami istri. “Bagaimana, Ra?” tanya Laksmi Wardana membuat Dara cepat-cepat menyimpan ponselnya dan mengalihkan atensi ke laptop yang sejak tadi menyala. Dara terkejut. “Aku ... diterima?” tanyanya tak yakin setelah membaca email dari PT. Juita betari, yang merupakan perusahaan besar milik keluarga Wijayakusuma. “Bagus! Oma sud

    Last Updated : 2024-12-20
  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    10. kerusuhan sang pelakor.

    Dara mengamati dokumen kenegaraan di tangannya. Gelisah, setelah kejadian kemarin, perempuan itu semakin merasa bersalah saat melihat namanya yang tertulis jelas di bawah nama Sukma Wijayakusuma. Anjani menyeruput tehnya sembari memperhatikan ekspresi keponakannya. “Kamu tidak siap-siap? Kita akan pergi ke mall sekarang, kebetulan tante sedang tidak memiliki jadwal praktik, tapi pamanmu itu agaknya tidak bisa mengantar, dia sedang ada urusan bisnis,” beritahunya sembari mengamati penampilan keponakan yang masih ala-ala rumahan dengan mata panda yang menarik atensi. “Kalau menunggu pamanmu, tante tidak yakin kita jadi shopping, biar sopir yang mengantar, kamu siap-siap sekarang!” tegas Anjani membuat Dara mau tak mau bersiap-siap dan kembali saat Anjani menghabiskan secangkir tehnya. Sebuah wrap dress berwarna merah dengan motif flora melekat indah di tubuh 171 senti itu, ditambah sepasang boots hitam yang berhasil membuat Anjani berdecak kagum akan keindahan sang keponakan yang suda

    Last Updated : 2024-12-21
  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    11. Tamparan Indri

    Seluruh kegiatan kafe langsung terhenti seketika. Semua mata langsung tertuju pada dua wanita yang tampak memiliki prahara, beberapa orang bahkan kesulitan untuk sekedar menyerap udara, dalam hati khawatir jika napasnya terdengar dan bisa menarik atensi dua wanita di sana, takut terlibat pertengkaran fisik penuh siksa.“Perempuan jalang!” seru Indri sambil menunjuk wajah Dara yang menoleh ke samping akibat tamparannya. Semua pelanggan yang mendengarnya pun mulai berspekulasi sesuai keyakinan masing-masing.“Apa kamu bilang?” desis Dara dengan gigi bergemeletuk.“Memang benar, kan? Sebutan apa yang lebih pantas untuk wanita yang berusaha menghancurkan rumah tangga orang?!” sentak Indri semakin membuat audiens tertarik memperhatikan drama dadakan itu.Dara mengusap pipinya yang terasa panas dan kebas. Matanya menatap nyalang pada perempuan berpenampilan kacau di depannya. “Indri ...,” tekannya yang masih rasional dengan tidak menampar balik perempuan itu sebab masih memikirkan nasib san

    Last Updated : 2024-12-21
  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    12. Tugas konyol macam apa ini?!

    Dara mematut penampilannya di depan cermin full body. Sebuah kemeja dengan puffy Sleeve berwarna baby blue yang dipadukan dengan wrap skirt berwarna hitam selutut sukses melekat indah di tubuh semampai itu, memperlihatkan betis jenjangnya. Setelah memastikan penampilannya paripurna, perempuan itu segera mengambil block heel 5 senti yang senada dengan warna roknya. Tidak lupa anting cuplik mutiara yang membuat penampilannya on point.“Wah! Ada yang mau menjalani hari pertama menjadi karyawan, nih!” celetuk Hendra saat melihat Dara turun menenteng heel serta tasnya.Anjani ikut terkekeh sembari mengamati penampilan Dara, wanita paruh baya itu menyingkirkan sedikit resah dan curiga atas sikap tenang Dara, pasalnya, bertahun-tahun mengenal sang keponakan, membuatnya tahu sifat menggebu-gebu Dara. Suatu kemustahilan jika Dara melupakan kejadian ‘itu’ begitu saja.Di ujung sana terdapat wanita berpakaian formal yang tampak mengisolasi dirinya dari keluarga Wijayakusuma lain.“Oma harap kali

    Last Updated : 2024-12-22
  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    13. Inilah Konsekuensi Balas Dendam!

    Delion memandang perempuan yang ia anggap adik itu dengan skeptis. “Sebenarnya apa maksudmu? Kamu tahu, aku adalah seorang PI terkenal, mangsaku bukan sembarang mangsa. Aku bahkan pernah menyelidiki pengusaha terkenal luar negeri, dan kamu?” Delion menunjuk Dara dengan sengit. “Kamu menyuruhku menyelidiki mantan suamimu? Prestiseku jelas akan jatuh!”Dara mendengus. “Jangan salah! Mereka semua orang-orang manipulatif. Jika keluarga William ada di lingkaran sama seperti kita, aku yakin mereka akan menjadi lawan yang tangguh.”Delion Sunarija menghela napas. “Dan? Kamu sudah sepenuhnya lepas dari mereka bukan? Beberapa hari yang lalu aku mendengar kabar perceraianmu dari istriku.”Dara tak mengelak tentu saja, lagi pula istri Delion masih memiliki hubungan kekerabatan lewat Laksmi Wardana. “Kata siapa aku sudah terlepas dari mereka, baru saja kemarin! Indri, mengancam mantan asistenku di tempat kerjanya, aku tak punya pilihan selain datang, dan apa kau tahu apa yang terjadi? Dia! Cecung

    Last Updated : 2024-12-22

Latest chapter

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    97. Lupakan perasaan.

    Suasana Padang rumput yang semula teduh itu berubah menjadi panas ketika dua pasang manusia berbeda gender itu saling merasakan manisnya bibir masing-masing. Dara menutup netranya begitu Sagara memegangi wajahnya dengan lembut seolah-olah pria itu takut menyakitinya.Begitu keduanya kehabisan oksigen, mereka memutuskan untuk saling melepaskan diri dari belenggu manis itu. Dara mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Ketika Sagara kembali mendekat, praktis perempuan itu semakin membuka diri. Sesuatu yang lembut dan manis langsung menyapa bibir bulatnya. Pikiran Dara seketika hanya berisi gairah untuk terus mengeksplor rasa menyenangkan ini. Dara lupa akan tujuan utamanya, Dara lupa siapa dirinya selaku orang yang semula terancam. Dara lupa siapa Sagara, selaku orang yang mengancam posisinya. Di pikirannya, hanya ada naluri wanitanya yang minta dicintai.Namun, sekelebat bayangan William dan keluarganya yang tengah tersenyum mengejek ke arahnya seolah-olah menertawakan Dara karena sud

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    96. Kecupan manis

    ‘Jangan lupa bayaran untukku,’ ‘Kamu sudah memberi tahuku sebanyak tujuh kali, Delion. Berhenti merecokku, tak akan kukirimkan jika kamu terus mengirimkan pesan-pesan ini.’ ‘Iya, ini yang terakhir kalinya. Lagi pun, hari ini kamu ada kencan dengan Sagara, kan? Aku tak akan mengganggumu lagi. Nikmatilah ke can manismu Nona.’ “Dasar gila,” “Kamu mau ke mana, Dara? Akhir-akhir ini, Oma lihat setiap libur, kamu selalu keluar. Kamu ... ada pacar di luar sana kah?” “Bukan pacar, Ma. Aku memang sedang ada urusan penting di luar,” “Kalau kamu punya pacar, bawalah kemari. Siapa orangnya, dan di mana rumahnya? Biar kami bisa saling mengenal.” “Memangnya Mama belum mengenalnya? Bukankah sebelum Dara, mama malah lebih mengenal pacar Dara?” “Maksudnya siapa, Ndra?” “Siapa lagi? Memangnya Dara dekat dengan pria lain selain Sagara?” “Oh, jadi benar-benar dia,” “Nah itu dia!” “Kamu kemari untuk meminta izin mengencani perempuan Wijayakusuma. Apakah aku salah?” “Benar, saya i

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    95. Menjadi tukang sayur.

    Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Itu artinya, para budak korporat sudah diperbolehkan melepaskan diri dari penatnya kerajaan, dan mengisi perut mereka dengan maka siang. "Hari ini, Bu Dara ingin makan siang dengan menu apa?” tanya perempuan yang berprofesi sebagai sekretaris manager marketing PT Juita Betari itu dengan nada sungkan.Dara yang sedang memijat pangkal hidungnya untuk meredakan pusing yang menyerang, perlahan bangkit dari kursi kebesarannya. “Ayo, ke kantin saja,” ajaknya sembari melambaikan tangan dan berjalan mendahului sang sekretaris. “Akhir-akhir ini Bu Dara terlihat sangat sumringah, apakah saya salah menebak?” terka wanita berpakaian formal itu sembari mengikuti langkah atasannya.Dara kontan menghentikan langkahnya dan berbalik. “Benarkah?” tanyanya sambil memegangi wajahnya sendiri sebelum kemudian mengedikkan bahunya acuh tak acuh dan kembali berjalan. “Namanya juga hidup, akan ada masa senang dan sedihnya. Masa saya harus murung terus? Yang paling

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    94. Tak kunjung hamil

    “Kamu tak mau berbicara pada kita?” “Ampun!” Bugh! “Akan kupotong tanganmu jika tak beri tahu kami di mana letaknya barangnya,” “S-saya benar-benar tidak tahu. Saya bersumpah,” “Siapa di sana?!” “Sial,” “Pak!” “Nona Dara? Ada yang bisa dibantu?” “Ah ....” “Cincin saya jatuh di taman, saya sangat sedih, karena itu adalah hadiah dari ibu saya,” “Di bagian mana Nona menjatuhkannya?” “S-saya lupa, tapi saya tadi berputar-putar di seluruh taman, saya tidak bisa menduga-duga di bagian mana cincin saya jatuh,” “Baiklah, akan saya lihat,” “Tidak-tidak!” “Maaf?” “Maksud saya, kamu tidak bisa ke sana sendirian. Saya sangat berharap jika cincin itu ketemu sesegera mungkin. Jadi, kamu harus membawa temanmu. Paling tidak ....” “Lima orang! Bawa rekan paling tidak lima orang, dan dalam waktu lima menit, kembali saja meskipun belum ketemu. Ini sudah malam, akan saya cari tahu caranya besok, atau mungkin saya akan memilih mengikhlaskannya,” “Hati-hati, Pak,” “Dara? Kamu kenapa ke s

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    93. Siapa di sana?

    Dara berjalan dengan lesu memasuki rumahnya yang sunyi meskipun langit belum terlalu gelap. Hari ini ia harus rela lembur habis-habisan karena divisi yang dipimpinnya sedang menjalankan proyek baru. Begitu kakinya menapaki lantai marmer kediaman Wijayakusuma, sedikit kelegaan akhirnya merasuki relung hatinya. Jika sudah seperti ini, maka tak akan ada hal lain yang ia lakukan selain tidur hingga esok pagi. Duar! Suara ledakan yang lumayan keras langsung membentur gendang telinga janda kembang yang semula berjalan lesu itu. Mata yang awalnya terkantuk-kantuk itu langsung melek seketika sembari celingak-celinguk mencari sumber suara. “Ahh!” Teriakan histeris dari arah dapur langsung mengambil alih rasa penasaran Dara. Perempuan itu segera menuju ke sumber suara dan mendapati pria paruh baya tengah memakai helm dan mantel sedang berperang dengan ledakan-ledakan yang diciptakan karena kombinasi wajan, minyak panas dan daging baru keluar kulkas. Dara segera mendatangi pamannya yang tam

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    92. Mereka semua gila.

    Untuk sesaat Dara dibuat bergeming akan kabar yang dibawa ayah satu anak itu sebelum kemudian menyalak, “Delion! Kamu jangan bercanda, ya!” Terdengar decak sebal dari pria di seberang sana. “Look! Kalau kamu tidak mempercayai fakta ini, maka lihatlah sendiri semua bukti-bukti yang kukirimkan, biar kutahu mulutmu yang ceriwis itu masih berani mempertanyakan kredibilitas kerjaku atau tidak!" suruh Delion dengan nada sewotnya. Bagaimana bisa orang pemarah sperti Delion ini bisa menjadi private investigator? Dara yakin Delion pasti membuat para kliennya kabur gara-gara sikapnya yang menyebalkan ini. Kadang Delion akan kelewatan bercanda tak tahu tempat, tapi di sisi lain Delion juga sering serius di waktu-waktu bercanda. “Kenapa malah kamu yang marah? Hei! Aku hanya memperingatkan dirimu yang kelewat sering bercanda itu," kata Dara dengan penuh penekanan. Berurusan dengan Delion itu sama saja seperti menggenggam udara. Sampai kapan pun Dara tak pernah bisa tahu isi hati Delion yang rum

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    91. Yang Sri Rahmi sembunyikan

    Menyebalkan! Meskipun Dara berhasil membuat Namira Sana Soeroso, sang model catwalk, geram dan menjauh darinya dengan hati dongkol, itu tak serta-merta membuat Dara senang. Mungkin Namira akan menyenggolnya di media sosial seperti yang biasa perempuan itu lakukan pada orang-orang yang menyinggungnya. Apakah Dara takut? Jawabannya antara iya dan tidak. Karena ucapan Sagara kapan hari tentang sikap aneh Namira dalam memilih musuh, Dara jadi percaya diri Namira tak akan berani menyentuhnya. Namun, tak ada yang tahu pasti bagaimana masa depan berjalan. Bisa saja Namira akan melakukannya karena Dara terlampau menggores harga dirinya. “Kamu kenapa, Dara?” tanya Sukma begitu melihat wajah putri semata wayangnya yang kusut sejak menuruni mobil. Dara yang sedang berjalan itu menghentikan langkah. “Iya, Ma?” tanya Dara tak mendengar pertanyaan sang ibu. Sukma menatap putrinya penuh penilaian. “Kamu terlihat cemberut sejak pulang, apa yang terjadi? Apakah ada hal buruk yang menimpamu hari in

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    90. Membungkam kesombongan Namira.

    Namira mengulurkan tangannya pada Dara. Hal seperti itu biasannya identik dengan sambutan ramah. Namun, dari sorot matanya, tak ada setitik pun ekspresi ramah. Malah, ada ekspresi sengak ditambah sekelumit ekspresi menghina yang perempuan semampai itu layangkan kepada Dara.Karena ingin menghargai sikap Namira, Dara pun berdiri untuk menyambut perlakuan Namira terlepas niat sebenarnya sang model papan atas yang belum ia ketahui.Dara tersenyum ramah dan menyambut angsuran tangan itu. "Kita berjumpa lagi. Senang bertemu denganmu,” katanya berniat kembali duduk. Namun, cengkeraman erat dari Namira membuat Dara mengernyit bingung akan perlakuan yang semula ramah dan sekarang berubah layaknya monster.Dara berusaha mencari maksud Namira dengan menatap netra tajamnya. janda kembang itu sedikit mendongak karena perbedaan tinggi mereka yang signifikan, meskipun Dara sendiri memiliki tinggi 171 senti, tapi itu tak ada bandingannya dengan Namira Sana Soeroso yang tingginya mencapai 180 senti d

  • Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan    89. Bertemu lawan?

    Dara berjalan keluar kantor bersama para karyawan lain mengingat ini adalah waktu penghujung bekerja. Raut lelah para karyawan menjadi satu-satunya yang menemani Dara dalam kesendiriannya. Saat Dara akan menaiki mobil yang sudah dipersilakan sopirnya, tiba-tiba benda pipih di sakunya bergetar. Dara membukanya, itu adalah panggilan telepon dari ibunya. Segeralah wanita itu menerimanya. “Kenapa, Ma?" tanya Dara sebagai pembuka obrolan sembari masuk ke mobil dan segera memakai. sabuk pengamannya. Terdengar kasak-kusuk dari seberang sana, menunjukkan jika Sukma Wijayakusuma masih berada di kantor pusat dengan berkas-berkas membosankan itu. Tak lama kemudian suara tersebut mulai hening. "Ada undangan dari salah satu kolega bisnis kita. Mama lupa memberi tahu. Kamu sudah di rumah?" tanya wanita paruh baya dengan suara lelahnya. "Belum, Ma. Aku baru saja keluar kantor ini mobilnya baru keluar dari area kantor," jawab Dara sambil melihat pemandangan mobil-mobil yang berjejer macet. "Bag

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status