Setelah Mahesa keluar dari ruangan itu, barulah Damaira bisa bernafas. Dia menghirup dalam-dalam udara yang ada, mengisi rongga dadanya dengan udara serta memasok oksigen ke otak agar bekerja dengan baik.
"Fiiuuuhhh!!!"Damaira mengeluarkan nafas dengan satu dorongan. Memegang jantungnya yang berdebar."Jantung, kamu sehat, 'kan?" monolog Damaira.Kemudian Damaira mencubit lengannya."Aduh! Sakit!"Ternyata yang baru saja terjadi bukanlah sebuah mimpi atau sekedar halusinasi.Sayangnya, otak pintar tak bisa diajak kompromi karena telah memutar kembali kejadian-kejadian lima tahun yang lalu, sebuah pengkhianatan yang tak bisa dia lupakan.Membuat Damaira penuh keraguan untuk melangkah, waktu lima tahun yang dia kira cukup untuk melupakan masa lalunya ternyata salah.Damaira tak ingin hal itu terulang kembali, jadi dia harus memikirkan semuanya dengan baik dan tidak terburu-buru mengambil keputusan.Mahesa dan anak-anak kembali ke ruangan. KeDamaira melihat layar ponselnya, terlihat nama orang yang baru saja melamarnya di layar pipih tersebut–Mahesa.Entah mengapa jantungnya mendadak berdebar-debar tak karuan. Damaira mengehela nafas untuk mengurai kegugupan, lalu menggeser icon telepon berwarna hijau itu. "Halo, Mas.""Apa kamu sudah tidur? Apa aku mengganggumu?" tanya Mahesa dari seberang sana.Mahesa memutuskan untuk menelpon Damaira karena sempat melihat wanita itu mengetik di room chat mereka, namun tak jua pesan itu terkirim."Tidak, Mas. Belum mau tidur dan tidak mengganggu. Pukul berapa sampai di rumah?""Beberapa menit yang lalu. Apa aku boleh mengganti panggilan menjadi video?" tanya Mahesa.Damaira diam sejenak, lalu merapikan diri di depan cermin meja riasnya. Memastikan bahwa penampilannya rapi dan cantik."Boleh, Mas."Panggil pun berganti menjadi video setelah Damaira menyetujui perhatian itu."Apa Ezra sudah tidur?""Sudah, Mas.""Isa marah tidak?" Damaira
"Ezra!" sebuah seruan dari suara yang sangat familiar di telinga keduanya.Celine!Kenapa Celine harus memanggil Ezra, padahal cukup diam dan pura-pura tidak tahu. Bocah cilik itu seakan lupa dengan pesan sang ayah. Celine hanya senang bisa melihat Ezra. Bagaimana pun Ezra memiliki tempat tersendiri di hati gadis cilik itu, meski mereka berbeda ibu, bukankah satu ayah, darah yang sama mengalir di tubuh keduanya.Dengan tersenyum Celine berjalan mendekat ke arah Damaira dan Ezra.Damaira hanya memandang Celine tanpa ekspresi, jika boleh jujur, dia tak ingin melihat anak kecil berwajah mirip Sita itu."Kenapa kamu tidak masuk sekolah?" tanya Celine.'Memangnya apa urusannya denganmu?' Ingin rasanya Ezra berkata seperti itu. Namun, dia tak sampai hati.Ezra menepuk pundak Celine."Maafkan aku dan Mamaku, mungkin kami telah berbuat salah dan menyakitimu. Kalau begitu kami pergi dulu, jaga dirimu baik-baik, Celine." Ezra mengajak ibunya untuk seg
Damaira mengangguk mengiyakan permintaan Naya. "Aku akan panggilkan dia atau kamu yang akan ikut ke ruanganku?" Damaira memberi pilihan pada Naya.Untuk menjaga privasi semuanya, Naya memilih untuk ikut masuk ke ruang kerja Damaira.Damaira masuk setelah mengetuk pintu."Sayang, ada yang mau kenalan."Ezra yang tadinya sibuk dengan rubiknya menghentikan kegiatannya dan berjalan mendekati sang ibu. Pandangannya tidak lepas dari Naya."Kenalkan, nama Tante ini, Tante Naya–Finnaya. Adik pertama dari Papamu."Ezra yang mulai terbiasa dengan budaya di Indonesia mengulurkan tangan untuk bersalaman dan mencium tangan Naya."Prince Ezra, Tante.""Anak pintar, anak tampan," ucap Naya seraya menepuk bahu Ezra.'Mirip sekali dengan Mas Negan,' batin Naya.Damaira meminta Naya untuk duduk lebih dulu."Tante, sedang hamil ya?""Iya.""Boleh aku pegang?" Naya mengangguk."Dia laki-laki atau perempuan, Tante?""Rahasia," jawab Naya seraya mengerlingkan sebelah matanya.Membuat bocah cilik itu berdec
Naya memandang wajah Celine yang begitu ingin tahu tentang mantan istri ayahnya, membuatnya serba salah.Naya membelai lembut kepala Celine."Iya, Tante mengenal Tante Ira, Celine.""Memangnya ayah dan Tante Ira ada hubungan apa, Tante? Kenapa Tante Ira sepertinya sangat membenci ayah?" Celine melanjutkan pertanyaannya.Naya menghela nafas panjang, untung saja dia sudah belajar tentang dunia anak kecil yang penuh dengan keingintahuan, selesai satu pertanyaan, akan timbul pertanyaan baru.Alih-alih menjawab, Naya yang penasaran mengapa Celine bertanya seperti itu memilih untuk bertanya lebih dulu."Memangnya ada apa? Coba Celine ceritakan pada Tante, kenapa Celine bertanya seperti itu?"Tanpa ada paksaan, bocah cilik itu bercerita dengan sendirinya, setiap kejadian yang terjadi antara dia, Ezra, ayahnya, dan Damaira selama beberapa hari ini.Naya sudah bisa menyimpulkan semuanya dari cerita Celine. Rupanya mereka sudah cukup lama bertemu. Dia harus mem
Keheningan yang terjadi di dalam mobil sedan Mercedes Benz itu. Mahesa melirik Ezra melalui spion tengah, hal yang sama pun dilakukan oleh bocah cilik itu.Mahesa membelokkan Mobil masuk ke dalam pom bensin."Ezra, bagaimana kalau kita ke minimarket sebentar?""Ok, Dad." Anak itu langsung setuju seakan tahu tujuan Mahesa menghentikan mobil tersebut di pom bensin.Mahesa menepuk bahu Damaira sebelum keluar dari mobilnya."Aku dan Ezra akan menunggumu diluar."Damaira memandang wajah tampan Mahesa, mata indahnya telah berkaca.Mahesa tersenyum lalu mengacak sedikit puncak kepala Damaira, hal yang baru pertama kali dia lakukan.Melihat ibunya seakan menginginkan sebuah bahu untuk sandaran, Ezra berinisiatif untuk membiarkan Mahesa tetap berada di mobil."Dad, Daddy temani saja Mama. Aku akan ke minimarket sendiri, Daddy cukup beri aku uang."Mahesa menoleh pada Ezra, "Jangan Ezra terlalu berbahaya." "Aku sudah besar, Dad." Tanpa menungg
Negan segera memacu kendaraannya kembali ke kantor, entah mengapa dia ingin sekali kembali ke kantor dan bertanya sesuatu pada atasannya–Mahesa. Negan lupa janjinya pada Naya, jika telah selesai dengan urusannya, dia akan segera kembali dan menemani Celine.Sampai di parkiran Negan mendadak linglung, entah apa yang harus dia lakukan.Menemui Mahesa? Lantas apa yang akan dia bicarakan dengan atasannya itu? Apakah Anda sedang menjalin hubungan dengan mantan istri saya, Pak? Apakah Anda sungguh-sungguh dengan Damaira? Bisakah Anda tidak mendekati mantan istri saya? Apakah Anda bisa benar-benar menyayangi Ezra? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Negan."Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Negan mengumpati dirinya seraya memukul-mukulkan kepalanya ke stang pengemudi."Kamu berharap apa, Negan. Jelas-jelas kamu sudah ditolak mentah-mentah," monolog Negan.Pada akhirnya Negan hanyalah seorang pecundang.Ting![Mas, aku pulang dulu. Celine sudah selesai mengerjakan PR. Saat ini sedang
"Baru pulang, Mas?" tanya Dina.Negan hanya berdehem untuk menjawab pertanyaan adik bungsunya."Mas kenapa kamu tak pernah cerita kalau Mbak Ira telah kembali?"Negan menghentikan langkah, lalu menoleh pada adiknya."Ternyata Ezra itu anak kalian?""Lalu sejauh mana hubungan kalian sekarang? Anak itu sudah tahu kalau kamu adalah ayahnya?" Negan menghela nafas."Mas, kenapa malah menghelas nafas, jawab pertanyaanku!"Suasana hati Negan yang sedang tidak baik menjadi semakin parah, karena harus mendengar banyak pertanyaan dari adiknya. Hati dan fisik sudah lelah, kenapa adik bungsunya itu tak pernah peka dengan kondisinya.Negan memindai sekitar, khawatir Celine akan mendengar percakapan mereka."Dia ada di kamar, kamu tahu sendiri apa yang dia kerjakan jika menjelang magrib." Dina tahu kakaknya itu sedang mencari anaknya."Naya yang cerita?"Negan hanya menebak, siapa tau kedua adiknya itu tadi sempat bertemu. Dina menggeleng."Aku tadi bertemu dengan Mbak Ira dan anak kalian di super
Celine telah tertidur, setelah makan malam tadi Negan menuruti keinginan anaknya untuk membacakan buku dongeng. Keinginan yang begitu sederhana bagi Negan, namun selama ini dia tak sepenuhnya meluangkan waktu untuk hal yang sesederhana itu."Tidurlah sendiri, Celine. Ayah lelah." Itulah kata yang sering dia katakan saat dulu Celine sering merengek ingin ditemani olehnya. Ternyata, meski selama ini Negan mati-matian membesarkan Celine, dia tak sepenuhnya mencurahkan kasih sayangnya.Entah sejak kapan Celine tak pernah lagi merengek dan tidur sendiri. Hingga malam ini anak itu mau mengungkapkan keinginannya lagi."Ayah, aku ingin setiap malam Ayah bacakan aku dongeng. Ezra pernah cerita, setiap mau tidur Mama dan Papinya selalu membacakannya buku," ucap Celine sebelum tidur tadi.Negan masih membelai kepala Celine, anak kecil itu begitu tenang dalam tidurnya.Negan menyadari, kehadiran Ezra dalam hidup Celine begitu sangat berpengaruh. Anak itu kini dapat meng