"Ezra!" sebuah seruan dari suara yang sangat familiar di telinga keduanya.
Celine!Kenapa Celine harus memanggil Ezra, padahal cukup diam dan pura-pura tidak tahu. Bocah cilik itu seakan lupa dengan pesan sang ayah.Celine hanya senang bisa melihat Ezra. Bagaimana pun Ezra memiliki tempat tersendiri di hati gadis cilik itu, meski mereka berbeda ibu, bukankah satu ayah, darah yang sama mengalir di tubuh keduanya.Dengan tersenyum Celine berjalan mendekat ke arah Damaira dan Ezra.Damaira hanya memandang Celine tanpa ekspresi, jika boleh jujur, dia tak ingin melihat anak kecil berwajah mirip Sita itu."Kenapa kamu tidak masuk sekolah?" tanya Celine.'Memangnya apa urusannya denganmu?' Ingin rasanya Ezra berkata seperti itu. Namun, dia tak sampai hati.Ezra menepuk pundak Celine."Maafkan aku dan Mamaku, mungkin kami telah berbuat salah dan menyakitimu. Kalau begitu kami pergi dulu, jaga dirimu baik-baik, Celine."Ezra mengajak ibunya untuk segDamaira mengangguk mengiyakan permintaan Naya. "Aku akan panggilkan dia atau kamu yang akan ikut ke ruanganku?" Damaira memberi pilihan pada Naya.Untuk menjaga privasi semuanya, Naya memilih untuk ikut masuk ke ruang kerja Damaira.Damaira masuk setelah mengetuk pintu."Sayang, ada yang mau kenalan."Ezra yang tadinya sibuk dengan rubiknya menghentikan kegiatannya dan berjalan mendekati sang ibu. Pandangannya tidak lepas dari Naya."Kenalkan, nama Tante ini, Tante Naya–Finnaya. Adik pertama dari Papamu."Ezra yang mulai terbiasa dengan budaya di Indonesia mengulurkan tangan untuk bersalaman dan mencium tangan Naya."Prince Ezra, Tante.""Anak pintar, anak tampan," ucap Naya seraya menepuk bahu Ezra.'Mirip sekali dengan Mas Negan,' batin Naya.Damaira meminta Naya untuk duduk lebih dulu."Tante, sedang hamil ya?""Iya.""Boleh aku pegang?" Naya mengangguk."Dia laki-laki atau perempuan, Tante?""Rahasia," jawab Naya seraya mengerlingkan sebelah matanya.Membuat bocah cilik itu berdec
Naya memandang wajah Celine yang begitu ingin tahu tentang mantan istri ayahnya, membuatnya serba salah.Naya membelai lembut kepala Celine."Iya, Tante mengenal Tante Ira, Celine.""Memangnya ayah dan Tante Ira ada hubungan apa, Tante? Kenapa Tante Ira sepertinya sangat membenci ayah?" Celine melanjutkan pertanyaannya.Naya menghela nafas panjang, untung saja dia sudah belajar tentang dunia anak kecil yang penuh dengan keingintahuan, selesai satu pertanyaan, akan timbul pertanyaan baru.Alih-alih menjawab, Naya yang penasaran mengapa Celine bertanya seperti itu memilih untuk bertanya lebih dulu."Memangnya ada apa? Coba Celine ceritakan pada Tante, kenapa Celine bertanya seperti itu?"Tanpa ada paksaan, bocah cilik itu bercerita dengan sendirinya, setiap kejadian yang terjadi antara dia, Ezra, ayahnya, dan Damaira selama beberapa hari ini.Naya sudah bisa menyimpulkan semuanya dari cerita Celine. Rupanya mereka sudah cukup lama bertemu. Dia harus mem
Keheningan yang terjadi di dalam mobil sedan Mercedes Benz itu. Mahesa melirik Ezra melalui spion tengah, hal yang sama pun dilakukan oleh bocah cilik itu.Mahesa membelokkan Mobil masuk ke dalam pom bensin."Ezra, bagaimana kalau kita ke minimarket sebentar?""Ok, Dad." Anak itu langsung setuju seakan tahu tujuan Mahesa menghentikan mobil tersebut di pom bensin.Mahesa menepuk bahu Damaira sebelum keluar dari mobilnya."Aku dan Ezra akan menunggumu diluar."Damaira memandang wajah tampan Mahesa, mata indahnya telah berkaca.Mahesa tersenyum lalu mengacak sedikit puncak kepala Damaira, hal yang baru pertama kali dia lakukan.Melihat ibunya seakan menginginkan sebuah bahu untuk sandaran, Ezra berinisiatif untuk membiarkan Mahesa tetap berada di mobil."Dad, Daddy temani saja Mama. Aku akan ke minimarket sendiri, Daddy cukup beri aku uang."Mahesa menoleh pada Ezra, "Jangan Ezra terlalu berbahaya." "Aku sudah besar, Dad." Tanpa menungg
Negan segera memacu kendaraannya kembali ke kantor, entah mengapa dia ingin sekali kembali ke kantor dan bertanya sesuatu pada atasannya–Mahesa. Negan lupa janjinya pada Naya, jika telah selesai dengan urusannya, dia akan segera kembali dan menemani Celine.Sampai di parkiran Negan mendadak linglung, entah apa yang harus dia lakukan.Menemui Mahesa? Lantas apa yang akan dia bicarakan dengan atasannya itu? Apakah Anda sedang menjalin hubungan dengan mantan istri saya, Pak? Apakah Anda sungguh-sungguh dengan Damaira? Bisakah Anda tidak mendekati mantan istri saya? Apakah Anda bisa benar-benar menyayangi Ezra? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Negan."Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Negan mengumpati dirinya seraya memukul-mukulkan kepalanya ke stang pengemudi."Kamu berharap apa, Negan. Jelas-jelas kamu sudah ditolak mentah-mentah," monolog Negan.Pada akhirnya Negan hanyalah seorang pecundang.Ting![Mas, aku pulang dulu. Celine sudah selesai mengerjakan PR. Saat ini sedang
"Baru pulang, Mas?" tanya Dina.Negan hanya berdehem untuk menjawab pertanyaan adik bungsunya."Mas kenapa kamu tak pernah cerita kalau Mbak Ira telah kembali?"Negan menghentikan langkah, lalu menoleh pada adiknya."Ternyata Ezra itu anak kalian?""Lalu sejauh mana hubungan kalian sekarang? Anak itu sudah tahu kalau kamu adalah ayahnya?" Negan menghela nafas."Mas, kenapa malah menghelas nafas, jawab pertanyaanku!"Suasana hati Negan yang sedang tidak baik menjadi semakin parah, karena harus mendengar banyak pertanyaan dari adiknya. Hati dan fisik sudah lelah, kenapa adik bungsunya itu tak pernah peka dengan kondisinya.Negan memindai sekitar, khawatir Celine akan mendengar percakapan mereka."Dia ada di kamar, kamu tahu sendiri apa yang dia kerjakan jika menjelang magrib." Dina tahu kakaknya itu sedang mencari anaknya."Naya yang cerita?"Negan hanya menebak, siapa tau kedua adiknya itu tadi sempat bertemu. Dina menggeleng."Aku tadi bertemu dengan Mbak Ira dan anak kalian di super
Celine telah tertidur, setelah makan malam tadi Negan menuruti keinginan anaknya untuk membacakan buku dongeng. Keinginan yang begitu sederhana bagi Negan, namun selama ini dia tak sepenuhnya meluangkan waktu untuk hal yang sesederhana itu."Tidurlah sendiri, Celine. Ayah lelah." Itulah kata yang sering dia katakan saat dulu Celine sering merengek ingin ditemani olehnya. Ternyata, meski selama ini Negan mati-matian membesarkan Celine, dia tak sepenuhnya mencurahkan kasih sayangnya.Entah sejak kapan Celine tak pernah lagi merengek dan tidur sendiri. Hingga malam ini anak itu mau mengungkapkan keinginannya lagi."Ayah, aku ingin setiap malam Ayah bacakan aku dongeng. Ezra pernah cerita, setiap mau tidur Mama dan Papinya selalu membacakannya buku," ucap Celine sebelum tidur tadi.Negan masih membelai kepala Celine, anak kecil itu begitu tenang dalam tidurnya.Negan menyadari, kehadiran Ezra dalam hidup Celine begitu sangat berpengaruh. Anak itu kini dapat meng
Negan berdiri dengan terus memegang tangan mantan istrinya."Aku belum selesai, tidak bisakah kamu memberiku waktu sebentar lagi?"Sebenarnya Negan hanya ingin mengulur waktu untuk bisa lebih lama bersama dengan wanita yang sangat dia rindukan.Damaira mencoba melepas tangan Negan, namun sia-sia tangan pria itu justru semakin kencang mencengkram tangannya."Tolong jangan seperti ini, Mas. Lepaskan!" "Aku tidak akan melepaskan sebelum kamu memberiku waktu lebih untuk berbicara, Ra."Tatapan mata Negan begitu sendu dan penuh harap.Tiba-tiba saja sebuah tangan mencengkram tangan Negan. Kedua pasang mata itu saling bersitatap, bersitegang satu sama lain."Lepaskan, Pak Negan. Kamu sudah menyakiti Damaira," kata Mahesa."Apa hak Anda memerintah saya?"Mahesa berjalan satu langkah kedepan."Tentu saja saya berhak melakukan itu, karena Damaira adalah calon istri saya," ucap Mahesa dengan spontan.Mendengar jawaban Mahesa hati Negan bagai di
Melihat kemacetan yang tak kunjung usai, Mahesa memutuskan untuk menepikan mobilnya lalu menyusul Damaira.Mahesa juga menyaksikan pria yang baru saja dievakuasi. Mahesa memegang tubuh Damaira yang sedikit oleng, terhuyung. Mahesa yakin Damaira saat ini sangat syok melihat kondisi Negan yang keadaannya cukup parah."Ira. Sadarlah." Mahesa menyadarkan Damaira yang pandangannya kosong.Damaira memandang ke arah Mahesa setelah mendengar ucapan pria itu."Mas Negan, Mas!" Damaira mulai panik.Mahesa memegang kedua bahu Damaira."Hei, hei. Tenang. Kamu harus tenang. Tarik nafas."Damaira mengikuti interuksi dari Mahesa untuk menarik dan membuang nafas."Ada aku di sini, kamu jangan khawatir." Damaira mengangguk.Mahesa tahu Damaira pasti akan sedih melihat kondisi mantan suaminya seperti itu, lantas apakah dia cemburu?Tidak. Hal seperti ini wajar terjadi apalagi mereka pernah hidup bersama, meski berpisah dengan keadaan yang tidak baik.