Akhirnya Damaira dan Negan sampai di rumah selepas maghrib setelah bermacet-macetan di jalanan ibu kota.
"Gila, semakin lama semakin parah macet dimana-mana," gerutu Negan."Kalau naik mobil benar-benar melelahkan, sama sekali nggak bisa bergerak. Berbeda kalau menggunakan motor, bisa selip sana-sini," imbuh Negan dengan kesal.Semenjak mengendarai mobil, Neganemang lebih sering menggerutu soal kemacetan.Damaira terkekeh, lalu berkata, "Seperti itulah jalanan di ibu kota tercinta kita, Mas. Kalau begitu, kami naik mobil saja, Mas.""Gengsilah! Masa manajer naik motor. Nanti kalau tiba-tiba klien minta diantara bagaimana? Kamu ada-ada saja, Ra.""Kan aku hanya memberi usulan, Mas."Damaira membuka sabuk pengaman, lalu mengambil kantong plastik yang berisi makan dan beberapa keperluan dapur.Negan tiba-tiba berbaik hati membeli semua itu. Jujur itu membuat hatinya tidak tenang.Damaira sudah berusaha untuk mengusir pikiran buruk itu, namun tak jugTing! Pintu lift terbuka di lantai satu, rupanya di sana ada Sita yang menunggu lift itu terbuka. Wanita itu tersenyum ramah pada Negan dan Andi, lalu masuk ke dalam lift."Pagi Pak Andi. Pagi Pak Negan," sapa Sita pada keduanya."Pagi, Neng Sita," balas Andi. Sedangkan Negan hanya tersenyum tipis.Hanya keheningan yang tercipta di dalam lift tersebut, hingga mereka sampai di lantai yang dituju.Sita keluar begitu saja tanpa kata-kata untuk sekedar basa-basi.Negan tetap bersikap santai, walau sebenarnya ada sedikit kekecewaan dalam dirinya.Pagi ini Negan memberikan briefing seperti biasa. Jujur saja, Negan merasa sedikit gelisah karena Sita terlihat biasa saja dan santai."Sita, apa kamu memiliki kendala lagi?" Negan mencoba memancing Sita untuk bicara.Sita pun menyebutkan beberapa kendala yang sedang dia hadapi."Kamu harus lebih baik lagi, mengingat bulan ini adalah bulan ke tiga kamu di sini, sebagai penentuan lulus probation atau tida
"Apa maunya wanita itu, membuat kepalaku sakit saja," kesal Negan.Setelah melakukan panggilan yang kesekian kalinya, barulah Sita mengangkat panggilan tersebut."Kamu di mana?" tanya Negan.Sita menyebutkan sebuah apotek yang menjadi area, setelah itu dia akan datang ke rumah sakit daerah."Memangnya ada apa, Mas?" tanya Sita pura-pura tidak tahu maksud Negan."Aku ingin bicara denganmu," jawab Negan.Sita tersenyum penuh kemenangan. Lalu kembali berkata, "Setelah ini aku akan makan siang dulu, mau makan siang bersama?"Negan menolak mentah-mentah tawaran Sita, sebab dia ada janji makan siang dengan salah satu kliennya besama dengan anak buahnya yang lain.Sore harinya Negan menyusul Sita ke sebuah Klinik.Melihat Negan datang, Sita hanya bersikap acuh tak acuh, sengaja mempermainkan hati pria itu.Setelah selesai bertemu dengan klien pun, Sita seperti menghindari Negan."Ayo kita bicara lebih dulu," ucap Negan setelah berhasil meraih tan
Mengingat ciuman panasnya dengan Sita, membuat bagian tubuh Negan kembali tak nyaman."Aahh, sial!" umpat Negan.Negan mati-matian berusaha mengendalikan dirinya."Wanita itu benar-benar racun," gumam Negan."Gila! Ini kesalahan, Negan. Kamu sudah gila," Negan terus memaki dirinya sendiri.Negan telah sampai di The Moonlight Bakery, dia melihat istrinya sedang melayani customer, mau tidak mau dia harus bersabar.Sembari menunggu istrinya, Negan melihat benda pipih kesayangannya. Di sana sudah bertengger pesan dari Sita. Tapi dia enggan menanggapi pesan tersebut dan memilih membuka aplikasi video untuk sekedar mencari hiburan.Saking seriusnya menonton video, Negan tidak sadar jika Damaira sudah datang. Istrinya itu mengetuk jendela beberapa kali.Negan berdecak, hanya dalam waktu kurang dari satu jam, Damaira sudah dua kali merusak suasana hatinya, dengan kesal dia membuka kunci mobil. Damaira pun langsung membuka pintu, siapa sangka dirinya akan lang
Orang itu seakan tahu gestur tubuh dan ekspresi wajah Dinda tidak menyambutnya dengan baik akhirnya mengeluarkan kata-kata lagi."Kali ini aku datang ke sini bukan ingin mengacau, kenapa wajahmu seperti itu?" ucap Dina.Orang yang menyapa Dinda adalah Dina adik iparnya Damaira.Menyadari kesalahannya Dinda menarik nafas pelan, lalu bersikap lebih baik dan profesional."Ada yang bisa kami bantu, Mbak Dina?" tanya Dinda lebih ramah."Aku datang kemari bersama temanku, dia melihat lowongan kerja part-time di toko ini, kami mau mencobanya," ucap Dina.Dinda membulatkan mata, dia mencoba menelaah kata-kata Dina, siapa tahu salah medengar kata."Kami? Maksudmu temanmu ingin melamar pekerjaan di sini?" "Iya, kami. Memangnya ada masalah kalau aku juga melamar kerja part-time di sini?"Dinda menggeleng, "Tidak ada. Silakan tinggalkan surat lamaran kalian, kebetulan pemilik toko sedang sibuk hari ini, jadi tidak bisa langsung mewawancarai kalian," ucap Dinda.Dina dan temannya menitipkan surat
"Mari Pak Sam!" Andi memberi salam pada Samudra setelah menutup pintu ruangan Negan."Ah, ya. Mari Ndi, silakan duluan," jawab Sam.Percakapan dua orang itu samar-samar terdengar oleh Negan.Awalnya dia tak menggubrisnya, tapi mengingat Sam juga mengenal istrinya dia bergegas menyusul Andi dan kawan-kawannya.Saat keluar dari kantor dia tak sengaja bertemu dengan Sita."Pak Negan, mau kemana? Sepertinya buru-buru," tanya Sita penasaran.Negan memaksakan senyum, "Ada urusan penting, Ta. Duluan, ya," jawabnya.Negan berjalan cepat menuju mobilnya."Sepenting apa urusannya sampai mengabaikanku seperti itu," gumam Sita dengan kesal. Sita diam-diam mengikuti Negan dari kejauhan, dia sangat penasaran kemana pria itu akan pergi.Negan melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata sebab kondisi jalanan cukup mendukung.Sampai di The Moonlight Bakery Negan mematut diri lebih dulu di depan cermin, dia harus terlihat lebih dari S
Jam tangan Negan menunjukkan pukul 3.23 sore, masih ada sedikit waktu sembari menunggu Damaira pulang."Baiklah, akan aku temani sebentar. Cari tempat makan di dekat sini saja."Sita pun tersenyum semringah, matanya berbinar saking senangnya."Aku hanya ingin makan bakso di dekat sini, kata teman-teman itu enak " Negan mengangguk.Satu mangkok bakso dan es jeruk nipis sudah mendarat di depan Sita, mulutnya sudah tak tahan ingin menyantap makanan berkuah tersebut.Sembari memakan baksonya, Sita terus saja mengoceh, membicarakan segala sesuatu tentang keseharian yang dia lakukan. Sangat bertolak belakang dengan Damaira yang hanya akan mengatakan hal yang penting dan menarik.Negan hanya memandang wanita itu dan sesekali tersenyum, pikirannya terbelah, dia tak fokus untuk menanggapi ucapan Sita."Kenapa nggak makan, Mas?""Aku tadi sudah makan, makanlah, habiskan."'Jadi sudah makan bersama Ira,' batin Sita.Ada sedikit kekecewaan di hati Sita me
Berita Dina yang kecanduan Narkoba sudah tersebar ke seluruh lingkungan tempat tinggal Laras, bahkan sampai di komplek perumahan Damaira.Seketika keluarga Laras menjadi pergunjingan, tak terkecuali Damaira."Mbak Ira, itu benar adik iparnya kena narkoba?" tanya tetangganya yang memang gemar bergosip.Damaira hanya tersenyum untuk menanggapi pertanyaan itu. Sepeninggalannya, samar-samar Damaira masih mendengar kumpulan ibu-ibu itu menggunjing ibu mertuanya."Padahal si Dina itu selalu dibangga-banggakan oleh Bu Laras, nggak tahunya malah bikin malu," ucap wanita yang tadi bertanya pada Damaira.Damaira hanya bisa menarik nafas panjang. Dia sudah cukup lelah dipersalahkan oleh suaminya karena kabar itu sampai dimana-mana.Negan menuduh Damaira-lah yang memberi tahu orang-orang tentang Dina. Tentulah bukan dirinya yang menyebarkan hal itu, karena itu adalah aib keluarga.Keduanya sempat bertengkar hebat karena hal itu. Negan seakan lupa jika Damaira yang s
Keesokan harinya Negan mendatangi ruangan Andi, "Sudah selesai?" tanyanya."Ini yang kamu butuhkan, sudah disetujui oleh Pak Sam." Andi memberi selembar surat beserta amplopnya."Terima kasih, Andi.""Memangnya ada apa hingga dia meminta mutasi? Aku lihat sepertinya dia betah di sini!" "Bukan dia, tapi aku yang ingin dia mutasi. Sudahlah aku akan ceritakan lain kali." Andi mengangguk, tak ingin banyak tanya."Sita lima menit lagi datang ke ruangan saya," titah Negan pada Sita."Baik, Pak."Terdengar suara pintu ruangan Negan diketuk, setelah diberi izin, orang tersebut masuk ke dalam ruangan."Ada apa Pak Negan memanggil saya?" Sita bertanya setelah dipersilakan untuk duduk."Ini."Negan memberikan sebuah amplop pada Sita."Apa ini, Pak?""Kamu buka dan baca saja."Tanpa menunggu lama, Sita membuka isi amplop tersebut. Tubuhnya bergetar saat membaca isi satu lembar surat di dalamnya."Ke-kenapa saya dimutasi, Pak?""K