Jam tangan Negan menunjukkan pukul 3.23 sore, masih ada sedikit waktu sembari menunggu Damaira pulang.
"Baiklah, akan aku temani sebentar. Cari tempat makan di dekat sini saja."Sita pun tersenyum semringah, matanya berbinar saking senangnya."Aku hanya ingin makan bakso di dekat sini, kata teman-teman itu enak " Negan mengangguk.Satu mangkok bakso dan es jeruk nipis sudah mendarat di depan Sita, mulutnya sudah tak tahan ingin menyantap makanan berkuah tersebut.Sembari memakan baksonya, Sita terus saja mengoceh, membicarakan segala sesuatu tentang keseharian yang dia lakukan. Sangat bertolak belakang dengan Damaira yang hanya akan mengatakan hal yang penting dan menarik.Negan hanya memandang wanita itu dan sesekali tersenyum, pikirannya terbelah, dia tak fokus untuk menanggapi ucapan Sita."Kenapa nggak makan, Mas?""Aku tadi sudah makan, makanlah, habiskan."'Jadi sudah makan bersama Ira,' batin Sita.Ada sedikit kekecewaan di hati Sita meBerita Dina yang kecanduan Narkoba sudah tersebar ke seluruh lingkungan tempat tinggal Laras, bahkan sampai di komplek perumahan Damaira.Seketika keluarga Laras menjadi pergunjingan, tak terkecuali Damaira."Mbak Ira, itu benar adik iparnya kena narkoba?" tanya tetangganya yang memang gemar bergosip.Damaira hanya tersenyum untuk menanggapi pertanyaan itu. Sepeninggalannya, samar-samar Damaira masih mendengar kumpulan ibu-ibu itu menggunjing ibu mertuanya."Padahal si Dina itu selalu dibangga-banggakan oleh Bu Laras, nggak tahunya malah bikin malu," ucap wanita yang tadi bertanya pada Damaira.Damaira hanya bisa menarik nafas panjang. Dia sudah cukup lelah dipersalahkan oleh suaminya karena kabar itu sampai dimana-mana.Negan menuduh Damaira-lah yang memberi tahu orang-orang tentang Dina. Tentulah bukan dirinya yang menyebarkan hal itu, karena itu adalah aib keluarga.Keduanya sempat bertengkar hebat karena hal itu. Negan seakan lupa jika Damaira yang s
Keesokan harinya Negan mendatangi ruangan Andi, "Sudah selesai?" tanyanya."Ini yang kamu butuhkan, sudah disetujui oleh Pak Sam." Andi memberi selembar surat beserta amplopnya."Terima kasih, Andi.""Memangnya ada apa hingga dia meminta mutasi? Aku lihat sepertinya dia betah di sini!" "Bukan dia, tapi aku yang ingin dia mutasi. Sudahlah aku akan ceritakan lain kali." Andi mengangguk, tak ingin banyak tanya."Sita lima menit lagi datang ke ruangan saya," titah Negan pada Sita."Baik, Pak."Terdengar suara pintu ruangan Negan diketuk, setelah diberi izin, orang tersebut masuk ke dalam ruangan."Ada apa Pak Negan memanggil saya?" Sita bertanya setelah dipersilakan untuk duduk."Ini."Negan memberikan sebuah amplop pada Sita."Apa ini, Pak?""Kamu buka dan baca saja."Tanpa menunggu lama, Sita membuka isi amplop tersebut. Tubuhnya bergetar saat membaca isi satu lembar surat di dalamnya."Ke-kenapa saya dimutasi, Pak?""K
Sita meraung penuh amarah, setelah Negan meninggalkannya tanpa meliriknya sedikitpun. Andai dia sedang tak berada di tempat umum bisa jadi sudah mengamuk dan menghancurkan barang-barang yang ada.Sita tertawa seperti orang yang tak waras, menertawakan dirinya sendiri. Lagi-lagi cinta tak berpihak padanya."Laki-laki sama saja, mereka akan membuang mainan yang sudah membosankan atau dianggap rusak," gumam Sita."Padahal aku sangat mencintaimu Finnegan Cakrawala, tapi kamu dengan mudahnya membuangku seperti boneka usang," ucap Sita. Tangannya mengepal erat, mulutnya terus komat-kamit merutuki Negan.Sita menghubungi salah satu temannya, "Halo, temani aku bersenang-senang malam ini.""Halo, seperti kamu tak sabaran sekali, tak biasanya juga kamu menghubungiku, apa kamu gagal mendapat mangsa baru? Memang hanya aku yang bisa memuaskanmu," racau orang di seberang sana dengan nada mengejek dan diiringi dengan gelak tawa."Tutup mulutmu!""Baik-baiklah, dasa
"Bumbu ayam betutu apa saja, ya? Kenapa aku lupa," gumam Damaira.Ketika Damaira membuka ponsel pintarnya untuk mencari resep ayam betutu pandangannya fokus pada bar notifikasi, ada sebuah pesan dari nomor baru.[Jika aku tak bisa memiliki suamimu, maka kamu juga tak akan memilikinya.] Isi pesan tersebut.Deg! "Apa maksudnya ini?"Damaira membuka pesan tersebut."Ya Tuhan!"Damaira menutup mulutnya yang menganga saking terkejutnya. Tubuhnya mendadak bagai tak bertulang dan bergetar.Damaira luruh ke lantai, tanpa sengaja dia menyenggol mangkok yang berada di dekatnya.Wanita mana yang kuat melihat video suaminya sedang bercumbu dengan wanita lain, bukan hanya video yang dikirim oleh nomor itu, tapi juga beberapa foto kemesraan Negan dan Sita."Pengkhianat kamu, Mas," maki Damaira.Hatinya remuk redam, firasatnya selama ini memang benar, ada sesuatu dengan dua orang itu.Laras tersadar dari lamunan karena mendengar suara mangkok yang
"Ada apa lagi dengan mereka?" gumam Dinda.Dinda membuka ponselnya, berniat ingin memberi tahu Damaira jika Negan sedang mencarinya, ternyata sahabatnya itu telah lebih dulu mengirim sebuah pesan padanya.[Din, aku pulang ke rumah kita. Jika Mas Negan datang mencariku, katakan padanya kamu tak tahu keberadaanku.]"Untunglah aku tidak salah berucap."Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Dinda segera pulang, dia sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, tak lupa dia membeli makanan untuk makan malam dan juga bahan makanan untuk esok hari.Sampai di rumah, skuter matic butut Damaira sudah tersimpan rapi di garasi. Dinda tersenyum lalu membuka pintu utama rumah itu.Ukuran rumah itu hampir dua kali lipat dari rumah yang dihuni Damaira dan Negan dan terdiri dari dua lantai. Di sebelah rumah tersebut ada rumah Dinda yang tak kalah besarnya, tapi disewakan. Di sebelahnya lagi adalah kos-kosan tiga lantai milik Damaira dan Dinda. Keduanya ko
Sore menjelang malam dengan sedikit gerimis menjadi saksi dua orang wanita berbeda usia saling mengungkapkan rasa. Membuka hati untuk saling memaafkan dan menerima satu sama lain."Terima kasih, Ra. Ibu tahu kamu wanita yang baik."'Setelah semua yang Ibu lakukan padaku, baru sekarang mengucapkan hal seperti itu, ini sudah sangat terlambat, Bu,' batin Damaira."Apa yang ingin kamu bicarakan, Ra? Ibu akan mendukung apapun keputusanmu."Damaira menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.Damaira mengungkapkan kekecewaannya pada Negan, yang telah tega mengkhianatinya setelah apa dia perjuangkan selama tiga tahun lebih. Menikah tanpa restu ayah dan juga Laras, diremehkan dan direndahkan, tak diberikan nafkah yang layak bahkan harus menopang kehidupan rumah tangganya."Lantas aku harus bagaimana, Bu?""Jujur Ibu tak bisa memaksakan apapun, Ra. Karena semua pilihan ada di tanganmu, Ibu tak akan membela Negan."Damaira terdiam, dia sudah m
Damaira memberi syarat pada suaminya, untuk menentukan dia akan memaafkannya atau tidak."Apa syaratnya, Ra? Kalau aku bisa akan ku penuhi.""Tidak ada negosiasi, jika kamu tidak bisa memenuhinya, mau tidak mau kita harus berpisah."Negan menelan salivanya dengan susah payah, berharap syarat dari Damaira mudah dan bisa dia penuhi.Belakangan Negan sadar, ternyata dirinya mencintai Damaira lebih dari yang dia kira. Dia sungguh tak ingin kehilangan istrinya terlepas dirinya yang telah mengkhianati ikatan suci mereka."Berikan aku akses ke rekening gajimu, aku yang akan memberimu jatah bulanan, jatah ibu dan Dina, juga tabungan untukmu, tak lupa biaya hidup kita dan juga KPR. Kamu hanya tinggal serius bekerja dan mendapatkan banyak uang."Negan membelalakan mata, mulutnya nyaris menganga. Sebenarnya itu syarat yang mudah bagi Negan, tapi akan menjadi bumerang juga baginya sebab Damaira akan tahu besaran gaji, tunjangan, dan bonus yang dia peroleh.Negan
Sesuai keinginan Damaira akhirnya mereka kembali ke rumah. Negan heran mengapa rumah yang sebulan lebih tak ditinggali itu terlihat bersih. Padahal dia setiap hari datang ke rumah itu untuk memeriksa keberadaan Damaira tapi tak pernah memperhatikan.“Kapan kamu membersihkan rumah ini?”“Kemarin,” jawab Damaira singkat.Negan mengekori langkah istrinya, namun wanita itu tak menuju kamarnya melainkan menuju kamar sebelah.“Kenapa masuk ke kamar itu?” tanya Negan dengan polosnya.“Kita memang akan tinggal bersama, tapi mulai sekarang kamar kita terpisah.” Damaira segera menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam.Negan terus memanggil nama istrinya dan mengetuk pintu kamar itu, namun tak digubris oleh empunya.“Ya ampun, cobaan macam apa lagi ini?” keluh Negan seraya menyugar rambutnya yang mulai memanjang.Hari telah berganti, meski keduanya tak lagi bersama dalam satu ranjang, Damaira masih membuat sarapan untuk mereka berdua. Sejahat-jahatnya,