Keesokan harinya Negan mendatangi ruangan Andi, "Sudah selesai?" tanyanya.
"Ini yang kamu butuhkan, sudah disetujui oleh Pak Sam."Andi memberi selembar surat beserta amplopnya."Terima kasih, Andi.""Memangnya ada apa hingga dia meminta mutasi? Aku lihat sepertinya dia betah di sini!""Bukan dia, tapi aku yang ingin dia mutasi. Sudahlah aku akan ceritakan lain kali." Andi mengangguk, tak ingin banyak tanya."Sita lima menit lagi datang ke ruangan saya," titah Negan pada Sita."Baik, Pak."Terdengar suara pintu ruangan Negan diketuk, setelah diberi izin, orang tersebut masuk ke dalam ruangan."Ada apa Pak Negan memanggil saya?" Sita bertanya setelah dipersilakan untuk duduk."Ini."Negan memberikan sebuah amplop pada Sita."Apa ini, Pak?""Kamu buka dan baca saja."Tanpa menunggu lama, Sita membuka isi amplop tersebut. Tubuhnya bergetar saat membaca isi satu lembar surat di dalamnya."Ke-kenapa saya dimutasi, Pak?""KSita meraung penuh amarah, setelah Negan meninggalkannya tanpa meliriknya sedikitpun. Andai dia sedang tak berada di tempat umum bisa jadi sudah mengamuk dan menghancurkan barang-barang yang ada.Sita tertawa seperti orang yang tak waras, menertawakan dirinya sendiri. Lagi-lagi cinta tak berpihak padanya."Laki-laki sama saja, mereka akan membuang mainan yang sudah membosankan atau dianggap rusak," gumam Sita."Padahal aku sangat mencintaimu Finnegan Cakrawala, tapi kamu dengan mudahnya membuangku seperti boneka usang," ucap Sita. Tangannya mengepal erat, mulutnya terus komat-kamit merutuki Negan.Sita menghubungi salah satu temannya, "Halo, temani aku bersenang-senang malam ini.""Halo, seperti kamu tak sabaran sekali, tak biasanya juga kamu menghubungiku, apa kamu gagal mendapat mangsa baru? Memang hanya aku yang bisa memuaskanmu," racau orang di seberang sana dengan nada mengejek dan diiringi dengan gelak tawa."Tutup mulutmu!""Baik-baiklah, dasa
"Bumbu ayam betutu apa saja, ya? Kenapa aku lupa," gumam Damaira.Ketika Damaira membuka ponsel pintarnya untuk mencari resep ayam betutu pandangannya fokus pada bar notifikasi, ada sebuah pesan dari nomor baru.[Jika aku tak bisa memiliki suamimu, maka kamu juga tak akan memilikinya.] Isi pesan tersebut.Deg! "Apa maksudnya ini?"Damaira membuka pesan tersebut."Ya Tuhan!"Damaira menutup mulutnya yang menganga saking terkejutnya. Tubuhnya mendadak bagai tak bertulang dan bergetar.Damaira luruh ke lantai, tanpa sengaja dia menyenggol mangkok yang berada di dekatnya.Wanita mana yang kuat melihat video suaminya sedang bercumbu dengan wanita lain, bukan hanya video yang dikirim oleh nomor itu, tapi juga beberapa foto kemesraan Negan dan Sita."Pengkhianat kamu, Mas," maki Damaira.Hatinya remuk redam, firasatnya selama ini memang benar, ada sesuatu dengan dua orang itu.Laras tersadar dari lamunan karena mendengar suara mangkok yang
"Ada apa lagi dengan mereka?" gumam Dinda.Dinda membuka ponselnya, berniat ingin memberi tahu Damaira jika Negan sedang mencarinya, ternyata sahabatnya itu telah lebih dulu mengirim sebuah pesan padanya.[Din, aku pulang ke rumah kita. Jika Mas Negan datang mencariku, katakan padanya kamu tak tahu keberadaanku.]"Untunglah aku tidak salah berucap."Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Dinda segera pulang, dia sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, tak lupa dia membeli makanan untuk makan malam dan juga bahan makanan untuk esok hari.Sampai di rumah, skuter matic butut Damaira sudah tersimpan rapi di garasi. Dinda tersenyum lalu membuka pintu utama rumah itu.Ukuran rumah itu hampir dua kali lipat dari rumah yang dihuni Damaira dan Negan dan terdiri dari dua lantai. Di sebelah rumah tersebut ada rumah Dinda yang tak kalah besarnya, tapi disewakan. Di sebelahnya lagi adalah kos-kosan tiga lantai milik Damaira dan Dinda. Keduanya ko
Sore menjelang malam dengan sedikit gerimis menjadi saksi dua orang wanita berbeda usia saling mengungkapkan rasa. Membuka hati untuk saling memaafkan dan menerima satu sama lain."Terima kasih, Ra. Ibu tahu kamu wanita yang baik."'Setelah semua yang Ibu lakukan padaku, baru sekarang mengucapkan hal seperti itu, ini sudah sangat terlambat, Bu,' batin Damaira."Apa yang ingin kamu bicarakan, Ra? Ibu akan mendukung apapun keputusanmu."Damaira menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.Damaira mengungkapkan kekecewaannya pada Negan, yang telah tega mengkhianatinya setelah apa dia perjuangkan selama tiga tahun lebih. Menikah tanpa restu ayah dan juga Laras, diremehkan dan direndahkan, tak diberikan nafkah yang layak bahkan harus menopang kehidupan rumah tangganya."Lantas aku harus bagaimana, Bu?""Jujur Ibu tak bisa memaksakan apapun, Ra. Karena semua pilihan ada di tanganmu, Ibu tak akan membela Negan."Damaira terdiam, dia sudah m
Damaira memberi syarat pada suaminya, untuk menentukan dia akan memaafkannya atau tidak."Apa syaratnya, Ra? Kalau aku bisa akan ku penuhi.""Tidak ada negosiasi, jika kamu tidak bisa memenuhinya, mau tidak mau kita harus berpisah."Negan menelan salivanya dengan susah payah, berharap syarat dari Damaira mudah dan bisa dia penuhi.Belakangan Negan sadar, ternyata dirinya mencintai Damaira lebih dari yang dia kira. Dia sungguh tak ingin kehilangan istrinya terlepas dirinya yang telah mengkhianati ikatan suci mereka."Berikan aku akses ke rekening gajimu, aku yang akan memberimu jatah bulanan, jatah ibu dan Dina, juga tabungan untukmu, tak lupa biaya hidup kita dan juga KPR. Kamu hanya tinggal serius bekerja dan mendapatkan banyak uang."Negan membelalakan mata, mulutnya nyaris menganga. Sebenarnya itu syarat yang mudah bagi Negan, tapi akan menjadi bumerang juga baginya sebab Damaira akan tahu besaran gaji, tunjangan, dan bonus yang dia peroleh.Negan
Sesuai keinginan Damaira akhirnya mereka kembali ke rumah. Negan heran mengapa rumah yang sebulan lebih tak ditinggali itu terlihat bersih. Padahal dia setiap hari datang ke rumah itu untuk memeriksa keberadaan Damaira tapi tak pernah memperhatikan.“Kapan kamu membersihkan rumah ini?”“Kemarin,” jawab Damaira singkat.Negan mengekori langkah istrinya, namun wanita itu tak menuju kamarnya melainkan menuju kamar sebelah.“Kenapa masuk ke kamar itu?” tanya Negan dengan polosnya.“Kita memang akan tinggal bersama, tapi mulai sekarang kamar kita terpisah.” Damaira segera menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam.Negan terus memanggil nama istrinya dan mengetuk pintu kamar itu, namun tak digubris oleh empunya.“Ya ampun, cobaan macam apa lagi ini?” keluh Negan seraya menyugar rambutnya yang mulai memanjang.Hari telah berganti, meski keduanya tak lagi bersama dalam satu ranjang, Damaira masih membuat sarapan untuk mereka berdua. Sejahat-jahatnya,
'Mari kita lihat, apa kamu akan tetap bertahan jika wanita itu terus mengejarmu,' monolog Damaira dalam hati.Beberapa malam ini Negan tak bisa tidur karena Sita. Wanita itu mengatakan akan kembali ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang baru dan meminta bantuan pada Negan.Karena rasa bersalahnya, Negan akhirnya memutuskan untuk menolong Sita, dia terus memberi sugesti pada dirinya sendiri agar hatinya tidak goyah. Sita bukan wanita baik-baik, sudah menjebaknya, dan membuat hubungannya dengan Damaira merenggang."Hai, Mas!" sapa Sita. Dia baru saja sampai di Jakarta dan Negan menjemputnya di stasiun, Negan hanya tersenyum tipis pada Sita.Saat melihat wajah Sita, entah mengapa kemarahan itu muncul, mengingat kelakuan wanita itu. Negan hanya mencoba menahan Dan bersikap baik pada Sita.Hari ini, Negan membantu Sita mencari tempat tinggal, karena sudah tidak memperpanjang Kos yang lama, toh harga Kos itu terlalu mahal untuk kondisi Sita sekarang ini.Se
Akhirnya hasil yang ditunggu-tunggu muncul juga. Damaira mendapatkan garis dua yang artinya dirinya sedang berbadan dua.Damaira duduk termangu di atas toilet duduk. Tangannya tak berhenti membelai lembut perutnya yang masih datar."Kita harus berjuang ya, Nak. Dan atau tanpa ayahmu," lirih Damaira.Dinda yang khawatir sahabatnya tak juga keluar dari toilet pun menggedor pintu itu."Ra? Kenapa lama sekali?"Damaira mengusap air matanya yang sempat menetes di pipinya. Penantian selama tiga tahun lebih akhirnya membuahkan hasil meski dalam kondisi yang tidak bisa dikatakan baik.Damaira keluar dari toilet dengan tersenyum tipis."Bagaimana hasilnya?"Damaira memperlihatkan hasil tes yang baru saja dia lakukan.Dinda melongo, sedetik kemudian dia memeluk erat tubuh sahabatnya, gadis itu justru terlihat lebih bahagia ketimbang dirinya."Selamat, Ra. Selamat. Aku harap kamu tak menyesali keadaan ini."Damaira kembali ke Poli dan memberikan hasi