'Mari kita lihat, apa kamu akan tetap bertahan jika wanita itu terus mengejarmu,' monolog Damaira dalam hati.
Beberapa malam ini Negan tak bisa tidur karena Sita.Wanita itu mengatakan akan kembali ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang baru dan meminta bantuan pada Negan.Karena rasa bersalahnya, Negan akhirnya memutuskan untuk menolong Sita, dia terus memberi sugesti pada dirinya sendiri agar hatinya tidak goyah. Sita bukan wanita baik-baik, sudah menjebaknya, dan membuat hubungannya dengan Damaira merenggang."Hai, Mas!" sapa Sita. Dia baru saja sampai di Jakarta dan Negan menjemputnya di stasiun, Negan hanya tersenyum tipis pada Sita.Saat melihat wajah Sita, entah mengapa kemarahan itu muncul, mengingat kelakuan wanita itu. Negan hanya mencoba menahan Dan bersikap baik pada Sita.Hari ini, Negan membantu Sita mencari tempat tinggal, karena sudah tidak memperpanjang Kos yang lama, toh harga Kos itu terlalu mahal untuk kondisi Sita sekarang ini.SeAkhirnya hasil yang ditunggu-tunggu muncul juga. Damaira mendapatkan garis dua yang artinya dirinya sedang berbadan dua.Damaira duduk termangu di atas toilet duduk. Tangannya tak berhenti membelai lembut perutnya yang masih datar."Kita harus berjuang ya, Nak. Dan atau tanpa ayahmu," lirih Damaira.Dinda yang khawatir sahabatnya tak juga keluar dari toilet pun menggedor pintu itu."Ra? Kenapa lama sekali?"Damaira mengusap air matanya yang sempat menetes di pipinya. Penantian selama tiga tahun lebih akhirnya membuahkan hasil meski dalam kondisi yang tidak bisa dikatakan baik.Damaira keluar dari toilet dengan tersenyum tipis."Bagaimana hasilnya?"Damaira memperlihatkan hasil tes yang baru saja dia lakukan.Dinda melongo, sedetik kemudian dia memeluk erat tubuh sahabatnya, gadis itu justru terlihat lebih bahagia ketimbang dirinya."Selamat, Ra. Selamat. Aku harap kamu tak menyesali keadaan ini."Damaira kembali ke Poli dan memberikan hasi
Sita merasa kesal karena nomor dan juga chatnya telah diblokir oleh Negan. Pagi ini dia mematut diri untuk menyebar surat lamaran melalui offline, karena surat lamaran melalui online belum ada yang mendapat respon.Sita melihat kalender di dinding, dia mengingat-ingat sesuatu yang terlupa."Ah, kapan terakhir aku menstruasi ya?" gumamnya.Dia mengambil handphone dan membuka catatan tanggal menstruasinya."Astaga!"Sudah lebih dari satu bulan Sita tidak mengalami menstruasi. Dia segera keluar untuk membeli alat tes kehamilan di apotek terdekat.Setelah melakukan uji urine, ternyata benar dugaannya. Hasilnya positif. Sita sama sekali tak merasakan tanda-tanda kehamilan, berbeda dengan Damaira yang dilanda morning sickness.Sita tersenyum penuh kemenangan, "Takdir macam apa ini?""Aku sangat beruntung," monolog Sita."Sial!" umpat wanita itu saat mencoba menghubungi Negan. Dia lupa jika nomornya telah diblokir."Aku harus mencarinya di kantor, tapi tidak mungkin aku mendatanginya langsun
Jika Negan menghubungi Sita, wanita itu pasti akan merasa menang. Tapi, jika tidak pasti akan semakin berbuat ulah.Mau tidak mau, Negan menghubungi wanita itu.Saat melihat nomor yang belakangan tak bisa dia hubungi melakukan panggilan, senyum Sita merekah."Aaahhh, harus ya aku membuat masalah dulu, baru kamu mencariku?" monolog Sita."Halo, Mas Negan. Ada apa?" Sita pura-pura tidak tahu maksud Negan menghubunginya."Jangan berpura-pura, Sita. Apa yang telah kamu lakukan, hah?""Memangnya apa yang telah ku lakukan?""Mari kita bertemu, di mana kamu sekarang?" ajak Negan."Dengan senang hati, Sayang. Tentu saja aku sedang berada di Kos."Sita segera merapikan diri. Dia menggerutu karena terpaksa harus memotong beberapa helai rambutnya yang kusut dan ruwet akibat jambakan Laras.Setelah setengah jam menunggu, orang yang ditunggu pun tiba. Negan sangat waspada, dia tak ingin masuk ke dalam Kos dan menolak minuman dari Sita."Aku tidak perca
Dinda memberikan minum yang telah dibawanya tadi."Apa aku harus benar-benar menikahkan mereka, Din?""Aku menyesal sempat mengatakan hal seperti itu pada ibu mertuaku, mungkin ini yang dinamakan kata-kata adalah doa," racau Damaira. "Jangan terbawa emosi, Ira. Kamu harus memikirkan baik-baik keputusan yang akan kamu ambil, jangan sampai kamu lebih menyesal lagi."Di sisa jam kerjanya Damaira tak bisa berkonsentrasi, pikirannya dipenuhi oleh Negan dan Sita. Dia harus mengambil keputusan yang tepat untuk masa depannya dan juga calon anaknya."Apa yang harus aku lakukan?"Sore harinya Negan menjemput Damaira, senyumnya semringah berbanding terbalik dengan istrinya yang sama sekali tak membalas senyumnya. Wajah Damaira terlihat kuyu dan matanya sembab.'Apa dia menangis?' batin Negan. Hatinya gelisah memikirkan apa yang terjadi pada istrinya."Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Negan seraya memegang kedua tangan Damaira."Aku lelah, Mas.
Sebelum menentukan tanggal pernikahan, Damaira meminta Sita dan Negan untuk memberitahu ibu dari wanita itu lebih dulu.Meski terkejut, ibu Sita memberi restu, lalu menentukan tanggal pernikahan. Pernikahan akan dilakukan 3 minggu dari sekarang.Damaira tak bisa memberi toleransi lebih lama lagi, sebab perutnya pasti akan segera terlihat.Siapa sangka Damaira telah membawa beberapa berkas yang akan digunakan untuk mendaftar pernikahan. Sita akan kembali esok hari untuk mengurus semua itu ke KUA.Tak ada percakapan di antara Damaira dan Negan selama dalam perjalanan pulang ke rumah setelah menemui Sita.Negan tahu meski nampak tegar, istrinya sangat terluka.'Maafkan aku, Ira.' Batin Negan.Hari pernikahan semakin dekat. Damaira mengajak suaminya untuk berbicara di kamar."Ini, Mas." Damaira memberikan sebuah amplop untuk suaminya."Apa itu?""Kamu lihat saja, itu hadiah pernikahan dariku."Negan membuka amplop tersebut, sebuah tiket pulang
Lima tahun kemudian.Berlin, Jerman.Di pagi hari, di musim gugur, Damaira sedang sibuk menyiapkan sarapan.Entah mengapa, pikirannya melayang entah kemana.Lima tahun hidup di Jerman bersama saudara kembarnya. Orang tuanya sempat syok karena mengetahui hal itu, terlebih lagi tahu tentang perceraiannya dengan Finnegan Cakrawala–suaminya.Rupanya Negan cukup mempunyai nyali untuk datang ke rumah orang tua Damaira untuk mencari keberadaannya. Tentu saja ayah Damaira tak tinggal diam, dari cerita sang ibu, mantan suaminya itu mendapat bogem dari ayahnya.Bagaimana keadaan pria itu saat ini, Damaira tak pernah tahu, lebih tepatnya dia tak pernah mencari tahu. Untuk apa? Dia pergi jauh karena memang ingin melupakan pria brengsek seperti Finnegan Cakrawala. "Mama, aku lapar!" seru anak kecil berumur empat tahun, membuat lamunan Damaira buyar.Damaira tersenyum pada pria kecil dan menggemaskan itu, bocah yang telah tiga tahun dia tunggu kehadirannya.Da
'Takdir macam apa ini, Tuhan!" Batin keduanya.Orang yang berada dalam mobil itu pun keluar, dengan senyum semringah dia mengulurkan tangan pada Damaira.Dengan ragu-ragu, Damaira membalas uluran tangan itu.Dengan meringis Damaira menunjuk ke arah mobil mereka."Astaga!" Mahesa menepuk keningnya."Maafkan aku, Ira."Damaira memeriksa keadaan mobilnya. Syukurlah mobil itu hanya lecet, tidak sampai parah. Sebab dia malas mendengar ocehan Isa yang akan memarahinya dari A hingga kembali ke A lagi."Hanya lecet," lirih Damaira."Mobilku hanya lecet, Pak Mahesa. Tidak perlu dipermasalahkan. Kalau begitu Saya permisi, mohon maaf telah menyita waktumu."Damaira membalikkan badan hendak menuju mobilnya, tapi tangannya dicekal oleh Mahesa."Aku sedang longgar, setidaknya beri aku waktu untuk meminta maaf, bagaimana kalau kita mengobrol sebentar."Damaira tampak berpikir, lalu menyetujui usulan Mahesa. Dia mengajak pria itu ke coffee shop yang menja
Di belahan negara lain, gadis kecil sedang menangis di depan kamar ayahnya sembari mengetuk pintu besar itu tiada henti.Negan yang masih merapikan diri segera membuka pintu kamarnya."Ada apa, Celine?" tanya Negan sembari berjongkok menyejajarkan tinggi tubuhnya dengan gadis itu."Tante Dina memarahiku, Ayah," ucap Celine lalu memeluk ayahnya.Terlihat Dina memandang sinis pada bocah berumur empat tahun itu, seraya mengomel tidak jelas. "Ada apa lagi, Din?" Negan mendekat ke arah adiknya."Lihatlah kelakuan anakmu, Mas." Dina menunjuk lantai yang kotor karena sayur yang ditumpahkan oleh Celine. Untung saja, hanya dari sebuah mangkuk kecil yang Dina ambil khusus untuk gadis cilik itu."Ya ampun, Din. Kamu kan tak perlu memarahinya sampai seperti itu," ujar Negan dengan halus.Empat tahun ini membuat perubahan yang sangat besar untuk Negan. Pria itu lebih pandai mengelola emosi dan bersikap lebih bijak, semua demi anaknya."Sudah ku katakan b