Negan terus memandangi jam dinding yang ada di ruang tengah, sejak tadi dia menunggu kepulangan istrinya.
Hingga lepas isya' Damaira baru sampai di rumah. Wajahnya terlihat sangat lelah, tapi Negan tak peduli.
"Kemana saja kamu jam segini baru pulang?" hardik Negan.
Negan berdiri di pintu antara ruang tamu dan ruang tengah dengan menyilangkan tangan di dada serta menatap tajam pada istrinya.
"Maaf, Mas. Aku sibuk sekali hari ini. Banyak pesanan di toko, jadi mau tidak mau aku lembur Memangnya kenapa?" Merasa tak memiliki salah, Damaira menanggapi suaminya dengan santai.
"Kamu memang nggak tahu atau hanya pura-pura? Tidak melihat pesanku?" Nada bicara Negan mulai meninggi. Damaira mengerutkan keningnya.
"Ah, ternyata benar mbak Ira." Negan terperangah melihat siapa yang menyapa istrinya. 'Dari mana dia mengenal Ira?' batin Negan. "Lho, ada pak Negan juga!" seru orang itu. "Iya, bu Idah," balas Negan. Wanita yang dipanggil Idah itu adalah Jubaidah kepala sebuah rumah sakit yang memberi kontribusi besar untuk Negan dan perusahaan tempatnya bekerja. "Mbak Ira ini istri Pak Negan?" tanya Jubaidah pada Damaira. Damaira hanya mengangguk dan tersenyum. "Pak Negan pintar ya cari istri, juragan roti." Negan justru tertawa mengejek. "Hanya kuli biasa, Bu. Juragan apanya," ucap Negan meremehkan. Tapi berbeda dengan penangkapan Jubaidah, wanita itu berpikir jika Negan hanya merendah. "Pak Negan sukanya merendah. Pas. Manajer sama juragan." Belum sempat Negan menanggapi, dari kejauhan terdengar remaja yang memanggil Jubaidah. Nampaknya dia sudah ditunggu oleh keluarga. Jubaidah segera berpamitan pada Damaira dan Negan. Sepeninggalan Jubaidah, jiwa penasaran Negan kembalikan terusik.
Pagi ini Negan masih disibukkan dengan pekerjaan barunya sebagai district manager.Andi kembali masuk ke ruangan Negan untuk mengingatkan bahwa jam sembilan pagi akan ada interview dengan dua kandidat calon karyawan baru.Negan bahkan belum sempat membaca berkas lamaran yang kemarin Andi berikan."Ya ampun, Pak Andi. Aku belum sempat membaca CV mereka." Negan langsung mencari berkas itu. Andi kesal dengan kelakuan sahabatnya itu tapi dia juga memaklumi sebab dia masih beradaptasi dengan pekerjaan barunya.Tiba-tiba Sam masuk dan meminta Negan untuk rapat bersamanya dan teman-temen yang lain."Pak Andi, maaf. Tolong
"Ini semua gara-gara kamu, Ra. Kamu pasti yang mempengaruhi anakku, kamu yang menyuruh dia untuk tidak mengatakan kalau naik jabatan. Kamu takut uang anakku aku minta 'kan?" tuduh Laras.Damaira menghela nafas pelan dan beristighfar dalam hati, dia tidak melakukan apa-apa tapi tetap saja menjadi kambing hitam."Ngaku saja kamu, Ra!" hardik Laras."Iya, pasti ini ulah dia, Bu. Mas Negan bahkan pernah membentakku karena membela wanita ini," imbuh Dina.Si bungsu itu ikut-ikutan bersuara dan memojokkan Damaira."Ira nggak melakukan hal itu, Bu. Ibu bisa tanya sendiri pada mas Negan." Damaira mencari pembelaan, jika suaminya mengelak, dia akan menyenggol Naya yang juga menjadi lawan bicara Negan saat itu."Bu, tadi Negan sudah bilang, Negan belum ada waktu untuk memberi ibu. Negan masih menyesuaikan dengan pekerjaan yang baru," Negan menjelaskan.Sebisa mungkin dia tidak terlihat membela istrinya atau akan masalah akan menjadi semakin runyam."Bohong, kamu!" sarkas Laras."Untuk apa Negan
"Mbak Ira lihat sendiri saja, orangnya ada di depan," kata karyawannya seraya mengembangkan senyum menggoda.Damaira mengerutkan dahi, 'Siapa?' batinnya."Cie, cie, yang dijemput," goda Dinda dari kursi kebesarannya."Hah?"Otak Damaira seakan tidak berjalan sebagaimana mestinya, kenapa karyawannya sejak tadi meledeknya, itu yang ada di pikirannya saat ini.Dari pada pusing memikirkan hal itu, Damaira segera melihat ke sumber masalahnya, diam-diam mengamati orang yang berada di depan toko, berdiri bersandar di mobil dengan tipe MPV. "Mas Negan?" lirih Damaira."Ya iya lah, dia. Memangnya suamimu siapa lagi? Berharap ada orang lain yang jemput ya? Ingat, kamu itu wanita bersuami," Dinda meledek sahabatnya."Ngaco kamu, aku cuma nggak habis pikir aja, dia kesambet kali ya?""Suami sedang baik malah dikatain kesambet, nanti kesurupan lagi kamu yang pusing. Hahahha." Canda Dinda diiringi dengan gelak tawa."Aku cuma heren, tidak biasanya dia mau
Belum sempat mendengar jawaban suaminya, mobil sudah lebih dulu sampai di depan rumah ibu mertuanya."Nanti Mas kasih tahu, sekarang kita masuk dulu."Damaira dengan patuh menuruti perkataan suaminya, turun dari mobil dan mengikut langkah Negan.Negan mengucap salam dan mengetuk pintu rumah ibunya. Kalau dipikir-pikir, Damaira sudah lama sekali tidak datang ke rumah ini. Rumah yang sempat menjadi tempat tinggalnya di awal pernikahannya dengan Negan."Oh mas Negan, tumben ketuk pintu dulu," oceh Dina yang membukakan pintu.Negan langsung mengajak Damaira masuk."Ibu sudah tidur, Din? Kalian sudah makan?""Belum tidur, Mas. Ada di kamar. Jam segini ya jelas kami sudah makan. Mas bawa apa?"Dina langsung mengambil martabak dan ayam yang ada di tangan Negan, kemudian membawanya masuk ke ruang tengah."Bu, ada mas Negan," teriak Dina dari meja makan sembari membuka martabak kesukaannya."Naya belum pulang?" tanya Negan."Mbak Naya, biasanya sampai rumah jam 9 malam," jawab Dina tak jelas k
Damaira mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan Negan."Memangnya kenapa, Mas?" bukan menjawab, Damaira justru bertanya."Kata beliau, kalau bukan karenamu, dia nggak mau menerima penawaran dariku," kata Negan dengan polosnya.Damaira terkekeh, membuat Negan bingung."Bu Idah hanya bercanda mungkin, Mas. Karena baru saja melihat kita di warung makan malam itu. Siapa sih Damaira, mana mungkin bisa mempengaruhi orang sehebat beliau," ucap Damaira merendah.Negan menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Benar juga ya, kamu kan hanya pelayan toko roti, tidak ada pengaruh atau efeknya sama sekali aku akan menang tender atau tidak," meski terdengar halus kata-kata itu sarat akan meremehkan.Damaira memaksakan senyum, membiarkan suaminya berkata sesuka hatinya.Keduanya kembali bercengkrama sembari menikmati teh dan martabak. Momen seperti memang jarang terjadi di antara mereka.Malam semakin larut membuat keduanya memutuskan untuk segera beristirahat. Malam hari terasa begitu cepat, seperti N
Negan merasa penat karena pekerjaan barunya dan tuntutan dari Samudra, dia memutuskan untuk ke lapangan sekedar bertemu teman-teman dan pelanggannya. Belum juga dia melangkahkan kaki, Sita meminta izin untuk masuk.Sesaat Negan lupa jika harus menguji Sita hari berkaitan dengan product knowledge.'Ya ampun,' batin Negan.Negan segera menguji karyawan barunya itu. Rupanya sudah banyak produk yang Sita hafal, sepuluh produk fokus berhasil dihafalnya dengan baik.Saat uji coba detailing, lagi-lagi Sita membuatnya kagum. Penyampaiannya sangat bagus dan dikemas dengan menarik. "Kamu hebat Sita, HRD memang jeli memilih karyawan. Kamu bisa lanjutkan menghafal produk yang lain.""Sepertinya kamu bisa terjun ke lapangan mulai besok, apa kamu siap?""Siap, Pak.""Kalau begitu kamu bisa joint visit bersama Ali," ujar Negan."Besok pagi saya akan bicara pada Ali soal ini, kamu boleh kembali ke mejamu, dan lanjutkan menghafal produk.""Baik, Pak. Kalau be
Sejak siang tadi Negan joint visit bersama Sita, setelah dari rumah sakit Sumber keduanya melanjutkan ke rumah sakit lain yang menjadi area kerja wanita itu.Keduanya mulai bisa mengobrol santai sembari menunggu dokter selesai praktek. Negan merasa nyambung berbicara dengan Sita begitu juga sebaliknya."Rupanya kamu sudah lama juga ya berkecimpung sebagai detailer," seru Negan."Iya, Pak. Memangnya Bapak gak baca CV saya?" Negan mengaku jika dirinya hanya membaca CV Sita sekilas saja, tidak terlalu memperhatikan berapa lama wanita itu pernah menjadi detailer."Lalu kenapa kamu memilih pindah ke Jakarta, bisa saja karirmu bagus di sana?"Sita terdiam seperti enggan menjawab pertanyaan bosnya itu, wajahnya juga terlihat sedih.Negan meminta maaf lalu menyuruh Sita tak perlu menjawab pertanyaannya.Keduanya baru selesai menemui dokter selepas maghrib, dokter yang bekerjasama dengan perusahaan tempat Negan bekerja pasiennya sangat banyak.Negan da