Sejak siang tadi Negan joint visit bersama Sita, setelah dari rumah sakit Sumber keduanya melanjutkan ke rumah sakit lain yang menjadi area kerja wanita itu.
Keduanya mulai bisa mengobrol santai sembari menunggu dokter selesai praktek. Negan merasa nyambung berbicara dengan Sita begitu juga sebaliknya."Rupanya kamu sudah lama juga ya berkecimpung sebagai detailer," seru Negan."Iya, Pak. Memangnya Bapak gak baca CV saya?"Negan mengaku jika dirinya hanya membaca CV Sita sekilas saja, tidak terlalu memperhatikan berapa lama wanita itu pernah menjadi detailer."Lalu kenapa kamu memilih pindah ke Jakarta, bisa saja karirmu bagus di sana?"Sita terdiam seperti enggan menjawab pertanyaan bosnya itu, wajahnya juga terlihat sedih.Negan meminta maaf lalu menyuruh Sita tak perlu menjawab pertanyaannya.Keduanya baru selesai menemui dokter selepas maghrib, dokter yang bekerjasama dengan perusahaan tempat Negan bekerja pasiennya sangat banyak.Negan daDamaira mendudukan tubuhnya di atas ranjang, mengistirahatkan diri sejenak dari lelahnya pekerjaan rumah tangga.Damaira membuka ponsel pintarnya yang sejak tadi tergeletak di atas nakas, ada banyak pesan di aplikasinya, dia melihat satu pesan yang sedikit mengusik hatinya, lantas membuka pesan tersebut.[Aku melihat suamimu semalam di rumah makanku bersama seorang wanita. Mereka sepertinya sangat akrab, apa kamu mengenalnya?] Isi pesan itu dilengkapi dengan beberapa foto. Damaira melihat foto-foto itu dengan wajah datar walau jantungnya berdetak tak karuan.Ada sebuah foto yang menunjukkan keduanya tampak menikmati kebersamaan dengan sekali-kali tersenyum.Setelah melihat foto tersebut Damaira masih berpikir positif tentang suaminya, siapa tahu dia teman lama. Damaira segera bersiap-siap untuk berangkat ke toko roti.Lain tadi, lain sekarang, kenyataannya hati Damaira tak bisa abai begitu saja melihat suaminya makan bersama wanita lain di tempat yang l
Mendengar Damaira menantang membuat nyali Negan sedikit menciut. Negan terus berspekulasi bahwa kemungkinan besar istrinya mengetahui jika kemarin dia makan malam bersama seorang wanita.Otaknya terus berpikir, alasan apa yang tepat agar istrinya percaya. Tapi, jika beralasan dirinya khawatir Damaira benar-benar memiliki bukti.'Aarrgghh', Negan mengerang dalam batinnya.Untuk amannya lebih baik dia menanyakan bukti tersebut, kalau benar Damaira memiliki bukti, barulah membuat alasan.Tapi untuk apa dirinya beralasan? Bukankah dia dan Sita tidak ada hubungan apa-apa.Batin Negan terus berperang dengan spekulasi yang tak ada ujungnya.Negan menatap remeh pada Damaira, "Mana buktinya?" tanya Negan.Damaira langsung berdiri dan berjalan menuju dapur.Damaira kembali ke meja makan dengan membawa handphone-nya, kemudian memperlihatkan foto yang paling bagus, Negan tersenyum semringah pada wanita itu.Melihat foto itu, Negan seakan mati kutu, tapi ota
Sebulan sudah Negan menjabat sebagai district manager. Hari ini adalah pertama kalinya dia akan menerima gaji sebagai district manager, tapi bonus atas perjuangannya selama bulan ini akan diterima dua bulan lagi.Begitulah peraturan perusahaan, bonus akan cair dua bulan kemudian, untuk berjaga-jaga seandainya ada pembatalan atau retur barang.Senyum terkembang di bibir Negan, dia baru saja mendapatkan notifikasi dari emailnya yang berisi pemberitahuan penghasilannya bulan ini.Bonus penjualan dua bulan yang lalu sebelum naik jabatan, lumayan walau tidak banyak, sebesar lima juta empat ratus ribu rupiah. Total penerimaan gaji bulan ini hampir 15 juta rupiah."Lama-lama Ira bisa kaya mendadak kalau aku beri dia semua bonus dan tunjangan jabatan," gumam Negan seraya memandangi email tersebut.Pada akhirnya Negan hanya mengirim uang sebesar tiga setengah juta rupiah pada Damaira. Tanpa Negan tahu, uang itu sejumlah itu hanya cukup untuk membayar cicilan rumah, air, d
Negan hanya mengedikkan bahu, untuk menjawab pertanyaan istrinya."Kamu bukakan pintu sana, aku malas," perintah Negan.Damaira segera menuju pintu, khawatir ibu mertuanya semakin membuat gaduh dan didengar oleh tetangga.Laras langsung masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apapun, diikuti Dina yang menatap sinis padanya.Meski sudah terbiasa dengan kelakuan ibu dan anak itu, kadang kala Damaira merasa geram."Negan!" Laras berdiri di samping anaknya dengan berkacak pinggang dan wajah bersungut-sungut."Ada apa, Bu?" tanya Negan. Sepertinya dia bisa menebak apa yang akan ibunya bicarakan. Apa lagi kalau bukan soal uang."Kamu keterlaluan, baru naik jabatan tapi kiriman untuk Ibu cuma kamu tambah lima ratus ribu!" protes Laras. Benar saja dugaan Negan.Belum sempat Negan menjawab Laras kembali bersuara, karena melihat isi meja makan."Apa ini? Kalian enak-enakan makan makanan seperti ini, tapi tidak ingat sama ibu dan adik-adikmu. Benar-b
Damaira memarkir mobilnya di depan sebuah apotek besar. Dari dalam mobil dia melihat dua insan yang sedang bersenda gurau dengan akrab dan saling tertawa.Kesal? Jelas saja Damaira kesal, istri mana yang tidak kesal melihat suaminya berinteraksi seperti itu apalagi di tempat umum.Damaira mengambil paper bag berukuran besar, berisi kue pesanan istri pemilik apotek tersebut. Menarik nafas sebelum turun dari mobil.Damaira memasuki apotek, pura-pura tak melihat dua insan yang masih asik mengobrol.Damaira disambut dengan ramah oleh pegawai apotek tersebut, kemudian bertanya pada pegawai itu."Ko Ferdinan ada, Mbak?""Ada, Mbak. Sebentar ya, mbak Ira. Saya akan sampaikan pada ko Ferdinan kalau pesanan sudah datang," jawab petugas itu. Jelas wanita itu sudah hafal dengan Damaira.Tak lupa Damaira memberikan bingkisan untuk para pegawai apotek, brownies kukus. Pegawai itu bersorak lalu memberikan pada temannya karena dia akan menemui bosnya lebih dulu. "I
Dalam hati Damaira merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa mengontrol emosinya. Akhirnya dia pun memaksakan senyum, berharap senyum itu terlihat natural."Bukan begitu, Mas. Tapi asal kamu tahu, hampir setiap bulan Ibu meminta uang padaku, belum lagi beras, bumbu dapur, mie instant…""Ya ampun, Ra. Benar kata Ibu kamu itu perhitungan sekali," ucap Negan.Mendengar ucapan suaminya, Damaira lebih baik diam sebab tak akan pernah ada ujungnya.Damaira sedang duduk di depan televisi, menonton sebuah acara yang tak begitu menarik."Ra!" seru Negan.Suaminya itu duduk di sofa yang berada di sampingnya dengan membawa satu gelas kopi panas."Ya, Mas." balas Damaira tanpa melihat ke arah suaminya."Dari Mana kamu kenal ko Ferdinan dan istrinya?"Damaira tak mengeluarkan ekspresi apapun dan masih fokus dengan layar datar berukuran 32 inch tersebut."Ra, suamimu bertanya, malah fokus ke TV," protes Negan.Damaira nyengir kuda, lantas menjawab, "Ken
Negan tak menjawab pertanyaan istrinya, seraya menatap kesal dia membuka kunci pintu."Kamu bukannya membuka pintu malah bengong," beo Negan."Aku bukan bengong, Mas. Tapi menunggu jawabanmu.""Sudahlah, aku lelah."Damaira masuk dan mengunci pintu."Sepertinya kamu akhir-akhir ini lebih sering pulang malam, Ra." Ucapan Negan sarat akan kekesalan."Lembur, Mas. Kamu kan tahu, pemilik toko sudah baik sekali sama aku, mengizinkanku masuk shift pagi terus. Padahal karyawan lain gonta-ganti shift, kadang pagi, kadang siang. Setidaknya aku harus loyal sedikit pada perusahaan," Damaira beralasan.Dia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya, sudah pasti suaminya tidak akan percaya dan malah mencibirnya."Suami bicara dua, tiga kata, kamu jawabnya seperti kereta," kesal Negan.Damaira langsung diam, bodohnya dia sudah tahu wajah suaminya tak enak dipandang malah membuat masalah.Dia terus mengikuti langkah Negan menuju kamar."Mas, mau aku buatkan air hangat untuk Mandi? Biar lebih relax!""T
Sampai di kantor, Negan kelimpungan mencari keberadaan handphone miliknya, di tas, jas, bahkan di mobil sama sekali menemukan benda pipih tersebut."Ya Tuhan." "Sepertinya ponselku terjatuh atau tertinggal di rumah makan," gumam Negan sembari memijat keningnya."Kenapa, Gan? Dari tadi wira-wiri," tanya Andi."Handphoneku hilang, Ndi. Boleh pinjam handphonemu?"Andi memberikan handphonenya dengan terus bertanya banyak hal seperti sedang mewawancarai calon pegawai.Sita masih berada di atas motornya, dia sedang melihat jadwal kunjungannya."Mbak!" Panggil seseorang, yang ternyata seorang pelayan."Ya, Mas?" Balas Sita bingung."Ini handphonenya ketinggalan," ucap si pelayan seraya menunjukkan ponsel tersebut.Sita mengerutkan dahi, itu bukan benda miliknya."Tadi tertinggal di kursi, Mbak," imbuh di pelayan. "Coba aku cek dulu, Mas."Setelah melihat dan memastikannya, ternyata handphone tersebut milik Negan."Oh, ini milik tem