Sampai di kantor, Negan kelimpungan mencari keberadaan handphone miliknya, di tas, jas, bahkan di mobil sama sekali menemukan benda pipih tersebut.
"Ya Tuhan.""Sepertinya ponselku terjatuh atau tertinggal di rumah makan," gumam Negan sembari memijat keningnya."Kenapa, Gan? Dari tadi wira-wiri," tanya Andi."Handphoneku hilang, Ndi. Boleh pinjam handphonemu?"Andi memberikan handphonenya dengan terus bertanya banyak hal seperti sedang mewawancarai calon pegawai.Sita masih berada di atas motornya, dia sedang melihat jadwal kunjungannya."Mbak!" Panggil seseorang, yang ternyata seorang pelayan."Ya, Mas?" Balas Sita bingung."Ini handphonenya ketinggalan," ucap si pelayan seraya menunjukkan ponsel tersebut.Sita mengerutkan dahi, itu bukan benda miliknya."Tadi tertinggal di kursi, Mbak," imbuh di pelayan."Coba aku cek dulu, Mas."Setelah melihat dan memastikannya, ternyata handphone tersebut milik Negan."Oh, ini milik temSita tersenyum melihat ke arah Negan, jantungnya berdebar-debar, padahal itu hanya ajakan makan malam sebagai ucapan terima kasih, tapi kenapa reaksinya berlebihan?Saat ini dirinya sudah seperti ABG yang sedang jatuh cinta.'Sadar, Sita. Pak Negan itu pria beristri,' batin Sita.Setelah berhasil menetralkan debar jantungnya, Sita hendak membalas pesan tersebut, tapi urung, sebab sebentar lagi giliran mereka untuk menemui dokter, dia memilih untuk membicarakan langsung ketika usai melakukan kunjungan.Sita memanggil Negan, untuk mendekat kearah Poli."Hei, Gan. Rajin sekali kamu sudah jadi manajer area masih saja turun lapangan," seru salah satu teman Negan.District manager dan manajer area jabatan yang sama, hanya perbedaan dalam penyebutan di masing-masing perusahaan."Kita tidak boleh melupakan jasa mereka, Bro. Secara tidak langsung merekalah yang mengangkat derajat kita hingga naik jabatan," jawab Negan dengan bijak."Kamu memang luar biasa, Gan
Pagi hari yang gerimis, membuat Negan malas membuka mata, dia memilih untuk menarik kembali selimutnya.Gara-gara meladeni chat dari Sita dia tidur terlalu larut, alhasil rasa kantuk masih merajai dirinya."Mas, bangun!" Damaira membangunkanmu suaminya."Lima menit lagi, Ra. Aku masih mengantuk," beo Negan dengan suara seraknya."Sudah hampir jam 6.00." Negan menggeliat, lalu berusaha membuka kelopak mata yang terus menempel."Memangnya semalam tidur jam berapa?" tanya Damaira."Lupa," jawab Negan singkat.Damaira kembali keluar kamar untuk segera membersihkan diri setelah selesai memasak."Ra, tumben kamu belum siap?" tanya Negan."Nggak bareng aku?" imbuhnya.Negan mendatangi Damaira di sofa ruang tengah untuk memakaikan dasi."Dinda akan menjemputku, kami ada pertemuan hari ini," jawab Damaira seraya menerima dasi berwarna marun itu, lalu memakaikannya pada Negan."Pertemuan apa?""Diutus sama bos untuk mengantar proposal."
Pertemuan dengan Mahesa telah menghasilkan kesepakatan kerjasamanya untuk acara ulang tahun perusahaan. Damaira bisa datang ke The Moonlight Bakery dengan kabar gembira."Ah, gila, Ra. Pesona Pak Rian nggak kalah sama Pak Mahesa. Lama-lama aku bisa jantungan," beo Dinda."Ssstttt! Kamu ini kalau lihat laki-laki matanya langsung hijau, macam lihat duit." Dinda terkekeh."Tapi, Ra, sepertinya kita butuh tenaga…""Damaira!"Sebuah seruan memanggil namanya menghentikan langkah Damaira. Wanita itu hafal betul dengan suara itu–Samudra."Pak Sam!"Nampaknya pria itu baru saja kembali dari membeli kopi, dilihat dari kantong plastik yang dibawanya.Dinda mengangguk memberi hormat pada Sam, begitu pun sebaliknya."Bagaimana pertemuannya? Lancar?""Lancar, Pak.""Syukurlah kalau begitu, selamat akhirnya kamu berhasil membuka katering. Sayangnya, aku tidak diundang dalam acara grand opening." Damaira tersenyum."Terima kasih, Pak. Saya memang tida
"Mas!"Suara teriakan Damaira masih terdengar hingga keluar rumah. Tapi, Negan tak peduli, dia lebih baik keluar rumah dan mencari udara segar ketimbang di rumah.Negan mengerang karena kesal dalam mobil. 'Susah juga punya istri cantik, andai orang-orang itu tahu, kalau Damaira itu hanya seorang pelayan toko, tak berpendidikan, dan dari kampung, apa mereka akan tetap mengaguminya. Menyebalkan!' monolog Negan.Dalam perjalanan Negan menghubungi Sita, menanyakan wanita itu melakukan kunjungan di mana, lalu menyusulnya.Sesampainya di klinik, Negan langsung mencari keberadaan Sita. Dia butuh pelampiasan atau sekedar mengobrol dengan teman yang nyaman untuk diajak bicara."Masih lama giliran kita?" tanya Negan dengan nada dingin.Sita yang mendengar sedikit syok, tidak biasanya Negan bersikap seperti itu.'Mungkin sedang ada masalah,' batin Sita."Sepertinya, Pak. Dokternya belum selesai praktek dan saya urutan no…" Sita menjeda kalimatnya lalu mengh
Rasa hati seperti ada yang hilang ketika berpisah dengan Sita, Negan sendiri tak paham apa itu, sekedar rasa nyaman? Entahlah!Negan melajukan kendaraannya menuju Klinik yang dimaksud dengan gamang.Dalam perjalanan, Negan masih tak percaya dengan apa yang terjadi.Sepertinya dia tidak terlalu kuat mendorong istrinya, Negan sempat berpikir bahwa itu hanyalah akal-akal istrinya, tapi Ibunya bukanlah orang yang bisa diajak bekerja sama oleh Damaira.Negan mengerang kesal, tak tahu mengapa suasana hatinya masih memburuk.Setelah sampai di Klinik, Negan langsung mencari dimana keberadaan sang istri. Dari kejauhan Negan memindai kondisi istrinya, cukup memprihatinkan. 'Apa aku terlalu kuat mendorongnya? Ah salah dia sendiri membuat masalah,' monolog Negan dalam hati.Negan mendekat ke arah brankar, Laras menatap kesal padanya, lalu memberi beberapa pukulan di bahu."Kalau kamu sudah tak menyukainya karena dia tak berguna, setidaknya kamu ceraikan saja di
Setelah Negan mendekati mobil tersebut ternyata mobil The Moonlight Bakery."Dinda?" gumam Negan.Dari pintu terdengar Dinda yang sedikit berteriak berbicara dengan istrinya yang entah berada di mana, Negan pun memasuki rumah."Kamu, Din! Aku pikir siapa pagi-pagi datang bertamu," seru Negan."Oh, Mas. Aku mengantar kruk untuk Ira." Negan hanya ber-oh saja."Beli apa, Mas? Aku juga bawa sarapan untuk kalian." Dinda menyiapkan makanannya yang dia bawa, ayam bakar lengkap dengan lalapan dan ongseng buncis bercampur bakso dan sosis."Cuma beli nasi uduk. Mewah sekali makanannya yang kamu bawa!" seru Negan."Jarang-jarang aku kemari, khusus aku bawakan untuk sahabatku yang sedang teraniaya," sindir Dinda dengan tangannya yang masih sibuk menyiapkan minuman.Dalam hati Negan mengumpat, mendengar sindiran dari Dinda."Kamu sudah dari tadi?" Akhirnya Negan mengalihkan perhatian dengan bertanya hal lain."Belum, paling 10 menit mungkin. Maaf
"Hebat kamu, Ra. Stok sabarmu banyak," kata Dinda sepeninggalan Laras.Damaira hanya tersenyum sebagai jawaban."Kamu belum cerita kenapa kamu bisa sampai seperti ini?" tanya Dinda.Damaira bercerita bagaimana kejadian yang sebenarnya. Dinda membulatkan mata sempurna bercampur emosi yang meluap.Menurut Dinda hal itu sudah termasuk KDRT, terlebih belakang ini, Negan memang sudah sering bermain tangan.Melihat emosi Dinda yang meletup-letup, Damaira urung menceritakan perihal hatinya yang tak tenang akhir-akhir ini, tentang kedekatan suaminya dengan wanita lain.Tak terasa waktu sudah tengah hari, setelah memastikan Damaira memakan makan siang dan meminum obatnya, Dinda segera menuju ke The Moonlight Bakery."Hati-hati ya, Din. Terima kasih!""Sama-sama, Ra. Bye!" Damaira melambaikan tangan pada Dinda.Sembari menunggu Dinda sampai di Toko Roti, Damaira menyalakan televisi. Entah mengapa tiba-tiba hatinya merasa resah, tapi dia segera menepis semua
"Astaga! Apa yang telah ku lakukan," gumam Negan.Negan berjongkok, lalu memeluk tubuh Damaira seraya mengucapkan kata maaf."Maafkan aku, Ra. Maafkan aku. Jangan bicara seperti itu." "Pamali."Untuk beberapa waktu, Negan membiarkan istrinya tergugu dalam pelukannya. Setelah dirasa Damaira cukup tenang, Negan kembali berbicara."Ayo bersihkan lukamu." Negan menggendong Damaira ke atas ranjang.Dengan telaten pria itu melepas dan membersihkan luka istrinya, kemudian kembali menutupnya dengan perban."Apa ini sakit sekali?" tanya Negan seraya menutup luka dengan perban rekat. Damaira menggeleng."Masih jauh lebih sakit di sini, Mas!" Damaira menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak, dia pun kembali menangis.Negan berlutut di depan Damaira, memegang kedua tangan istrinya, lalu menatap wajah ayu yang tertunduk itu."Maafkan aku, Ra. Aku terlalu lelah hari ini." Negan beralasan untuk menutupi kebohongannya.Negan berdiri lantas duduk