"Mbak Ira lihat sendiri saja, orangnya ada di depan," kata karyawannya seraya mengembangkan senyum menggoda.Damaira mengerutkan dahi, 'Siapa?' batinnya."Cie, cie, yang dijemput," goda Dinda dari kursi kebesarannya."Hah?"Otak Damaira seakan tidak berjalan sebagaimana mestinya, kenapa karyawannya sejak tadi meledeknya, itu yang ada di pikirannya saat ini.Dari pada pusing memikirkan hal itu, Damaira segera melihat ke sumber masalahnya, diam-diam mengamati orang yang berada di depan toko, berdiri bersandar di mobil dengan tipe MPV. "Mas Negan?" lirih Damaira."Ya iya lah, dia. Memangnya suamimu siapa lagi? Berharap ada orang lain yang jemput ya? Ingat, kamu itu wanita bersuami," Dinda meledek sahabatnya."Ngaco kamu, aku cuma nggak habis pikir aja, dia kesambet kali ya?""Suami sedang baik malah dikatain kesambet, nanti kesurupan lagi kamu yang pusing. Hahahha." Canda Dinda diiringi dengan gelak tawa."Aku cuma heren, tidak biasanya dia mau
Belum sempat mendengar jawaban suaminya, mobil sudah lebih dulu sampai di depan rumah ibu mertuanya."Nanti Mas kasih tahu, sekarang kita masuk dulu."Damaira dengan patuh menuruti perkataan suaminya, turun dari mobil dan mengikut langkah Negan.Negan mengucap salam dan mengetuk pintu rumah ibunya. Kalau dipikir-pikir, Damaira sudah lama sekali tidak datang ke rumah ini. Rumah yang sempat menjadi tempat tinggalnya di awal pernikahannya dengan Negan."Oh mas Negan, tumben ketuk pintu dulu," oceh Dina yang membukakan pintu.Negan langsung mengajak Damaira masuk."Ibu sudah tidur, Din? Kalian sudah makan?""Belum tidur, Mas. Ada di kamar. Jam segini ya jelas kami sudah makan. Mas bawa apa?"Dina langsung mengambil martabak dan ayam yang ada di tangan Negan, kemudian membawanya masuk ke ruang tengah."Bu, ada mas Negan," teriak Dina dari meja makan sembari membuka martabak kesukaannya."Naya belum pulang?" tanya Negan."Mbak Naya, biasanya sampai rumah jam 9 malam," jawab Dina tak jelas k
Damaira mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan Negan."Memangnya kenapa, Mas?" bukan menjawab, Damaira justru bertanya."Kata beliau, kalau bukan karenamu, dia nggak mau menerima penawaran dariku," kata Negan dengan polosnya.Damaira terkekeh, membuat Negan bingung."Bu Idah hanya bercanda mungkin, Mas. Karena baru saja melihat kita di warung makan malam itu. Siapa sih Damaira, mana mungkin bisa mempengaruhi orang sehebat beliau," ucap Damaira merendah.Negan menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Benar juga ya, kamu kan hanya pelayan toko roti, tidak ada pengaruh atau efeknya sama sekali aku akan menang tender atau tidak," meski terdengar halus kata-kata itu sarat akan meremehkan.Damaira memaksakan senyum, membiarkan suaminya berkata sesuka hatinya.Keduanya kembali bercengkrama sembari menikmati teh dan martabak. Momen seperti memang jarang terjadi di antara mereka.Malam semakin larut membuat keduanya memutuskan untuk segera beristirahat. Malam hari terasa begitu cepat, seperti N
Negan merasa penat karena pekerjaan barunya dan tuntutan dari Samudra, dia memutuskan untuk ke lapangan sekedar bertemu teman-teman dan pelanggannya. Belum juga dia melangkahkan kaki, Sita meminta izin untuk masuk.Sesaat Negan lupa jika harus menguji Sita hari berkaitan dengan product knowledge.'Ya ampun,' batin Negan.Negan segera menguji karyawan barunya itu. Rupanya sudah banyak produk yang Sita hafal, sepuluh produk fokus berhasil dihafalnya dengan baik.Saat uji coba detailing, lagi-lagi Sita membuatnya kagum. Penyampaiannya sangat bagus dan dikemas dengan menarik. "Kamu hebat Sita, HRD memang jeli memilih karyawan. Kamu bisa lanjutkan menghafal produk yang lain.""Sepertinya kamu bisa terjun ke lapangan mulai besok, apa kamu siap?""Siap, Pak.""Kalau begitu kamu bisa joint visit bersama Ali," ujar Negan."Besok pagi saya akan bicara pada Ali soal ini, kamu boleh kembali ke mejamu, dan lanjutkan menghafal produk.""Baik, Pak. Kalau be
Sejak siang tadi Negan joint visit bersama Sita, setelah dari rumah sakit Sumber keduanya melanjutkan ke rumah sakit lain yang menjadi area kerja wanita itu.Keduanya mulai bisa mengobrol santai sembari menunggu dokter selesai praktek. Negan merasa nyambung berbicara dengan Sita begitu juga sebaliknya."Rupanya kamu sudah lama juga ya berkecimpung sebagai detailer," seru Negan."Iya, Pak. Memangnya Bapak gak baca CV saya?" Negan mengaku jika dirinya hanya membaca CV Sita sekilas saja, tidak terlalu memperhatikan berapa lama wanita itu pernah menjadi detailer."Lalu kenapa kamu memilih pindah ke Jakarta, bisa saja karirmu bagus di sana?"Sita terdiam seperti enggan menjawab pertanyaan bosnya itu, wajahnya juga terlihat sedih.Negan meminta maaf lalu menyuruh Sita tak perlu menjawab pertanyaannya.Keduanya baru selesai menemui dokter selepas maghrib, dokter yang bekerjasama dengan perusahaan tempat Negan bekerja pasiennya sangat banyak.Negan da
Damaira mendudukan tubuhnya di atas ranjang, mengistirahatkan diri sejenak dari lelahnya pekerjaan rumah tangga.Damaira membuka ponsel pintarnya yang sejak tadi tergeletak di atas nakas, ada banyak pesan di aplikasinya, dia melihat satu pesan yang sedikit mengusik hatinya, lantas membuka pesan tersebut.[Aku melihat suamimu semalam di rumah makanku bersama seorang wanita. Mereka sepertinya sangat akrab, apa kamu mengenalnya?] Isi pesan itu dilengkapi dengan beberapa foto. Damaira melihat foto-foto itu dengan wajah datar walau jantungnya berdetak tak karuan.Ada sebuah foto yang menunjukkan keduanya tampak menikmati kebersamaan dengan sekali-kali tersenyum.Setelah melihat foto tersebut Damaira masih berpikir positif tentang suaminya, siapa tahu dia teman lama. Damaira segera bersiap-siap untuk berangkat ke toko roti.Lain tadi, lain sekarang, kenyataannya hati Damaira tak bisa abai begitu saja melihat suaminya makan bersama wanita lain di tempat yang l
Mendengar Damaira menantang membuat nyali Negan sedikit menciut. Negan terus berspekulasi bahwa kemungkinan besar istrinya mengetahui jika kemarin dia makan malam bersama seorang wanita.Otaknya terus berpikir, alasan apa yang tepat agar istrinya percaya. Tapi, jika beralasan dirinya khawatir Damaira benar-benar memiliki bukti.'Aarrgghh', Negan mengerang dalam batinnya.Untuk amannya lebih baik dia menanyakan bukti tersebut, kalau benar Damaira memiliki bukti, barulah membuat alasan.Tapi untuk apa dirinya beralasan? Bukankah dia dan Sita tidak ada hubungan apa-apa.Batin Negan terus berperang dengan spekulasi yang tak ada ujungnya.Negan menatap remeh pada Damaira, "Mana buktinya?" tanya Negan.Damaira langsung berdiri dan berjalan menuju dapur.Damaira kembali ke meja makan dengan membawa handphone-nya, kemudian memperlihatkan foto yang paling bagus, Negan tersenyum semringah pada wanita itu.Melihat foto itu, Negan seakan mati kutu, tapi ota
Sebulan sudah Negan menjabat sebagai district manager. Hari ini adalah pertama kalinya dia akan menerima gaji sebagai district manager, tapi bonus atas perjuangannya selama bulan ini akan diterima dua bulan lagi.Begitulah peraturan perusahaan, bonus akan cair dua bulan kemudian, untuk berjaga-jaga seandainya ada pembatalan atau retur barang.Senyum terkembang di bibir Negan, dia baru saja mendapatkan notifikasi dari emailnya yang berisi pemberitahuan penghasilannya bulan ini.Bonus penjualan dua bulan yang lalu sebelum naik jabatan, lumayan walau tidak banyak, sebesar lima juta empat ratus ribu rupiah. Total penerimaan gaji bulan ini hampir 15 juta rupiah."Lama-lama Ira bisa kaya mendadak kalau aku beri dia semua bonus dan tunjangan jabatan," gumam Negan seraya memandangi email tersebut.Pada akhirnya Negan hanya mengirim uang sebesar tiga setengah juta rupiah pada Damaira. Tanpa Negan tahu, uang itu sejumlah itu hanya cukup untuk membayar cicilan rumah, air, d
Empat bulan kemudian Isa dan Dina akhirnya menikah, setelah si kembar lahir kedunia dua bulan yang lalu.Keduanya memang sengaja mengambil waktu lebih lama, agar keluarga Damaira fokus lebih dulu pada si kecil Narendra dan Naela. Kembar yang begitu menggemaskan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sama seperti Damaira dan Damaisa.Saat ini Isa sedang berada di depan penghulu dan juga Negan sebagai wali dalam pernikahannya dengan Dina. Dina sendiri masih menunggu di ruang rias yang tersedia tak jauh dari tempatnya berada.Deg-degan itu sudah pasti, entah sudah berapa kali pria datar itu menghela nafas untuk menetralkan kegugupan.Penghulu mulai melakukan serangkaian prosesi. Negan dan Isa berjabat tangan, prosesi ijab qabul di mulai.Dengan satu tarikan nafas akhirnya Damaisa Kurniawan telah menjadikan Findina Langit Senja binti Surya Cakrawala sebagai istrinya.Suasana haru tercipta, apalagi ketika pengantin wanita di bawa ke ruangan tersebut. Ucapan selamat dan doa terbaik diuc
“Ibu benar mau aku menikah? Dengan siapapun wanita pilihanku?” tanya Isa dengan wajah serius.Lestari diam sejenak sebelum menjawab.“Kamu masih ingin menikah dengan Dina?” tanya Lestari.“Iya, kalau Ibu memberi restu.”Lestari menghembuskan nafas pelan.“Kamu tidak ada wanita lain?”“Belum ada, Bu. Kalau Ibu menginginkan wanita lain, mungkin butuh waktu lebih lama.”“Kamu sungguh-sungguh menyukai wanita itu?”Dalam guratan wajah Isa masih tersirat sedikit keraguan.“Mintalah dulu petunjuk pada sang Pemilik Hati, Sa. Ibu tidak mau kalau kamu memiliki maksud tertentu menikahi Dina, seperti balas dendam.”Isa masih diam, mencoba membuka lembar demi lembar memori mengapa dia ingin menikahi Dina.“Kalau kamu sudah mendapatkan kemantapan hati ingin menikahi Dina karena untuk beribadah dan mencintainya, Ibu akan restui,” ujar Lestari.Isa justru bergelung dengan hatinya sendiri, antara maju atau mundur.“Baik, Bu. Isa akan pikirkan baik-baik dan juga minta petunjuk sama Tuhan.” Benar itu ad
Satu tahun kemudian.Kebahagiaan demi kebahagiaan semakin terlimpah di keluarga Mahesa dan Damaira. Sakit dan luka di masa lalu perlahan hanya menjadi sebuah butiran yang terhempas karena tiupan angin.Setelah beberapa bulan lalu Mahesa dan Damaira pergi ke Jerman untuk bulan madu, tak lupa mengajak anak-anak untuk turut serta. Sekarang Wanita itu telah berbadan dua.Bukan, tapi tiga. Ya, Damaira hamil anak kembar. Karena faktor keturunan, hamil anak kembar sangat mungkin terjadi.Di sisi lain, di kota Makassar, Nindi dan Dion juga tengah merasakan kebahagiaan yang sama. Nindi akhirnya hamil, bahkan beberapa bulan lebih dulu dari Damaira.Kabar itu diberikan langsung oleh Nindi pada Damaira. Rezeki memang unik, Tuhan akan memberikan di waktu yang tepat. Di saat semua permasalahan hati di masa lalu selesai, akan tubuh cinta yang baru.Tak kalah membahagiakan Isa juga telah resmi membuka kantor perusahaan sendiri di Jakarta. Karyawannya masih terdiri dari beberapa orang. Pria itu semaki
Beberapa minggu berlalu pernikahan Nindi dan Dion pun sudah terlaksana. Meski hanya sederhana keduanya terlihat bagaimana.Di hari Minggu yang cerah itu, Nindi dan Dion berkunjung ke rumah Mahesa, dengan harapan keluarga itu berada di rumah Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Keysha. Nindi benar-benar bertekad ingin berbaikan dengan anak itu. Dia ingin sekali mendapatkan maaf dari bocah berusia 12 tahun itu.Ya, kurang lebih 12 tahun Nindi meninggal Keysha. Nindi pikir semuanya akan baik-baik saja, ternyata Tuhan memiliki takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka.“Oh, Mbak Nindi dan Mas Dion, apa kabar kalian? Selamat ya atas pernikahannya. Kami senang mendengar kabar tersebut.”Damaira dan Mahesa menyambut kedatangan sepasang pengantin yang baru saja rujuk itu.“Kabar baik, Ira. Terima kasih. Maaf kami tidak mengadakan acara apapun.”“Jadi–” Nindi menjeda kalimatnya dan melihat ke arah suaminya, Dion pun mengangguk dan tersenyum.“Jadi, kedatangan kami kemari untuk bertemu deng
Pertanyaan yang seperti memojokkan Citra, membuat dia sejenak berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dan mematahkan tuduhan pria itu.“Apa aku ada hak menolak perjodohan ini?”Citra justru bertanya, bukan menjawab pertanyaan Ardi.“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ardi seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.“Kamu mau jawaban jujur atau jawaban yang menyenangkan hatimu?” tanya Citra.Sepasang anak manusia itu terus saling melempar pertanyaan tanpa ada yang mau menjawab.“Jujur.”“Baiklah kalau begitu aku tidak akan sungkan,” kata Citra. Ardi pun mempersilakan Citra untuk mengatakan segala unek-uneknya.“Aku justru beranggapan Kak Ardi-lah yang menolak perjodohan ini. Kenapa? Seperti yang sudah sedikit aku singgung tadi, kamu tak pernah bersikap baik kepadaku, menyapaku pun hampir tidak pernah, ketika kita berpapasan lebih banyak kamu seperti menganggapku orang asing, kita tidak saling kenal, padahal aku selalu tersenyum padamu sebagaimana junior kepada seniornya.”
“Mbak, apa di depan atau di sekitar sini ada Pak Negan?” tanya seorang dokter kepada perawat.“Sebentar saya lihat dulu, dok.”“Kalau misal ada bilang, suruh ke ruangan, dokter Maulana mencari,” kata dokter Maulana.“Baik, dok.”Perawat itu keluar dari ruangan kemudian mengedarkan pandangan mencari Negan.Negan cukup cukup terkenal di karangan dokter, perawat, orang-orang penting di rumah sakit, dan juga marketing yang lainnya. Apalagi setelah pria itu mengalami kecelakaan namanya making disebut-sebut.“Nah itu dia si duda keren,” monolog perawat itu setelah melihat keberadaan Negan.“Selamat siang menjelang sore Mas Negan,” sapa perawat itu.“Eh, Iya, Mbak. Ini masih siang bolong,” balas Negan. Wanita itu terkekeh pelan.“Mas Negan dicari sama dokter Maulana, ditunggu di ruangannya.”Negan mengernyitkan keningnya, kemudian bertanya, “ada apa ya, Mbak?”“Kurang tahu Mas, Mas datang saja ke ruangan beliau.”“Terima kasih Mbak informasinya.”“Sama-sama Mas, mari.” Negan mengangguk horma
Pagi ini Mahesa disibukan dengan serangkaian pekerjaan, padahal saat ini waktu subuh baru saja berlalu dan matahari belum terbit. Beberapa hari ini pria itu sedikit kurang tidur. Setelah menikah entah mengapa rezeki terus mengalir tiada henti. Proyek sana-sini.“Ini, Mas.” Damaira memberi secangkir kopi sebagai penyemangat lagi.“Terima kasih, Sayang.” Mahesa menarik tangan istrinya, kemudian memberi kecupan hangat sebagai doping.Damaira selalu saja diberi kejutan dengan sikap manis Mahesa. Pria itu benar-benar membuatnya seperti ratu yang spesial.Tak ingin kalah, Damaira pun membalas serangan Mahesa. Sebulan bersama pria itu membuat hidupnya semakin berwarna.“Kalau begitu aku keluar dulu, masak.” Mahesa mengangguk.Damaira menyerah beberapa hal tentang kerumahtanggaan seperti bersih-bersih, laundry, dan lain sebagainya, kecuali masak.Memasak baginya harus dilakukan sendiri, agar kelak anak-anak dan suaminya selalu merindukan masakannya.Meski tinggal bersama mertua, sudah pasti
Tak hanya Indra yang meluapkan emosi pada Nindi tapi juga Linda. Nindi terpojok sebagai tersangka. Janda itu menangis tersedu. Indra seakan belum puas dan terus memarahi anaknya.Ketegangan itu masih terus terjadi hingga bel rumah itu berbunyi mengalihkan perhatian semua orang yang ada di dalam rumah itu.Dengan kesal Indrawan membuka pintu, melihat siapa yang datang sontak membuat pria paruh baya itu kembali naik darah.“Ini biang keroknya datang, dasar pria tak bertanggung jawab, brengsek!” Indra langsung memaki Dion yang tak tahu apa-apa.Pria itu hanya mengerutkan kedua alisnya, mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi.“Ada apa, Yah? Siapa biang kerok.” Linda dan Nindi datang menyusul Indra ke ruang tamu.“Ngapain kamu datang ke sini? Bosan hidup, hah?” Sama halnya dengan suaminya, Linda pun langsung menghardik Dion.Nindi sendiri masih berusaha menenangkan diri setelah mendapat amarah dari kedua orang tuanya.Dion menatap iba pada mantan istrinya, entah apa yang baru saja te
Isa tak juga menjabat tangan Dina dan hanya terus menatapnya.“Kenapa hanya menatapku seperti itu?” Dina kembali angkat suara.“Ayo kita berjabat tangan dan kita kembali seperti dulu.” Dengan segenap jiwa dan hatinya Dina menahan sakit. Wanita itu terus memberi sugesti positif pada dirinya sendiri bahwa pasti rasa sakit itu hanya akan menyelimuti berlangsung untuk beberapa waktu saja. Asalkan mengalihkan semuanya pada pekerjaan dan hal lainnya pasti akan segera sirna dengan sendirinya.Dina tersenyum samar dan mulai menarik tangannya. Dia sungguh tidak mengerti kemauan pria yang ada di depannya.Dina menarik nafas dengan maksud menarik ingusnya agar tidak keluar. Dia menahan tangis sekuat tenaga.“Ya sudah ayo kita pulang. Orang-orang pasti menganggapku orang gila karena duduk di sini berjam-jam.Dina meraih tangan Isa dan menarik pria itu agar segera beranjak dari duduknya. Tapi Isa justru menahan tangan Dina.“Ayo kita menikah!” seru Isa.Ucapan Isa sontak membuat Dina membulatkan