Damaira mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan Negan."Memangnya kenapa, Mas?" bukan menjawab, Damaira justru bertanya."Kata beliau, kalau bukan karenamu, dia nggak mau menerima penawaran dariku," kata Negan dengan polosnya.Damaira terkekeh, membuat Negan bingung."Bu Idah hanya bercanda mungkin, Mas. Karena baru saja melihat kita di warung makan malam itu. Siapa sih Damaira, mana mungkin bisa mempengaruhi orang sehebat beliau," ucap Damaira merendah.Negan menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Benar juga ya, kamu kan hanya pelayan toko roti, tidak ada pengaruh atau efeknya sama sekali aku akan menang tender atau tidak," meski terdengar halus kata-kata itu sarat akan meremehkan.Damaira memaksakan senyum, membiarkan suaminya berkata sesuka hatinya.Keduanya kembali bercengkrama sembari menikmati teh dan martabak. Momen seperti memang jarang terjadi di antara mereka.Malam semakin larut membuat keduanya memutuskan untuk segera beristirahat. Malam hari terasa begitu cepat, seperti N
Negan merasa penat karena pekerjaan barunya dan tuntutan dari Samudra, dia memutuskan untuk ke lapangan sekedar bertemu teman-teman dan pelanggannya. Belum juga dia melangkahkan kaki, Sita meminta izin untuk masuk.Sesaat Negan lupa jika harus menguji Sita hari berkaitan dengan product knowledge.'Ya ampun,' batin Negan.Negan segera menguji karyawan barunya itu. Rupanya sudah banyak produk yang Sita hafal, sepuluh produk fokus berhasil dihafalnya dengan baik.Saat uji coba detailing, lagi-lagi Sita membuatnya kagum. Penyampaiannya sangat bagus dan dikemas dengan menarik. "Kamu hebat Sita, HRD memang jeli memilih karyawan. Kamu bisa lanjutkan menghafal produk yang lain.""Sepertinya kamu bisa terjun ke lapangan mulai besok, apa kamu siap?""Siap, Pak.""Kalau begitu kamu bisa joint visit bersama Ali," ujar Negan."Besok pagi saya akan bicara pada Ali soal ini, kamu boleh kembali ke mejamu, dan lanjutkan menghafal produk.""Baik, Pak. Kalau be
Sejak siang tadi Negan joint visit bersama Sita, setelah dari rumah sakit Sumber keduanya melanjutkan ke rumah sakit lain yang menjadi area kerja wanita itu.Keduanya mulai bisa mengobrol santai sembari menunggu dokter selesai praktek. Negan merasa nyambung berbicara dengan Sita begitu juga sebaliknya."Rupanya kamu sudah lama juga ya berkecimpung sebagai detailer," seru Negan."Iya, Pak. Memangnya Bapak gak baca CV saya?" Negan mengaku jika dirinya hanya membaca CV Sita sekilas saja, tidak terlalu memperhatikan berapa lama wanita itu pernah menjadi detailer."Lalu kenapa kamu memilih pindah ke Jakarta, bisa saja karirmu bagus di sana?"Sita terdiam seperti enggan menjawab pertanyaan bosnya itu, wajahnya juga terlihat sedih.Negan meminta maaf lalu menyuruh Sita tak perlu menjawab pertanyaannya.Keduanya baru selesai menemui dokter selepas maghrib, dokter yang bekerjasama dengan perusahaan tempat Negan bekerja pasiennya sangat banyak.Negan da
Damaira mendudukan tubuhnya di atas ranjang, mengistirahatkan diri sejenak dari lelahnya pekerjaan rumah tangga.Damaira membuka ponsel pintarnya yang sejak tadi tergeletak di atas nakas, ada banyak pesan di aplikasinya, dia melihat satu pesan yang sedikit mengusik hatinya, lantas membuka pesan tersebut.[Aku melihat suamimu semalam di rumah makanku bersama seorang wanita. Mereka sepertinya sangat akrab, apa kamu mengenalnya?] Isi pesan itu dilengkapi dengan beberapa foto. Damaira melihat foto-foto itu dengan wajah datar walau jantungnya berdetak tak karuan.Ada sebuah foto yang menunjukkan keduanya tampak menikmati kebersamaan dengan sekali-kali tersenyum.Setelah melihat foto tersebut Damaira masih berpikir positif tentang suaminya, siapa tahu dia teman lama. Damaira segera bersiap-siap untuk berangkat ke toko roti.Lain tadi, lain sekarang, kenyataannya hati Damaira tak bisa abai begitu saja melihat suaminya makan bersama wanita lain di tempat yang l
Mendengar Damaira menantang membuat nyali Negan sedikit menciut. Negan terus berspekulasi bahwa kemungkinan besar istrinya mengetahui jika kemarin dia makan malam bersama seorang wanita.Otaknya terus berpikir, alasan apa yang tepat agar istrinya percaya. Tapi, jika beralasan dirinya khawatir Damaira benar-benar memiliki bukti.'Aarrgghh', Negan mengerang dalam batinnya.Untuk amannya lebih baik dia menanyakan bukti tersebut, kalau benar Damaira memiliki bukti, barulah membuat alasan.Tapi untuk apa dirinya beralasan? Bukankah dia dan Sita tidak ada hubungan apa-apa.Batin Negan terus berperang dengan spekulasi yang tak ada ujungnya.Negan menatap remeh pada Damaira, "Mana buktinya?" tanya Negan.Damaira langsung berdiri dan berjalan menuju dapur.Damaira kembali ke meja makan dengan membawa handphone-nya, kemudian memperlihatkan foto yang paling bagus, Negan tersenyum semringah pada wanita itu.Melihat foto itu, Negan seakan mati kutu, tapi ota
Sebulan sudah Negan menjabat sebagai district manager. Hari ini adalah pertama kalinya dia akan menerima gaji sebagai district manager, tapi bonus atas perjuangannya selama bulan ini akan diterima dua bulan lagi.Begitulah peraturan perusahaan, bonus akan cair dua bulan kemudian, untuk berjaga-jaga seandainya ada pembatalan atau retur barang.Senyum terkembang di bibir Negan, dia baru saja mendapatkan notifikasi dari emailnya yang berisi pemberitahuan penghasilannya bulan ini.Bonus penjualan dua bulan yang lalu sebelum naik jabatan, lumayan walau tidak banyak, sebesar lima juta empat ratus ribu rupiah. Total penerimaan gaji bulan ini hampir 15 juta rupiah."Lama-lama Ira bisa kaya mendadak kalau aku beri dia semua bonus dan tunjangan jabatan," gumam Negan seraya memandangi email tersebut.Pada akhirnya Negan hanya mengirim uang sebesar tiga setengah juta rupiah pada Damaira. Tanpa Negan tahu, uang itu sejumlah itu hanya cukup untuk membayar cicilan rumah, air, d
Negan hanya mengedikkan bahu, untuk menjawab pertanyaan istrinya."Kamu bukakan pintu sana, aku malas," perintah Negan.Damaira segera menuju pintu, khawatir ibu mertuanya semakin membuat gaduh dan didengar oleh tetangga.Laras langsung masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apapun, diikuti Dina yang menatap sinis padanya.Meski sudah terbiasa dengan kelakuan ibu dan anak itu, kadang kala Damaira merasa geram."Negan!" Laras berdiri di samping anaknya dengan berkacak pinggang dan wajah bersungut-sungut."Ada apa, Bu?" tanya Negan. Sepertinya dia bisa menebak apa yang akan ibunya bicarakan. Apa lagi kalau bukan soal uang."Kamu keterlaluan, baru naik jabatan tapi kiriman untuk Ibu cuma kamu tambah lima ratus ribu!" protes Laras. Benar saja dugaan Negan.Belum sempat Negan menjawab Laras kembali bersuara, karena melihat isi meja makan."Apa ini? Kalian enak-enakan makan makanan seperti ini, tapi tidak ingat sama ibu dan adik-adikmu. Benar-b
Damaira memarkir mobilnya di depan sebuah apotek besar. Dari dalam mobil dia melihat dua insan yang sedang bersenda gurau dengan akrab dan saling tertawa.Kesal? Jelas saja Damaira kesal, istri mana yang tidak kesal melihat suaminya berinteraksi seperti itu apalagi di tempat umum.Damaira mengambil paper bag berukuran besar, berisi kue pesanan istri pemilik apotek tersebut. Menarik nafas sebelum turun dari mobil.Damaira memasuki apotek, pura-pura tak melihat dua insan yang masih asik mengobrol.Damaira disambut dengan ramah oleh pegawai apotek tersebut, kemudian bertanya pada pegawai itu."Ko Ferdinan ada, Mbak?""Ada, Mbak. Sebentar ya, mbak Ira. Saya akan sampaikan pada ko Ferdinan kalau pesanan sudah datang," jawab petugas itu. Jelas wanita itu sudah hafal dengan Damaira.Tak lupa Damaira memberikan bingkisan untuk para pegawai apotek, brownies kukus. Pegawai itu bersorak lalu memberikan pada temannya karena dia akan menemui bosnya lebih dulu. "I