Beranda / CEO / Istri simpanan CEO / Gosip Sekertaris plus plus

Share

Gosip Sekertaris plus plus

Pernikahan Mia dan Rafka masih menghitung hari, namun gosip mulai menyebar. Itu terjadi karena Siska terus datang ke kantor. Tujuan Siska datang ke kantor hanya satu yaitu mempermalukan Mia.

"Di dalam ada sekertaris Pak Rafka?" tanya Siska pada siapa saja yang ia temui di depan pintu ruang kerja Rafka.

"Iya ada Bu. Itu kan tugasnya Bu Mia," jawab office girl yang kebetulan sedang membersihkan area di depan ruang kerja Rafka.

"Tugas dia merangkap jadi pelakor juga?" sahut Siska sengaja memancing rasa penasaran Office girl di depannya.

Raut wajah office girl itu tampak kebingungan. Seolah ia sedang menimang mana yang benar dan salah.

"Jika tidak percaya silahkan saja cari buktinya. Seorang sekretaris seharusnya tidak sedekat itu dengan bos nya, bukan?" lagi-lagi Siska sengaja memantik api gosip.

Office girl itu balas tersenyum bingung. Merasa bosan dan tidak puas hati, Siska akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan Rafka.

Pemandangan yang tidak senonoh terpampang jelas setelah pintu ruangan itu terbuka. Sayangnya, office girl itu tidak tertarik dengan rahasia di ruang bos nya ini. Ia memutuskan untuk membersihkan di debu di sudut yang lain. Membiarkan Siska kesal sendirian.

"Apa-apaan kalian!" teriak Siska membuat aksi Rafka dan Mia terhenti.

Mia bangkit berdiri lantas balas menatap tatapan Siska. Pagi tadi Mia diizinkan pulang. Bukannya pulang ke rumah dan beristirahat sepanjang hari, Mia justru memilih pergi bekerja. Menemani Rafka di ruangannya sambil mendalami peran sebagai seorang istri.

Rafka balas mengangkat bahu, tidak peduli. Ia justru menarik lengan Mia dan meminta istri keduanya itu untuk duduk kembali di pangkuannya. Ada kegiatan yang belum usai.

"Hey! Rafka!" teriak Siska semakin membahana.

Percuma saja! Sekencang apapun Siska berteriak, ruangan ini kedap suara. Karyawan di luar tidak bisa mendengar sedikit suara teriakan Siska.

"Sayang," Mia balas bergelayut manja di leher Rafka. Membuat Rafka semakin menggila.

"Kalau kamu kayak gini tiap hari aku bisa nahan lagi!" sahut Rafka balas mengecup mesra bibir ranum Mia.

Emosi Siska semakin menjadi-jadi. Didorong rasa kesal dan cemburu, Siska menarik paksa lengan Mia. Ia tidak sudi jika harus berbagi tubuh Rafka dengan wanita lain. Apalagi ini Mia! Anak tirinya sendiri.

"Apaan sih!" balas Mia geram.

Setelah posisi Mia menjauh dari Rafka, Mia balas menghentakkan tangan Siska yang mencekal pergelangan tangannya. Tampak ruam merah di pergelangan tangan Mia.

"Kurang ajar kamu!" saat Siska hendak melayangkan tamparannya. Tangan kanan Mia sudah lebih dulu menangkis dan balas melayangkan tamparan.

Plak,

Tangan kiri Mia yang terayun sempurna tepat mengenai sasaran. Pipi bagian kanan Siska tampak merah bekas tamparan yang dilayangkan Mia.

"Sakit?" tanya Mia pura-pura peduli. Tampak jelas dari sorot mata Mia ada kepuasan yang tidak bisa Mia akui di hadapan Siska. Sorot mata Mia juga menjelaskan jika ia sangat senang melihat Siska menderita. Merendahkan Siska adalah puncak dari kesenangan Mia.

Rafka memilih duduk tenang di kursi kerjanya. Ia ingin melihat sejauh mana dua istrinya itu bertengkar. Jika diperlukan maka Rafka akan turun tangan. Jika tidak, Rafka akan memberikan hak nya pada Mia. Hak untuk memarahi bahkan berlaku kasar pada Siska.

Siska membisu, tangan kanannya yang sempat dicekal Mia kini terlepas dan berganti memegangi pipi sebelah kiri yang terasa kebas.

"Itu belum seberapa jika dibandingkan dengan rasa sakit di kepalaku!" jelas Mia.

Kepala Mia masih dibalut perban. Rasa sakit akibat lemparan pas kemarin masih terasa. Tapi pembalasannya belum seimbang karena Siska hanya merasakan nyeri di pipi.

"Kejadian kemarin tidak akan pernah terjadi jika kamu tidak merebut suamiku!" balas Siska mengintimidasi. Tatapan mata Siska semakin tajam saat Mia tersenyum lebar.

Kelicikan Mia dan keangkuhannya semakin merajalela. Kali ini Siska tersudutkan tapi tidak! Siska tidak akan mengerahkan karena ia yakin ia masih unggul jika dibandingkan dengan Mia yang notabenenya hanya istri kedua.

"Karena itu pantas untukmu!" sahut Mia tak kalah tegas. Senyumannya tak luntur saat melihat wajah Siska yang berubah pucat.

"Diam kamu!" teriakan Siska kembali menggema di ruang kedap suara itu.

Kali ini bukan hanya senyuman tapi juga kekehan tawa yang pelan namun mampu membuat emosi di kepala Siska meluap.

"Kenapa? Kamu takut?" Mia semakin berani. Kini ia berani mendorong Siska dengan jari telunjuknya sampai perlahan Siska mundur beberapa langkah ke belakang.

Dan Siska kembali terpojokkan. Dadanya naik turun dengan deru napas yang tidak beraturan. Keringat mulai meluncur membahasi dahi. Akankah Mia menjelaskan masa lalu Siska yang selama ini ia sembunyikan dari Rafka.

"Gawat," gumam Siska dalam hati.

Senyuman Mia semakin lebar, matanya menangkap basah Siska yang tersudutkan. Siska yang diam, merasa kalah dan takut.

"Takut?" anacam Mia. Senyumnya yang mengembang lebar itu membuat Siska tersisihkan. Apa yang bisa Siska lakukan selain menerima perlakuan Mia yang menyudutkan dirinya.

Suara mesin pendingin dan hentakan kaki Rafka menjadi melodi pengisi di tengah kebisuan mulut Siska.

"Teriak lagi dong! Itu baru Siska yang aku kenal!" sambung Mia beberapa menit kemudian.

"Aku bilang D I A M!" Siska semakin geram. Emosinya tak tertahankan dan kini ia kembali melayangkan tamparan ke wajah Mia yang sayangnya berhasil di tangkis. Bukannya senang karena berhasil menampar Mia, Siska justru mendapat tamparan yang tak kalah keras dari tamparan sebelumnya.

Mia tertawa semakin kencang saat mendapat pembelaan dari Rafka. Suaminya yang sejak tadi hanya diam menonton kini berani maju membela salah satu pihak.

"Kamu yang diam! Menganggu kesibukanku saja!" ucap Rafka memecah pertengkaran antara kedua istrinya ini.

Siska bukan hanya terpojokkan tapi hari ini Siska sial. Dia kalah karena Rafka lagi-lagi membela Mia.

"Kamu di pelet sama dia ya? Sampe kamu belain dia terus?" tanya Siska asal.

Sesaat setelah Siska selesai berbicara tamparan ketiga melayang kembali ke wajahnya dan tepat mengenai pipi kiri bekas tamparan Mia.

"Kurang ajar kamu! Kamu pikir aku wanita sepertimu yang menghalalkan segala cara demi bisa mendapatkan apa yang sebenarnya tidak pantas untuk kamu dapatkan!" bela Mia. Tamparan ketiga ini hadiah dari Mia karena Siska berani menuduhnya.

Tidak perlu ada pelet, santet ataupun sihir lainnya. Untuk apa? Mia tidak membutuhkan tenaga dari dukun, ia hanya mengandalkan kecerdasan dan kecantikannya.

Rafka yang turut terpancing emosinya kini balas menyeret tubuh Siska keluar dari ruangannya.

Saat tubuh Siska tepat berada di luar pintu ruang kerja Rafka. Seorang office girl dan office boy melintas. Siska memanfaatkan momen paling berharga itu sebagai aksi balas dendamnya pada Mia.

"Kamu lebih belain pelakor itu dibandingkan aku mas?" teriak Siska membuat dua pekerja itu berhenti melangkah dan menoleh ke belakang sambil menatap Rafka dan Mia secara bergantian.

Siska tersenyum senang. Karena merasa menang Siska kembali berteriak, "Mia Claudia Raharja si sekertaris plus plus."

Ketiganya terdiam terutama Mia yang kini nama baiknya telah tercemar. Akankah gosip ini menjadi awal kehancuran Mia?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status