Ternyata waktu tidak bisa mengobati rasa sakit yang Mia alami. Dia tumbuh semakin besar dan cantik. Tapi, hatinya kosong.
"Hey," ucap Niko-pacar kelima Mia. "Apa?" tanya Mia tidak bersemangat. "Kamu yang kenapa? Kok di chat gak dibales ditelepon juga gak diangkat? Kamu marah sama aku?" tanya Niko. Kepala Mia mengangguk, "Kita putus!" ucapnya lantas bangkit dan pergi begitu saja. Tanpa penjelasan apapun Mia meninggalkan Niko. Rasanya sudah cukup. Mia tidak membutuhkan Niko lagi. Informasi yang dia butuhkan sudah terkumpul. Tinggal menjalankan aksi maka rencana balas dendamnya bisa segera dimulai. Setelah Ibu meninggal, Mia memutusakan untuk membalas semua kejahatan yang pernah dilakukan Siska dan Rahman. Setiap harinya, Mia terus mencari Informasi mengenai Rahman dan Siska. Ternyata Rahman meregang nyawa saat dia dipecat dari kantor. Ekonominya merosot membuat dia depresi sedangkan Siska memilih untuk menikah lagi. "Dasar wanita ular!" gerutu Mia saat mengetahui informasi terbaru terkait kebenaran Siska dan kehidupannya saat ini. Siska kini telah menikah kembali dengan pria yang berusia 2 tahun lebih muda darinya. Pria itu bernama Rafka Arganta seorang CEO di perusahaan besar yang bergerak di bidang industri dan jasa. Rafka seperti tidak tahu jika Siska pernah menikah dan memiliki anak. "Akan aku pastikan masa tuamu dipenuhi derita!" gumam Mia sambil meremas kertas yang diberikan Niko. Niko pemuda 23 tahun yang bekerja sebagai manajer di salah satu cabang perusahaan yang dipimpin Rafka. Mia sengaja mengincar orang-orang terdekat Rafka. Semua itu dilakukannya agar aksi balas dendam ini terlaksana. Maka saat usiannya menginjak angka 25 Mia putuskan untuk terbang ke Jakarta. Tujuannya jelas! Kuliah dan bekerja di perusahaan yang dipimpin Rafka. Mia akan mengambil apa yang seharusnya jadi haknya. Tidak hanya itu Mia juga sudah mempersiapkan senjata ampuh untuk meluluhkan keberingasan Siska. "Tunggu aku wanita ular." **** Tidak sia-sia Mia berhasil menjebak Rafka. Perbedaan usia 5 tahun tidak jadi persoalan. Mia tetap akan menjalankan aksinya secara profesional. Menjadi asisten pribadi Rafka adalah salah satu bagian dari rencana yang berhasil. Urusan Niko sudah beres sejak Mia masih tinggal di kampung halamannya. Siapa yang mengira jika anak singa yang lucu ini mampu membelah kemustahilan. Mia membuktikan dendamnya mampu mengalahkan ganasnya kehidupan. Otak pintarnya tidak main-main. Semua ini berkat usaha yang dia lakukan selama 9 tahun. "Selamat pagi," sapa Mia penuh cinta. "Pagi. Ada meeting hari ini?" tanya Rafka tak ingin kalah. Rafka yang baru saja datang bergegas menggandeng tangan Mia dan mengajaknya untuk berbicara di ruang kerjanya. "Kenapa kamu bawa aku ke sini? Kan meja aku di sana? Jadwal kerja kamu juga ada di sana," sahut Mia manja. "Aku kangen tahu sama kamu. Masa gitu aja gak ngerti!" balas Rafka yang kini sedang memeluk Mia dari belakang. Pintu ruang kerja Rafka tertutup rapat. Tidak ada seorangpun yang bisa melihat kemesraan dua sejoli ini. "Aku harus kerja. Kamu juga harus kerja. Udah ya, nanti aja!" tolak Mia. Mia tentu jijik melakukan semua ini. Tetapi, demi ambisinya Mia harus merelakan harga dirinya. Selagi tidak ada kontak fisik berlebihan maka Mia akan menjalankannya sepenuh hati. Jangan sampai Rafka curiga. "Itu bisa diurus nanti. Gimana kalau kita keluar, sarapan gitu?" ajak Rafka. Sejak mengenal Mia hasrat cintanya kembali membara. Mia memberikan warna baru dalam hidup Rafka. Keberadaan Siska di sisinya ternyata tidak mampu mengalahkan hasrat Rafka. Dia pria normal yang jelas akan tergiur barang baru. Apalagi barang baru itu Mia, wanita independen yang bukan hanya cantik tapi juga pintar. "Gak mau. Kalau istri kamu tahu bisa habis aku!" tolak Mia. Mia sengaja berpura-pura tidak mengenal Siska. Padahal hampir setiap hari dia menguntit rumah megah yang ditempati Siska juga Rafka. Kebetulan yang disengaja, Mia menyewa apartemen dekat rumah Siska. Dari rooftop apartemennya Mia bisa melihat dengan jelas ke kaca jendela rumah Siska. Segala macam aktivitas keluarga Siska bisa Mia saksikan. Walau hanya gerakan tubuh tanpa suara. "Gak akan sayang. Kamu tenang aja, aman kok aman!" elak Rafka. Tidak perlu waktu yang lama bagi Mia untuk mendapatkan perhatian Rafka. Dimulai dari kenaikan jabatan sampai akhirnya menjadi sekertaris plus pacar. "Terus kapan kamu nikahin aku? Katanya kamu udah bosen sama istri kamu yang tua itu? Emang dia keriput banget ya? Terus dia juga gak bisa ngasih kamu keturunan, kan? Jadi apa yang kamu pertahankan?" tanya Mia. Saatnya berlaga seolah wanita murahan. Tenang, Mia tahu batasannya. Tidak ada rasa cinta yang mendominasi hubungan Mia juga Rafka. Mia murni memanfaatkan kelemahan Rafka. "Nanti ya. Aku usahain secepatnya tapi gak papa kan jadi istri kedua dulu?" jawab Rafka. Sejauh ini Rafka masih ingin mempertahankan Siska.Bibir ranum Mia melengkung ke bawah, "Jahat kamu! Masa aku yang cantik jadi istri kedua!" sahut Mia. "Ya, kan nanti aku cerai sama Siska. Kamu sabar dulu ya," balas Rafka tampak masih bingung dengan pilihannya. Mia balas memalingkan wajahnya dan menyingkirkan tangan Rafka yang melingkari pinggangnya. "Aku harus kerja. Kamu siap-siap meeting!" ucap Mia ketus. Rafka yang merasakan perubahan pada diri Mia buru-buru mencekal lengan Mia. Mia yang hendak membalikkan tubuhnya urung. "Lepasin tangan aku!" tegas Mia. Aura kecemburuan tampak jelas di wajah Mia. Padahal itu hanyalah kebohongan. "Kamu marah? Maaf ya, kamu kan tahu sendiri resiko pacaran sama aku. Aku janji setelah kita nikah nanti aku akan bercerai, tapi kamu sabar dulu. Aku harus memastikan tidak ada satupun aset atas nama Siska. Aku takut kecolongan!" jelas Rafka.Selama ini Rafka memberikan surat-surat penting yang dia miliki pada Siska. Rafka menaruh kepercayaan sangat tinggi pada Siska karena sejauh ini Siska dapat diandalkan dalam mengelola keuangannya. "Makanya jangan terlalu percaya sama istri kamu itu! Bisa aja kan dia alih nama?" sahut Mia sengaja memanas-manasi. Tapi, Rafka bukan pria bodoh."Tenang. Aku punya salinannya kok. Kamu gak perlu takut, kalau kita nikah aku gak akan jatuh miskin kok!" balas Rafka menyakinkan Mia bahwa dia memang kaya dan pintar. Ayolah, Rafka itu CEO di perusahaan besar. Dia tidak akan bertindak ceroboh atas dasar cinta kecuali saat bersama Mia. Rafka akan berubah 180 derajat. Rafka yang tegas berganti dengan Rafka yang manja layaknya anak kecil yang haus perhatian. "Baik tuan Rafka kalau begitu saya permisi dulu. Silahkan melanjutkan pekerjaan bapak," balas Mia enggan mendengarkan pembelaan Rafka. Sombong itu anggapan yang diberikan Mia saat Rafka menerangkan dirinya sendiri. Cup,"Have a nice day dear. Jangan pernah takut kehilangan aku. Cinta aku cuma buat kamu, tenang aja!" ucap Rafka setelah mengecup kening Mia. 'Jijik' gumam Mia dalam hati. Senyum manis menjadi topeng kesekian yang Mia tunjukan. "Kerja!" ucap Mia. 'Ini baru permulaan Rafka. Jangan ganggu aku!' Disaat Rafka menunjukkan ketulusannya mampukah Mia menahan gejolak rasa?Bukan main, Rafka benar-benar menepati janjinya. Berkata perjuangan Mia yang hampir setiap hari tak henti menanyakan keseriusan Rafka akhirnya malam ini Rafka akan melamar Mia. Malam yang indah di pinggir pantai. Cafe yang biasanya ramai sengaja dikosongkan. Tamu VIP memborong semua kursi yang ada. Malam ini khusus untuk Mia dan Rafka. "Ini cafe kenapa kosong?" tanya Mia yang memang tidak tahu menahu rencana Rafka. "Sengaja aku reservasi khusus buat kita berdua. Gimana? Kamu suka gak sama dekor tempatnya? Ini aku sendiri loh yang desain," jawab Rafka. Lampu-lampu kelap-kelip menghiasai setiap sudut ruang yang ada di cafe itu. Taman outdoor disulap jadi panggung tempat band berserta vokalisnya manggung. Lagu-lagu romantis dinyanyikan. "Gak sayang? Pasti mahal, kan?" tanya Mia. Berkali-kali Mia menoleh ke sisi kanan dan kiri, Cafe ini berubah total. Pemandangan pantai di malam hari dengan KerLiP lampu mercusuar tampak jelas di depan mata Mia. "Buat kamu semahal apapun akan aku be
Baru 24 jam Mia sah menjadi istri kedua Rafka, tapi siang ini Mia justru didatangi Siska. Tanpa rasa takut Mia menyambut kedatangan Siska dikantor suaminya. Tidak ada yang tahu jika di dalam ruangan Rafka kedua wanita itu sedang bertengkar hebat. Belum sempat tangan Siska melayang, tangan Mia lebih dulu terayun. Suara tamparan itu terdengar menggema di ruang kerja Rafka. "Perih?" tanya Mia pada Siska-Istri pertama Rafka. Siska datang membawa amarahnya, tetapi Mia yang lebih dulu melawan. Tak tinggal diam Mia kembali melayangkan tamparan kedua. Tamparannya kali ini mampu membuat kaki Siska lemas. Sampai Siska tersungkur ke lantai. "Ups, berdarah? Wah, tamparanku ternyata sangat kencang ya!" lanjut Mia. Senyuman simpul terukir di bibir ranumnya, deretan gigi putih turut tampak. Mia bahkan sempat meniup telapak tangannya yang panas. Siska diam membisu dengan tatapan nanar. Dia jelas kaget karena lawannya kini berani melawan. "Kenapa? Kamu takut?" ejek Mia tanpa rasa takut.Tiba-ti
Buntut dari pertengkaran hebat antara Mia dan Siska ialah rumah sakit. Mia dilarikan ke UGD dengan kondisi tak sadarkan diri. Tangan Rafka setia menggenggam tangan Mia yang dingin sedangkan Siska hanya mampu membuntuti dari belakang sembari bersumpah serapah.Siapa yang tidak akan cemburu jika melihat suami yang dicintai justru lebih perhatian pada istri keduanya. Tapi, inilah yang diinginkan Mia. Menyiksa Siska baik secara mental maupun fisik. "Maaf Pak. Tolong tunggu di luar!" cegah suster. Genggaman tangan Rafka di jemari tangan Mia sontak terlepas. Kaki Rafka rasanya lemas setelah melihat kondisi kepala Mia yang berlumuran darah. Rafka jadi ingat siapa dalang dari kemalangan yang dialami Mia. Di dorong emosi yang meluap-luap, tubuh Rafka berbalik. Menatap tajam ke arah Siska yang santai duduk di kursi ruang tunggu UGD. "Siska!" teriak Rafka tidak lagi mempedulikan kondisi di sekitarnya. Tidak ada jawaban. Siska diam, menatap lurus ke arah pintu ruang UGD. Hatinya juga saki
Malam pukul 8, Mia akhirnya sadar. Pandangan pertama yang ia lihat adalah Rafka. Suaminya itu tertidur lelap di kursi dekat ranjang sambil terus menggenggam erat jemari tangan kanannya. Hati Mia bergetar melihat ketulusan yang diberikan Rafka. Belum pernah Mia mendapatkan kasih sayang yang sebesar ini walaupun untuk saat ini getaran hati itu tidak bermakna apa-apa.Kepala Mia yang dibungkus perban masih terasa sakit. Secara perlahan Mia menggerakkan badannya lalu bersuara berharap Rafka bangun dan bersedia memberikan segelas air putih yang ada di atas nakas. Pergerakan Mia yang konstan lambat laun membuahkan hasil. Tidur Rafka yang nyenyak terganggu dan saat badan Rafka kembali tegak, ia menyadari bahwa istrinya telah sadar. "Sayang," ucap Rafka penuh cinta. Rafka lantas bangkit lalu mendekap erat tubuh Mia yang lemah. Tangan lemas Mia membalas dekapan Rafka seakan ia bersyukur memiliki Rafka dalam hidupnya. Padahal itu hanya kebohongan belaka supaya Rafka tidak curiga. "Sayang,
Pernikahan Mia dan Rafka masih menghitung hari, namun gosip mulai menyebar. Itu terjadi karena Siska terus datang ke kantor. Tujuan Siska datang ke kantor hanya satu yaitu mempermalukan Mia. "Di dalam ada sekertaris Pak Rafka?" tanya Siska pada siapa saja yang ia temui di depan pintu ruang kerja Rafka. "Iya ada Bu. Itu kan tugasnya Bu Mia," jawab office girl yang kebetulan sedang membersihkan area di depan ruang kerja Rafka. "Tugas dia merangkap jadi pelakor juga?" sahut Siska sengaja memancing rasa penasaran Office girl di depannya. Raut wajah office girl itu tampak kebingungan. Seolah ia sedang menimang mana yang benar dan salah."Jika tidak percaya silahkan saja cari buktinya. Seorang sekretaris seharusnya tidak sedekat itu dengan bos nya, bukan?" lagi-lagi Siska sengaja memantik api gosip. Office girl itu balas tersenyum bingung. Merasa bosan dan tidak puas hati, Siska akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan Rafka. Pemandangan yang tidak senonoh terpampang jelas se
Rafka memenuhi janjinya. Kali ini Rafka pulang membawa kejutan besar. Menantu baru untuk Mama. "Ma," ucap Rafka pelan. Senyumnya mengembang tatkala pintu rumah terbuka. Mama dan Papa yang sedang asik menonton televisi nampak terganggu. Keduanya lantas menoleh dan..."Siapa dia? Cantik banget. Sekertaris kamu? Atau calon anak angkatmu? Kok ngadopsinya udah gede? Ini mah jadi istri kamu juga cocok!" celetuk Mama asal bicara. Mulutnya yang tidak dibekali rem itu langsung memuntahkan semua isi pikirannya. Papa sendiri hanya menatap penuh selidik. Tidak! Papa yakin wanita yang dibawa Rafka bukan calon cucunya. Sebagai seorang pria Papa tahu betul apa yang dipikirkan Rafka. "Dia emang mantu kita!" cicit Papa setelah beberapa menit fokus mengamati gerak-gerik Rafka dan istri barunya itu. Dengan kualitas akting yang mumpuni Mia berpura-pura tersipu. Dua pipinya merah merona ditambah pandangan mata yang tertuju ke lantai. Rafka setia menggenggam erat jemari tangan kanan Mia. Menandakan ji
Semua orang yang ada di rumah orang tua Rafka tercengang. Mereka diam sambil menatap tajam wajah Siska yang baru saja berdatangan dengan beberapa keranjang belanjaan bermerek branded. Siska berkali-kali menghela napasnya. Keranjang berisikan tas, sepatu dan barang mewah lainnya tergeletak begitu saja. Ia maju mendekati Mia dan...Plak,Tanpa aba-aba tangan kanan Siska terayun dan mendarat mulus di pipi kanan Mia. Semua orang yang ada di sana jelas kaget dan bingung dengan situasi yang tengah terjadi. Tapi bagi Papa semua ini hanyalah resiko yang harus diterima Rafka. "Itu setimpal!" decak Siska. Aura kemarahan dalam dirinya semakin menjadi-jadi tat kala mendengar informasi bahwa Rafka berani membawa Mia ke hadapan Mama dan Papa. Rafka yang kaget sontak maju lalu buru-buru berdiri di tengah-tengah Siska dan Mia. Membatasi gerakan tubuh Siska. "Menjauh!" ucap Rafka singkat. Kedua tangannya terbuka lebar hendak melindungi Mia. Dan benar gerak tubuh Siska jadi terbatas. Ingin kembali
Apa maksud dari perkataan mu itu pelakor!" bentak Siska. Bukannya takut, Mia justru tertawa pelan, "Santai Istri tua. Kamu sama aku itu gak ada bedanya. Kamu justru lebih hina! Lebih pelakor! Lebih murah dari apa yang kamu sangkakan kepadaku!" balas Mia tak ingin kalah. Bagi Mia tindakan Siska di masa lalu itu jauh lebih parah dibandingkan dirinya. Siska gadaikan harga dirinya agar bisa mendapatkan cinta buta dari Ayah Mia. Cinta yang dilandaskan uang. Raut wajah Siska semakin tegang, rahangnya mengeras ditambah lagi sorot mata tajamnya. Amarah itu tertahankan. "Kenapa? Kamu mau tampar aku lagi kayak tadi? Sini tampar, di sini sepi kok! Kamu bisa dengan bebas melampiaskan semua rasa sakit yang selama ini kamu rasakan. Setelah itu biarkan aku menjelaskan apa rasa sakit itu!" sambung Mia tegas. Senyum smrik menghiasi wajah cantik Mia. Wajah yang selama ini jadi Primadona banyak mata lantas demi membalas dendam jatuh di pelukan pria beristri. Tidak ada yang lebih membahagiakan diban