Beranda / CEO / Istri simpanan CEO / Darah kemenangan

Share

Darah kemenangan

Baru 24 jam Mia sah menjadi istri kedua Rafka, tapi siang ini Mia justru didatangi Siska. Tanpa rasa takut Mia menyambut kedatangan Siska dikantor suaminya. Tidak ada yang tahu jika di dalam ruangan Rafka kedua wanita itu sedang bertengkar hebat. 

Belum sempat tangan Siska melayang, tangan Mia lebih dulu terayun. Suara tamparan itu terdengar menggema di ruang kerja Rafka. 

"Perih?" tanya Mia pada Siska-Istri pertama Rafka. 

Siska datang membawa amarahnya, tetapi Mia yang lebih dulu melawan. 

Tak tinggal diam Mia kembali melayangkan tamparan kedua. Tamparannya kali ini mampu membuat kaki Siska lemas. Sampai Siska tersungkur ke lantai. 

"Ups, berdarah? Wah, tamparanku ternyata sangat kencang ya!" lanjut Mia. Senyuman simpul terukir di bibir ranumnya, deretan gigi putih turut tampak. Mia bahkan sempat meniup telapak tangannya yang panas. 

Siska diam membisu dengan tatapan nanar. Dia jelas kaget karena lawannya kini berani melawan. 

"Kenapa? Kamu takut?" ejek Mia tanpa rasa takut.

Tiba-tiba Mia tertawa kencang lantas berjalan mendekati Siska yang hanya diam tidak memberikan perlawanan. 

"Hey, kamu itu istri pertama. Lawan aku!" teriak Mia sambil menjambak rambut Siska. 

Raut wajah Mia yang sempat ceria berubah drastis. Mia kini menatap tajam wajah Siska. 

Warna merah tampak di kedua pipi Siska, tangan kiri Mia lantas mengelus lembut pipi tirus itu. 

"Ada apa denganmu? Bukankah posisi ini terbalik?" tanya Mia. 

Setiap ucapan yang keluar dari mulut Mia terdengar menyeramkan di telinga Siska. Dia tidak bisa berkutik saat mengetahui bahwa Mia istir simpanan Rafka. Semua yang terjadi saat ini benar-benar diluar kendali Siska. 

"Jawab wanita ular!" bentak Mia kesal karena diabaikan. 

"Apa mau mu?" tanya Siska. Suaranya bergetar hebat. Dia ketakutan. 

"Hahaha..." Tawa Mia pecah saat mendengar suara bergetar Siska. Air matanya jatuh bersama dengan kepala Siska yang sengaja dibanting Mia.

Tanpa rasa bersalah Mia bangkit lalu kembali menatap Siska yang hanya bisa duduk lemas di lantai atas lantai pualam. 

"Hentikan sandiwaramu! Aku tahu kamu hanya akan memanfaatkan luka-luka itu!" desis Mia. 

Apalagi yang bisa Siska lakukan selain mengadu pada Rafka. Bertindak seakan dia korban. 

"Ternyata aktingmu cukup baik, tapi sayang wanita ular seperti kamutidak akan bisa bertahan di game kedua ini. Aku hebat bukan? Berhasil merusak rumah tangga kamu? Menghancurkan masa depan indah yang sudah kamu rancang dan aku berhasil merebut cinta suamimu!" ucap Mia bangga dengan tindakannya. 

Walau menjadi istri simpanan Rafka, tapi Mia senang karena dia berhasil membalaskan rasa sakit hatinya. 

"Kenapa? Kamu marah? Kecewa? Sedih? Kamu tidak menerima kenyataan ini? Kamu ingin membunuhku?" ucapan Mia semakin lama semakin menusuk. Dia kembali maju dan menjambak rambut Siska hingga wanita berusia 32 tahun itu mendongak. 

"Lepaskan aku!" teriak Siska kesakitan. 

Mia justru tersenyum manis melihat wajah kesakitan Siska. 

"Ingat rasa sakit ini! Ini belum seberapa! Aku bahkan belum memulai permainan, tapi kamu justru sudah mengemis meminta pengampunan. Bangkitlah wahai wanita ular yang tidak memiliki hati!" geram Mia. 

Mia tahu Siska hanya bersandiwara. Mia tidak akan lengah, dia tidak akan membiarkan Siska menang. Kali ini semua rasa sakitnya akan terbalaskan. 

"Dasar wanita gila!" kini Siska berani melawan dan mengatai Mia gila. 

"Hahahaha!" tawa Mia bertambah kencang. Di ruangan yang sepi, dingin dan gelap suara Mia semakin menggema dan terdengar ngilu. Ruang kerja Rafka disulap bagaikan goa di tengah hutan. Mia benar bersiap dengan segala kemungkinan yang ada. Dia bahkan senang saat mengetahui jika Siska sadar dirinya di madu. 

Rasa takut Siska bertambah besar. Bulu kuduknya berdiri. Hari ini Siska tersudutkan. 

Setelah mengehentikan tawanya, Mia menunduk menatap kedua bola mata Siska dari jarak 10 cm. Senyuman terbit kembali. 

"Ya, aku memang gila dan kamu yang membuat aku gila. Apa kamu lupa dengan kejadian 10 tahun yang lalu?" tanya Mia penuh kebencian. 

Susah payah Siska menelan salivanya. Jika Rafka sampai tahu masa lalu Siska, maka...

'Aku gak mau hidup susah,' cicit Siska dalam hati. 

"Kenapa diam? Kamu takut aku ngadu sama Rafka?" tanya Mia penuh selidik. 

Kartu as yang dipegang Mia bukan hanya itu. Dia bisa dengan mudah membuat hidup Siska hancur. 

"Tenang. Aku masih memiliki hati nurani..." kalimat Mia terhenti dia lantas melepaskan tangannya dari rambut Siska lalu mendekat dan berbisik lirih ditelinga Siska, "Permainan tidak akan menyenangkan jika kamu menderita diawal. Kamu harus menikmati permainan yang kubuat ini. Semuanya harus impas!" sambungnya. 

Dinginnya suhu udara di ruangan itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ucapan-ucapan Mia. 

"Ingat ini!" ucap Mia sambil menunjukkan sebuah video yang sengaja dia simpan di ponselnya. 

"Dengar baik-baik ucapan suamimu!" tegas Mia. Ponsel Mia tepat berada di depan mata Siska. Membuat wanita itu mudah melihatnya. 

Video itu menayangkan meriahnya acara pernikahan Mia dan Rafka. Tanpa kehadiran Siska, keduanya melangsungkan pernikahan. Rafka tampak bahagia terutama setelah ijab kabul terucapkan. 

"Sah!" teriak penghulu, staf cafe dan para saksi lainnya. 

Senyuman Mia semakin lebar, gigi putihnya sekali lagi terlihat. Buru-buru dia menjauhkan ponselnya dari wajah Siska. 

"Bukankah menyakitkan? Tapi sekali lagi ini belum seberapa? Dan ingat baik-baik!" kalimat Mia kembali terhenti. 

Tidak ada perlawanan Siska hanya mampu menelan ludahnya. 

Tangan Mia tak tinggal diam. Dia kembali menjambak rambut Siska dan mencekeram erat bahu kiri Siska. 

Ringkih kesakitan semakin terdengar. 

"Disaat suami kamu mengucapkan kalimat ijab kabul itu, berarti perang diantara kita di mulai. Dan tenang, aku bermain di depan, jadi bersiaplah menerima balasan dari perbuat kamu di masa lalu!" ancam Mia tak lupa memberikan senyum paling menawan di ujung kalimatnya. 

Bukan hal yang mudah untuk berada di posisi Mia saat ini. Dia harus melewati berbagai ujian sampai akhirnya dia berani melawan wanita ular di hadapannya. Semuanya harus terbalaskan, kematian kedua orang tuanya termasuk kehancuran keluarga kecilnya. 

"Dasar anak iblis!" teriak Siska. Susah payah dia melepaskan cengkraman tangan Mia di rambutnya. Siska bahkan sempat meludahi wajah Mia, tapi Mia justru tersenyum lebar. 

"Kamu yang membuat aku seperti sekarang. Jangan salahkan aku!" balas Mia santai lantas melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Siska lalu berjalan menjauh. 

Suara langkah kaki yang mendekat membuat Mia buru-buru menghentikan aksinya. Waktunya untuk akting. Amarah yang ada pada diri Siska sudah cukup untuk meluruskan rencananya. Kejahatan berikutnya akan menjadi nilai plus bagi Mia. 

"Pukul aku jika kamu memang berani!" ucap Mia. Posisi Mia berada di dekat pintu ruang kerja Rafka sedangkan Siska berdiri di dekat meja kerja Rafka. 

'Saatnya menunjukkan siapa yang pantas jadi istri Rafka,' ucap Mia dalam hati. 

Sebelum tangan Rafka menyentuh gagang pintu ruang kerjanya, suara benda pecah lebih dulu terdengar. 

Pyar,

Rafka berlari dengan tergesa-gesa tanpa mengetuk pintu lebih dulu tangan kanan Rafka buru-buru memutar kenop pintu. 

 Mia jatuh tepat pada saat Rafka berhasil membuka pintu ruang kerjanya. Wajahnya yang sempurna menghadap ke pintu tampak jelas di mata Rafka. Darah mengalir dari bagian belakang kepala Mia pas bunga yang dilempar Siska tepat mengenai sasaran hanya saja waktu balas dendamnya kurang tepat. 

Sebelum pas bunga itu melayang, Mia masih sempat tertawa. Tawa Mia yang kencang itu yang mendorong Siska bertindak nekad. Merasa kalah dan direndahkan Siska gelap mata lupa jika posisinya saat ini sedang di ruang kerja Rafka. 

Rafka bergegas berlari dan mendekap tubuh Mia yang bersimbah darah. Kemeja berwarna biru yang Mia kenakan sebagai warnanya berubah karena tetesan darah Mia. 

"Kamu berani menyentuh istriku?" bentak Rafka membuat jantung Siska berhenti berdetak. 

Mia yang tidak sadarkan diri tidak bisa mendengar pertengkaran Rafka dan Siska tapi dia cukup senang dengan apa yang terjadi saat ini. Rencananya berhasil namun nyawanya terancam. Lemparan pas itu ternyata mampu membuat darah di tubuhnya mengalir, akankah Mia berhasil menuntaskan dendamnya? Bisakah dia melawan malaikat maut? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status