“Sayang, kapan kamu akan menceraikan istri jelekmu itu?”
“Sebentar dong, Sayang. Kamu sudah tidak sabar menjadi istriku ya?” jawab seorang pria diiringi gelak tawanya yang keras menggema. Kayla yang baru saja masuk ke rumah, terkejut mendengar suaminya bicara seperti itu dengan seorang wanita asing. Di kamar mereka pula! Padahal wanita berumur 25 tahun itu sengaja pulang cepat dari pasar supaya bisa menyambut suaminya dari kantor, mengejutkan sang suami. Tapi sekarang malah dia yang mendapat kejutan. Perlahan, Kayla membuka pintu. Seketika suaminya, Rio Sanjaya, terkejut dan langsung bangkit dari ranjang. Diikuti oleh wanita asing yang tengah bersamanya. Namun, yang lebih mengejutkan adalah suaminya itu hanya mengenakan celana pendek, sementara si wanita dengan tidak tahu malunya hanya mengenakan lingerie seksi yang transparan. Memalukan! “Apa-apaan ini?” sentak Kayla. “Rio, kamu–” “Aduh. Jangan drama!” tukas si wanita asing. Dengan tidak tahu malunya, wanita itu menggandeng Rio yang ada di sampingnya dengan mesra. Ia menatap Kayla dari atas sampai bawah, lalu menyeringai. Seakan merasa menang dari Kayla. “Perkenalkan, aku Sonia. Pacar sekaligus calon istri baru suamimu!” Kayla mengernyit. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Padahal pria ini dulunya sangat mengejar-ngejar Kayla, hingga membuat Kayla bersedia dipersunting sebagai istri Rio meskipun setelah menikah ia justru selalu mendapatkan hinaan dari ibu mertua serta para saudara iparnya. Tapi sekarang– “Kamu selingkuh di belakangku?” desis Kayla. Matanya sudah memerah. “Tega sekali kamu, Rio.” Rio masih diam saja, sementara Sonia mendengus. “Siapa yang tidak selingkuh kalau punya istri sepertimu!” ucap Sonia dengan jijik. Kayla menoleh pada cermin di dalam ruangan. Wajahnya tampak kusam akibat seharian berjualan sayur. Belum lagi pakaiannya yang berupa kaos usang itu membuatnya makin tampak lusuh. Bau tubuhnya juga bisa dibilang tidak sedap lantaran baru saja pulang, belum sempat membersihkan diri. Jika dibandingkan dengan Sonia yang seksi dan terawat, serta memakai lingerie yang tampak mewah itu, jelas tampilan Kayla terbanting jauh. Namun, tentu saja itu tidak membenarkan tindakan Rio. “Karena itu kamu berselingkuh?” ucap Kayla lagi. Tatapannya masih terarah pada Rio. Akan tetapi, sekali lagi, Sonia yang menjawab. “Jelas! Bahkan Rio sudah siap untuk menceraikanmu!” “A-apa?!” ucap Kayla tidak percaya. Ia sontak menoleh pada Sonia, sebelum kembali menatap suaminya. “Jelaskan padaku, Rio! Apa maksud ucapannya?” Rio mengusap wajahnya kasar. “Ada apa ini ribut-ribut!?” Sebelum sempat mendapatkan jawaban dari Rio, Kayla mendengar suara ibu mertuanya dari arah belakang. Sinta Sanjaya, mama Rio datang dan langsung menatap menantunya dengan raut wajah tak suka. “Ma, wanita ini–” “Heh, Kayla! Kamu mengganggu calon menantu baruku!?” tukas Sinta yang membuat Kayla kembali terkejut. Tadinya, Kayla berpikir, Rio diam-diam berselingkuh. Namun, tampaknya ibu mertuanya juga tahu? Lalu … apa maksudnya calon menantu? “Ma, apa maksud Mama?” Kayla berucap. Suaranya terdengar lebih tegas dan tegar daripada sebelumnya. “Mama merestui perselingkuhan putra Mama? Mengizinkan perbuatan kotor itu di dalam rumah ini?” Plak! “Kurang ajar! Diam kamu!” bentak Sinta sementara Kayla langsung memegangi pipi kirinya. “Dasar wanita miskin tidak tahu diri! Kamu itu yang bau dan kotor! Bisa-bisanya mengkritik orang lain,” ucap Sinta ketus “Lagi pula, aku mengambil langkah yang benar! Dia lebih pantas menjadi menantuku daripada kamu!” Hati Kayla berdenyut nyeri. Padahal selama dua tahun ini dia sudah bersusah payah berjualan sayur di pasar, supaya tidak mengandalkan uang dari suaminya untuk memenuhi kebutuhan rumah karena ibu mertuanya selalu mengkritiknya sebagai beban yang bisanya menghabiskan uang suami saja. “Terima kasih, Tante. Aku juga setuju dengan ucapan Tante.” Sonia tersenyum penuh kemenangan karena mama Rio berbalik membelanya. Wanita itu lalu menoleh ke Rio. “Sudahlah, Sayang. Istri dekilmu juga sudah tahu. Ceraikan saja sekarang, lalu kita bisa menikah,” ucap Sonia. “Nanti aku bilang ke papa biar kamu cepat diangkat jadi presdir.” Senyum Rio tiba-tiba terbit. “Benar? Aku akan langsung diangkat?” “Iyalah! Masa menantunya cuma jadi pegawai. Kamu tenang saja, nanti biar aku yang urus.” Mendengar itu Rio tersenyum senang dan memeluknya mesra, tanpa peduli ada Kayla di sana. “Baiklah kalau begitu, Sayang,” kata Rio. “Aduh, aku beruntung sekali bertemu dengan calon istri sepertimu. Beda sekali dengan Kayla yang dekil dan bisanya cuma menghabiskan uang suami.” Kayla terperangah. “Rio, aku berjualan di pasar demi kamu. Aku bahkan tidak pernah memakai uang–” “Halah, itu yang mau kamu banggakan!?” tukas ibu mertuanya. “Pekerjaanmu itu justru yang membuat kami malu, tahu! Tidak seperti Sonia yang merupakan putri pemilik perusahaan kaya raya, asal usulmu bahkan tidak jelas!” Sinta mendorong Kayla tiba-tiba hingga wanita itu jatuh. “Kamu tidak pantas bersanding dengan putraku! Dulu juga dia mau menikahimu pasti karena guna-guna saja, kan!?” Mereka semua memberinya tatapan mengejek. “Sudah, lebih baik kamu pergi dari sini sekarang, Kayla,” ucap Rio, akhirnya bersuara. “Aku akan menceraikanmu. Mulai hari ini, kamu bukan istriku lagi.” Kayla meringis menahan sakit lalu air matanya tumpah juga. Namun, wanita itu menegarkan hatinya dan berdiri. “Oh ya. Tenang saja, Kayla. Aku akan memberikanmu uang lima juta sebagai kompensasi. Bagaimana?” ucap Rio tiba-tiba. “Rio, kenapa kamu masih mau memberinya uang sebanyak itu? Jangan buang uangmu untuk dia!” protes mama Rio langsung langsung. Wajah Kayla tampak dingin saat mengatakan, “Tidak perlu. Aku tidak butuh sepeserpun uangmu.” Rio sedikit tersentak, tapi sedetik kemudian kembali bersikap tidak peduli, sekalipun egonya tersenggol dengan penolakan Kayla. “Kamu bisa hidup tanpa uang dariku?” cemooh suaminya. Bibirnya tersenyum miring. ”Jangan sombong, Kayla.” “Tapi karena kamu terlihat yakin,” lanjut Rio. “Maka, oke. Tapi jangan bawa apa pun dari rumah ini! Untuk surat cerainya akan segera kukirimkan padamu!” Kayla tidak menjawab. Ia hanya berbalik dan berjalan pergi dengan apa yang melekat di badannya. Semua menertawakan Kayla yang berjalan pergi sambil menahan sakit di pergelangan kakinya dan berjalan tertatih meninggalkan rumah bak neraka itu. Selama ini dia bertahan meskipun selalu dihina dan diremehkan karena masih ingin membuktikan ketulusan pilihannya. ‘Lihat saja! Aku tidak akan melupakan semua penghinaan ini!’ batin wanita itu. “Nah, Rio! Mulai sekarang kamu bisa terbebas dari wanita yang kotor itu dan bisa menjadi orang kaya di Kota Green Leaf,” Sinta menepuk pundak anaknya dengan bangga. “Tentu saja, Tante! Aku dan papaku akan membantu Rio supaya bisnisnya berjalan dengan baik. Setelah festival nanti, akan ada pembukaan lahan investasi baru di kota ini!” ucap Sonia dengan penuh semangat. Kayla masih bisa mendengar semuanya. ‘Apa maksudnya? Aku harus mencari tahu soal ini!’ Dia masih punya uang beberapa ratus ribu dari hasil jualan. Lalu membayar orang asing yang ditemuinya di jalan untuk menelpon seseorang. Satu jam kemudian .… Mobil mewah berwarna hitam mengkilat berhenti di tepi trotoar, tepat di depan wanita malang itu. Dia pun langsung membuka pintu belakang dan masuk ke dalam. “Selamat malam, Nona Viper. Senang sekali akhirnya Nona kembali pada organisasi ini!”Mobil pun melaju kencang menuju jalan raya. Di dalam mobil yang berdesain mewah dan klasik, wanita tadi menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. “Apa yang sudah terjadi, Nona?” suara tegas seorang gadis dari depan membuka obrolan mereka yang tertunda. Ekor matanya menatap ke arah kursi belakang dari kaca spion. Kepalanya menggeleng pelan. “Tidak ada yang penting lagi, Nora. Pria brengsek itu berselingkuh dan nenek sihir itu malah mendukungnya. Aku dipaksa bercerai dan diusir dari rumah oleh mereka!” jelasnya lesu sambil menyandarkan punggungnya. Wajah Kayla yang kusam karena lelah bekerja seharian mendadak cemberut saat mendengar gelak tawa dari asistennya itu. “Hahaha!” Wajah Nora terlihat puas sekali. “Aku bilang juga apa ‘kan? Nona sama sekali tidak mau mendengarkanku!” Kayla pun mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kamu sudah bosan hidup, hah?!” teriaknya tidak terima. Nora menutup mulutnya dengan ekspresi seolah-olah takut. “Oh, baiklah. Maafkan aku, Nona.” “Huh!” Kay
“Baik, Nona!” Setelah itu telepon pun dimatikan. Kayla menggenggam ponselnya dengan erat. “Kalian pikir bisa tidur nyenyak setelah ini?” gumamnya yakin. Tidak segampang itu! Bukan hanya Rio saja, tapi mama mertua dan iparnya juga memperlakukannya dengan buruk selama ini. Jadi, siapapun di keluarga mereka tidak akan dibiarkan lolos begitu saja. Permainan pun sudah dimulai. Dia akan membuat kehidupan mereka semakin kacau. Sementara itu di dalam mobil …. Mia yang tidak sabar langsung mengambil ponselnya untuk mengadukan kejadian barusan pada saudaranya. “Halo, Kak! Baru saja aku melihat mantan istrimu di Apartemen Royal Garden. Apa kamu tahu soal ini?” cerocosnya tanpa basa basi. [Kening Rio pun bertaut mendengar hal yang sangat aneh baginya. “Apa maksudmu? Apa yang dilakukannya di sana?” ucapnya heran dengan pertanyaan yang sama seperti adiknya tadi.] “Aku juga tidak tahu! Tapi, dia bilang tinggal di sana. Apa Kakak percaya? Hahaha! Si kotor itu pasti sudah menjadi simpanan pri
“A-apa?!” kali ini Gio sedikit meninggikan suaranya. Leon Adinata, pemuda 29 tahun itu mengangguk mantap. “Gadis itu sangat pemberani! Dia sangat cocok bukan?” Gio mengikuti pandangan Tuan Mudanya dan memperhatikan keributan kecil yang baru saja terjadi di dekat gerbang depan. Rencana Leon diam-diam datang kemari untuk mencari kelemahan musuh mereka. “Apa Tuan yakin?” ujarnya ragu tapi sekaligus percaya, karena bosnya itu tidak pernah bercanda kalau sedang bekerja. “Iya, Gio. Dia gadis yang tepat untukku ‘kan? Apa kau lihat gerakannya tadi? Itu adalah refleks yang bagus! Aku suka dengan wanita yang pandai bela diri!” jelasnya lagi. Leon menampakkan senyum kecil di sudut bibirnya. Gio pun langsung manggut-manggut mengerti. ‘Oh, sepertinya Tuan menyukai gadis itu? Ini tidak bagus!’ batinnya gelisah. Melihat Kayla yang akan berjalan melewati mereka, pemuda itu langsung bergerak mengambil kesempatan. “Maaf, apa kamu tidak apa-apa?” Leon bertanya dengan sopan. Kening Kayla berker
Rio dan Sonia kompak menjawab saat mendengar ucapan Kayla barusan. “Hahaha!” Mereka berdua tertawa kencang membuat Kayla semakin kesal melihatnya. “Apa kamu bilang? Jangan mimpi, Kayla!” Sonia mengibaskan tangannya di depan wajah. Rio pun kembali bersikap sok dan percaya diri. “Mana mungkin orang sepertimu bisa berurusan dengan para pebisnis. Kamu itu cuma wanita miskin penjual sayur! Baru dekat dengan Pak Walikota saja kamu sudah belagu!” ungkapnya tetap tak takut. Kedua tangan Kayla mengepal dengan erat. ‘Aku harus bagaimana supaya mereka percaya? Sial!’ Laren yang tadi masih mengamati situasi, tidak tahan lagi melihat mereka semua yang berdebat di depannya. Bisa hilang wibawa dan kekuasaannya di sini. “Cukup! Kalian berdua seharusnya menaruh hormat pada kepona… eh, maksudku pada Kayla. Dia sudah banyak membantu orang!” ucapnya hampir keceplosan. “Tidak mau, Pak!” jawab dua pasangan selingkuh itu bersamaan. “Untuk apa? Apa karena dia memanggil Anda dengan sebutan paman, be
Kayla menunjuk dengan ragu, “Ka-kamu? Sedang apa di sini?” ucapnya gugup. “Tunggu dulu, apa kamu mengikutiku sampai kemari?” Kedua mata wanita itu membola, benar-benar tidak percaya kalau orang asing ini tahu tempat tinggalnya padahal mereka bertemu hanya sekilas. Kayla menelan ludahnya dengan kasar, bahaya kalau sampai orang di sini tahu statusnya sebagai anak dari penguasa kota ini. Sekarang bukan waktu yang tepat.Leon sebisa mungkin bersikap santai.“Ekhmm. Sebenarnya aku tadi tidak sengaja melihatmu masuk kemari. Apartemenku ada di seberang sana. Jadi, sekalian saja aku mampir, boleh ‘kan?” ungkapnya dengan memasang senyuman semanis mungkin.Tapi di mata Kayla, senyuman jahil lebih tepatnya.‘Sial! Bikin jantungan saja!’Kayla mencebikkan bibirnya kesal karena hampir kecolongan. Jadi, dia tidak akan basa basi lagi pada orang ini.“Ck! Apa yang kamu mau? Kalau cuma kepo tidak usah diteruskan, jika masih sayang dengan nyawamu!” ketusnya langsung.Pemuda itu cukup terkejut dengan a
Rio tidak ingin hari ini jadi berantakan dan menimbulkan masalah baru, apalagi karena hal pribadi. Dia akan membereskan hal ini karena meeting sebentar lagi akan dimulai. Dengan cepat dia meminta diri pada Donny dan rekan bisnis yang lain. Dia tidak akan membiarkan calon mertuanya melihat orang itu di sini. Kedua kakinya dengan cepat melangkah dan tangan kanannya pun menarik lengan wanita itu untuk mengikutinya menjauh dari area pintu depan. “He-hei! Lepaskan aku!” ucapnya tak terima. “Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana bisa kamu masuk? Apa kamu berniat mengacau?” Rio langsung memberikan semua pertanyaan yang berputar di kepalanya. Ya, wanita itu adalah Kayla! Dengan sekali sentak dia melepaskan cekalan mantan suaminya itu. “Memangnya kenapa? Apa ada larangan kalau aku tidak boleh kemari?” Kayla malah balik bertanya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Tentu dia tidak mau lagi hanya diam saja saat diintimidasi dan diperlakukan seenaknya oleh pria durjana di depannya in
Rio heran dengan sikap calon mertuanya. Dilihatnya benda yang ada di hadapan mantan istrinya itu.“Ada apa, Pak? Kenapa kaget begitu?” tanya Rio dengan kening berkerut.Donny tidak menghiraukan ucapan Rio barusan, lebih tepatnya tertarik dengan benda kecil yang memiliki simbol kepala ular di ujung gagangnya.Kayla benar-benar berhasil menarik perhatian semua orang kali ini. Dia tetap berusaha untuk bersikap tenang dengan senyuman manis yang mengembang sempurna di wajahnya.“Nah, aku punya sesuatu yang bisa mengukuhkan kalau proyek ini di bawah kendaliku!” ujarnya dengan ceria sambil menunjuk stempel khusus yang ada di atas meja kaca itu.Suasana pun kembali riuh saat melihat benda itu.“Itu stempel seperti milik Nona Nora! Tidak mungkin kamu juga punya!” celetuk salah satu di antara mereka. Donny semakin terkejut mendengar itu.“Ti-tidak … ini mustahil!” ucap Donny sangat tidak menyangka. “A-apa kamu pikir dengan benda itu bisa membuat kami takut, hah?” sambungnya lagi mencoba untuk t
Kayla tersenyum puas mendengar itu. Semua orang pun akhirnya paham siapa sebenarnya Kayla dan bertepuk tangan untuk memberikan selamat, kecuali Rio dan Donny. Mereka pun percaya kalau Kayla bukan penipu seperti yang dituduhkan Donny karena tidak mungkin Nora sembarangan memilih orang.“Meeting hari ini selesai. Terima kasih semuanya!” ucap Nora mengakhiri keputusannya dan bangkit berdiri dari duduknya.Setelahnya satu persatu perwakilan perusahaan menyalami Kayla untuk memberikan selamat. Kayla menerimanya dengan baik dan tersenyum ramah. Hal itu wajar karena mereka tidak tahu kalau Kayla sebelum ini menikah dan hidup miskin, yang mereka tahu sekarang kalau Kayla adalah perwakilan dari keluarga Yuditama, tetapi tidak dengan Rio yang masih tidak terima dengan semua ini.Kayla pun mengajak Nora untuk sedikit menjauh dari keramaian.“Jadi, bagaimana sekarang?” ucapnya pelan.“Nona jangan khawatir! Setelah dokumennya selesai kita akan melihat ke lokasi dan mulai mengerjakan pembangunan da
‘Kenapa mereka memiliki tato yang sama? Apa mereka berteman? Tidak! Ini pasti cuma kebetulan?’Berbagai pertanyaan dan spekulasi berputar di kepala lelaki itu. Dia menggeleng cepat untuk mengusir semua hal buruk di benaknya.Rio pun berjalan cepat, ikut duduk di sofa berseberangan dengan Nora.“Apa maksud ini semua Nona Nora? Saya tidak mengerti!” Rio memasang wajah terkejut yang dibuat-buat.Nora masih terlihat santai. “Aku tidak akan mengulangi ucapanku Pak Rio. Anda sudah mencuri stempel Nona Kayla, iya kan?” tukasnya dengan senyuman miring.“A-apa?” Rio terbelalak. Padahal lelaki itu berharap Kayla tidak akan sadar kalau stempel itu hilang.“I-itu tidak benar, Nona. Ini pasti salah paham! Saya ti-”“Bos, stempel itu tidak ada!” ucap salah satu anak buah, melaporkan hasil kerja mereka.“Benarkah? Di mana stempel itu disembunyikan? Beritahu aku!” teriak Nora dengan emosi yang meluap.Rio menelan ludahnya kasar. “A-aku tidak tahu, Nona!”Nora yang sudah kesal memberi kode pada anggot
Besoknya …,Di perusahaan papa Sonia, Rio masih manajer umum tapi sudah merasa seperti pemilik saja. Bahkan hari ini datang terlambat. Biasanya Kayla yang membangunkan dan menyiapkan semua keperluannya, sekarang dia harus melakukannya sendiri.Dengan langkah buru-buru pria itu memasuki ruangannya.“Sial!” Tidak terhitung sudah berapa kali ia mengumpat. Rio menyandarkan punggungnya ke kursi dan memejamkan mata sejenak untuk mengatur emosinya.Tiba-tiba terdengar pintu ruangannya di ketuk.“Masuk!” jawabnya langsung.Wanita muda yang bertugas sebagai resepsionis muncul dengan wajah pucat dan takut.Rio mengernyit. “Ada apa?”“Ma-maaf, Pak Rio. Ada tamu penting yang mencari Anda. Mereka semua sudah di depan!” jawabnya gugup.“Siapa? Katakan kalau aku sibuk, suruh mereka buat janji temu!” ucapnya ketus sambil mengibaskan tangan.Wanita itu semakin gugup. “Ta-tapi Pak, ini orang da-”Braakkkk!!!Pintu ruangan Rio dibuka dengan kasar membuat keduanya terkejut.Pria bertubuh kekar berpakai
Kedua mata Kayla terbelalak lebar karena perlakuan Leon yang tiba-tiba. Kecupan yang lembut itu terasa sangat berbeda baginya.Leon pun melepaskan tautan bibirnya dan menatap Kayla dengan lekat. “Maaf … aku tidak bisa menahan diri.”Kini pandangan mereka bertemu dan saling mengunci. Tangan kanan Leon terulur, jemarinya membelai pipi mulus Kayla yang selalu membuatnya gemas.“Aku tahu ini terasa cepat dan bukan bermaksud tidak sopan, tapi aku tidak rela kalau kamu kembali lagi dengan pria brengsek itu!” sambungnya lagi.Kayla terkekeh pelan. “Memangnya aku bilang kalau aku juga mau? Aku kan belum menjelaskan kalau aku menolaknya, tapi ya … sedikit mempermainkan keadaan,” jelas wanita berambut hitam itu.Leon tidak mengerti sepenuhnya, namun ia sangat lega karena Kayla tidak menerima ajakan Rio untuk kembali.“Bolehkah, aku …,” pintanya dengan sorot mata mendamba.Kayla mengangguk.Mendapatkan respon seperti itu Leon sangat bahagia dan merasa seperti ada sesuatu yang meledak lalu terbak
Kayla meletakkan gelas berisi Cappuccino panas di atas meja. Dia heran karena Rio belum juga kembali.“Rio?” panggilnya sedikit berteriak.Wanita itu bangkit dari duduknya. “Apa dia tidak tahu yang mana toiletnya?” gumamnya pelan.Lalu Kayla melihat ponsel yang tergeletak di atas meja.Sementara itu Rio sudah selesai dan hendak menutup pintu, tapi tertahan saat melihat buket mawar berukuran besar yang berada di atas nakas di samping ranjang.“Dia bilang tidak suka bunga? Jadi, apa ini? Apa itu dari pacarnya?” lirihnya dengan kening berkerut.Rio merasa Kayla menipunya dengan sengaja. Rahangnya mengeras menahan gejolak emosi, tangannya memegang kenop pintu dengan erat sampai buku-buku tangannya memutih. Padahal selama menikah, dia tidak pernah sekalipun membelikan istrinya bunga atau hadiah kejutan. Jadi, tentu tidak tahu apa Kayla suka bunga atau tidak.Aneh!Pria itu sekarang yakin kalau Kayla sudah banyak uang, jadi dia akan memanfaatkan hal itu juga.“Rio? Sedang apa kamu di sini?”
5 menit sebelumnya …Kayla terkejut mendengar telepon di ruang tamu berbunyi. Dia heran siapa yang berani mengganggunya.‘Apa mungkin ada hal penting?’Kayla dengan cepat meraih gagang telepon itu. “Halo?!”Awalnya biasa saja tapi beberapa detik kemudian raut wajahnya berubah. “Oke, aku paham. Bilang padanya kalau aku menunggu di depan kamarku!” ucapnya tegas lalu menutup panggilan telepon itu.Kayla pun beralih duduk di sofa. Dia menopang dagu dengan kedua tangannya. Kepalanya langsung berpikir keras setelah mengambil keputusan bodoh tadi.“Apa mau pria itu? Berani sekali dia kemari!” gumamnya dengan sorot mata tajam. “Oke, aku akan ikuti permainanmu!” putusnya dengan menghela napas panjang.Ya, Kayla memutuskan untuk membiarkan Rio datang ke kamar apartemennya. Dia yakin pria itu sedang merencanakan sesuatu. Lagipula dia akan menggunakan hal ini untuk membuat Sonia cemburu. Kayla pun bergegas berlari ke kamar. Dia merapikan rambut dan memoles lipstik tipis-tipis dan menyemprotkan
Rio dan Sonia terkejut mendengar itu. Rio bahkan tidak menduga sama sekali kalau Donny akan mengatakan itu. Selama ini pria itu mendukung hubungan mereka.Mungkin karena–“Kenapa, Pa? Bukannya Papa bilang menyetujui hubungan kami?” protes Sonia langsung.Rio baru saja ingin membuka mulutnya, tetapi pria itu sudah lebih dulu bicara.“Tentu saja, karena papa tidak suka dengannya! Yah, setidaknya setelah meeting waktu itu. Papa sudah malu di depan semua orang karena kalah!” ungkapnya kesal. “Siapa lagi penyebabnya? Tentu mantan istrinya dan pria tidak becus ini!” sambungnya dengan suara yang meninggi.Donny sampai menunjuk wajah Rio dengan penuh amarah. Ini bukan kali pertama bagi pria itu, kemarin setelah selesai meeting dia mengamuk pada Rio untuk meluapkan kekecewaannya.“Ma-maafkan saya, Pak. Tapi ka-”Donny langsung memotong ucapannya. “Diam! Siapa yang menyuruhmu bicara?!” teriaknya kencang.Sonia jadi bingung. Dia duduk dengan gelisah, menatap papanya dan Rio bergantian.“Papa! So
Sebelum itu …Rio baru saja masuk ke dalam rumah. Setelah mengantar Sonia, dia langsung bergegas pulang. Entah kenapa hari ini terasa begitu melelahkan. Energinya terasa terkuras semua.“Rio? Apa kamu lembur?” Suara mamanya mengagetkan pria itu. Dia pun menoleh ke arah ruang tamu yang dilewatinya. Mamanya sedang duduk manis di sofa, sudah menunggunya dari tadi.“Hmm, aku tadi pergi bersama Sonia, Ma!” jelasnya singkat.Sinta mengangguk paham lalu dengan cepat berdiri dari duduknya.“Terus, kenapa Sonia tidak kamu bawa kemari?” Mendengar pertanyaan itu kening Rio berkerut. “Yah … karena sudah malam, Ma. Biarkan dia istirahat. Nanti kapan-kapan aku bawa dia kemari,” jawabnya dengan mulut menguap.Sinta mencebikkan bibirnya karena mulai kesal. Dia harus repot menjelaskan pada putranya supaya paham.“Kenapa kamu lambat sekali bergerak, Rio? Cepatlah sedikit!” ucapnya ketus sambil menepuk lengan atas putranya.Rio sama sekali tidak mengerti maksud ucapan mamanya itu.“Maksud Mama apa sih
“A-apa? Sialan! Heh, pelayan! Apa kamu tahu aku ini siapa? Sok sekali kamu!” teriak Sonia tidak terima.Rio melihat sekeliling, beberapa tamu yang ada mulai berbisik. Dia jadi merasa tidak nyaman dan akhirnya menarik tangan gadis itu untuk pergi dari sana.“Ayo, Sayang. Kita pergi ke tempat lain saja!” Sonia berusaha berontak. “Aku tidak mau!”“Tapi sudah tidak bisa, Sayang! Apa kamu tidak malu dilihat orang di sini?!” bisiknya di telinga gadis itu.Sonia pun tersadar. Dia menghentakkan kedua kakinya di lantai dan terpaksa mengikuti Rio untuk pergi dari sana.“Akhhhh, sialan!” Sonia hanya bisa mengumpat kesal karena gagal masuk. Malah rasa malu yang mereka dapat.Di kursinya, pria itu tersenyum senang.“Akhirnya mereka pergi juga!” ucap pria itu lega.Ya, Gio yang meminta pihak restoran mengatakan peraturan itu pada Rio dan Sonia. Tentu dengan uang yang Leon punya, mudah saja bagi asistennya untuk melakukannya. Dia juga yang memberitahu Leon kalau Kayla sudah tiba dan juga melihat Ri
Kedua alis Kayla bertaut. “Ada apa sih denganmu? Dia cuma pria biasa, Nora. Jangan terlalu kaku!” ucapnya sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Nora.Wanita itu menggelengkan kepalanya cepat. “Ingat pesan, Tuan Besar! Kita harus selalu berhati-hati dalam keadaan apapun, Nona!” “Baiklah! Kalau dia macam-macam aku akan langsung menghabisinya! Hohoho!” Kayla mengatakan itu sambil tertawa yang dibuat-buat.Nora hanya bisa pasrah, tetapi tidak akan membiarkan Nona mudanya berbuat sesuka hatinya lagi. Meskipun Kayla sudah kembali pada kelompok dan keadaannya jauh lebih baik sekarang daripada saat bersama Rio.Malamnya …Sekali lagi Kayla mematut diri di depan cermin. Dengan gerakan memutar matanya mengecek apakah ada detail yang terlewat. “Heh, Kayla! Apa yang kamu lakukan? Ini kan cuma dinner biasa!” ucapnya bicara pada dirinya sendiri.Kayla merias wajahnya senatural mungkin tapi tidak sadar malah membuatnya terlihat semakin cantik. Wanita itu menggelengkan kepalanya cepat dengan