“Sayang, kapan kamu akan menceraikan istri jelekmu itu?”
“Sebentar dong, Sayang. Kamu sudah tidak sabar menjadi istriku ya?” jawab seorang pria diiringi gelak tawanya yang keras menggema. Kayla yang baru saja masuk ke rumah, terkejut mendengar suaminya bicara seperti itu dengan seorang wanita asing. Di kamar mereka pula! Padahal wanita berumur 25 tahun itu sengaja pulang cepat dari pasar supaya bisa menyambut suaminya dari kantor, mengejutkan sang suami. Tapi sekarang malah dia yang mendapat kejutan. Perlahan, Kayla membuka pintu. Seketika suaminya, Rio Sanjaya, terkejut dan langsung bangkit dari ranjang. Diikuti oleh wanita asing yang tengah bersamanya. Namun, yang lebih mengejutkan adalah suaminya itu hanya mengenakan celana pendek, sementara si wanita dengan tidak tahu malunya hanya mengenakan lingerie seksi yang transparan. Memalukan! “Apa-apaan ini?” sentak Kayla. “Rio, kamu–” “Aduh. Jangan drama!” tukas si wanita asing. Dengan tidak tahu malunya, wanita itu menggandeng Rio yang ada di sampingnya dengan mesra. Ia menatap Kayla dari atas sampai bawah, lalu menyeringai. Seakan merasa menang dari Kayla. “Perkenalkan, aku Sonia. Pacar sekaligus calon istri baru suamimu!” Kayla mengernyit. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Padahal pria ini dulunya sangat mengejar-ngejar Kayla, hingga membuat Kayla bersedia dipersunting sebagai istri Rio meskipun setelah menikah ia justru selalu mendapatkan hinaan dari ibu mertua serta para saudara iparnya. Tapi sekarang– “Kamu selingkuh di belakangku?” desis Kayla. Matanya sudah memerah. “Tega sekali kamu, Rio.” Rio masih diam saja, sementara Sonia mendengus. “Siapa yang tidak selingkuh kalau punya istri sepertimu!” ucap Sonia dengan jijik. Kayla menoleh pada cermin di dalam ruangan. Wajahnya tampak kusam akibat seharian berjualan sayur. Belum lagi pakaiannya yang berupa kaos usang itu membuatnya makin tampak lusuh. Bau tubuhnya juga bisa dibilang tidak sedap lantaran baru saja pulang, belum sempat membersihkan diri. Jika dibandingkan dengan Sonia yang seksi dan terawat, serta memakai lingerie yang tampak mewah itu, jelas tampilan Kayla terbanting jauh. Namun, tentu saja itu tidak membenarkan tindakan Rio. “Karena itu kamu berselingkuh?” ucap Kayla lagi. Tatapannya masih terarah pada Rio. Akan tetapi, sekali lagi, Sonia yang menjawab. “Jelas! Bahkan Rio sudah siap untuk menceraikanmu!” “A-apa?!” ucap Kayla tidak percaya. Ia sontak menoleh pada Sonia, sebelum kembali menatap suaminya. “Jelaskan padaku, Rio! Apa maksud ucapannya?” Rio mengusap wajahnya kasar. “Ada apa ini ribut-ribut!?” Sebelum sempat mendapatkan jawaban dari Rio, Kayla mendengar suara ibu mertuanya dari arah belakang. Sinta Sanjaya, mama Rio datang dan langsung menatap menantunya dengan raut wajah tak suka. “Ma, wanita ini–” “Heh, Kayla! Kamu mengganggu calon menantu baruku!?” tukas Sinta yang membuat Kayla kembali terkejut. Tadinya, Kayla berpikir, Rio diam-diam berselingkuh. Namun, tampaknya ibu mertuanya juga tahu? Lalu … apa maksudnya calon menantu? “Ma, apa maksud Mama?” Kayla berucap. Suaranya terdengar lebih tegas dan tegar daripada sebelumnya. “Mama merestui perselingkuhan putra Mama? Mengizinkan perbuatan kotor itu di dalam rumah ini?” Plak! “Kurang ajar! Diam kamu!” bentak Sinta sementara Kayla langsung memegangi pipi kirinya. “Dasar wanita miskin tidak tahu diri! Kamu itu yang bau dan kotor! Bisa-bisanya mengkritik orang lain,” ucap Sinta ketus “Lagi pula, aku mengambil langkah yang benar! Dia lebih pantas menjadi menantuku daripada kamu!” Hati Kayla berdenyut nyeri. Padahal selama dua tahun ini dia sudah bersusah payah berjualan sayur di pasar, supaya tidak mengandalkan uang dari suaminya untuk memenuhi kebutuhan rumah karena ibu mertuanya selalu mengkritiknya sebagai beban yang bisanya menghabiskan uang suami saja. “Terima kasih, Tante. Aku juga setuju dengan ucapan Tante.” Sonia tersenyum penuh kemenangan karena mama Rio berbalik membelanya. Wanita itu lalu menoleh ke Rio. “Sudahlah, Sayang. Istri dekilmu juga sudah tahu. Ceraikan saja sekarang, lalu kita bisa menikah,” ucap Sonia. “Nanti aku bilang ke papa biar kamu cepat diangkat jadi presdir.” Senyum Rio tiba-tiba terbit. “Benar? Aku akan langsung diangkat?” “Iyalah! Masa menantunya cuma jadi pegawai. Kamu tenang saja, nanti biar aku yang urus.” Mendengar itu Rio tersenyum senang dan memeluknya mesra, tanpa peduli ada Kayla di sana. “Baiklah kalau begitu, Sayang,” kata Rio. “Aduh, aku beruntung sekali bertemu dengan calon istri sepertimu. Beda sekali dengan Kayla yang dekil dan bisanya cuma menghabiskan uang suami.” Kayla terperangah. “Rio, aku berjualan di pasar demi kamu. Aku bahkan tidak pernah memakai uang–” “Halah, itu yang mau kamu banggakan!?” tukas ibu mertuanya. “Pekerjaanmu itu justru yang membuat kami malu, tahu! Tidak seperti Sonia yang merupakan putri pemilik perusahaan kaya raya, asal usulmu bahkan tidak jelas!” Sinta mendorong Kayla tiba-tiba hingga wanita itu jatuh. “Kamu tidak pantas bersanding dengan putraku! Dulu juga dia mau menikahimu pasti karena guna-guna saja, kan!?” Mereka semua memberinya tatapan mengejek. “Sudah, lebih baik kamu pergi dari sini sekarang, Kayla,” ucap Rio, akhirnya bersuara. “Aku akan menceraikanmu. Mulai hari ini, kamu bukan istriku lagi.” Kayla meringis menahan sakit lalu air matanya tumpah juga. Namun, wanita itu menegarkan hatinya dan berdiri. “Oh ya. Tenang saja, Kayla. Aku akan memberikanmu uang lima juta sebagai kompensasi. Bagaimana?” ucap Rio tiba-tiba. “Rio, kenapa kamu masih mau memberinya uang sebanyak itu? Jangan buang uangmu untuk dia!” protes mama Rio langsung langsung. Wajah Kayla tampak dingin saat mengatakan, “Tidak perlu. Aku tidak butuh sepeserpun uangmu.” Rio sedikit tersentak, tapi sedetik kemudian kembali bersikap tidak peduli, sekalipun egonya tersenggol dengan penolakan Kayla. “Kamu bisa hidup tanpa uang dariku?” cemooh suaminya. Bibirnya tersenyum miring. ”Jangan sombong, Kayla.” “Tapi karena kamu terlihat yakin,” lanjut Rio. “Maka, oke. Tapi jangan bawa apa pun dari rumah ini! Untuk surat cerainya akan segera kukirimkan padamu!” Kayla tidak menjawab. Ia hanya berbalik dan berjalan pergi dengan apa yang melekat di badannya. Semua menertawakan Kayla yang berjalan pergi sambil menahan sakit di pergelangan kakinya dan berjalan tertatih meninggalkan rumah bak neraka itu. Selama ini dia bertahan meskipun selalu dihina dan diremehkan karena masih ingin membuktikan ketulusan pilihannya. ‘Lihat saja! Aku tidak akan melupakan semua penghinaan ini!’ batin wanita itu. “Nah, Rio! Mulai sekarang kamu bisa terbebas dari wanita yang kotor itu dan bisa menjadi orang kaya di Kota Green Leaf,” Sinta menepuk pundak anaknya dengan bangga. “Tentu saja, Tante! Aku dan papaku akan membantu Rio supaya bisnisnya berjalan dengan baik. Setelah festival nanti, akan ada pembukaan lahan investasi baru di kota ini!” ucap Sonia dengan penuh semangat. Kayla masih bisa mendengar semuanya. ‘Apa maksudnya? Aku harus mencari tahu soal ini!’ Dia masih punya uang beberapa ratus ribu dari hasil jualan. Lalu membayar orang asing yang ditemuinya di jalan untuk menelpon seseorang. Satu jam kemudian .… Mobil mewah berwarna hitam mengkilat berhenti di tepi trotoar, tepat di depan wanita malang itu. Dia pun langsung membuka pintu belakang dan masuk ke dalam. “Selamat malam, Nona Viper. Senang sekali akhirnya Nona kembali pada organisasi ini!”Mobil pun melaju kencang menuju jalan raya. Di dalam mobil yang berdesain mewah dan klasik, wanita tadi menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. “Apa yang sudah terjadi, Nona?” suara tegas seorang gadis dari depan membuka obrolan mereka yang tertunda. Ekor matanya menatap ke arah kursi belakang dari kaca spion. Kepalanya menggeleng pelan. “Tidak ada yang penting lagi, Nora. Pria brengsek itu berselingkuh dan nenek sihir itu malah mendukungnya. Aku dipaksa bercerai dan diusir dari rumah oleh mereka!” jelasnya lesu sambil menyandarkan punggungnya. Wajah Kayla yang kusam karena lelah bekerja seharian mendadak cemberut saat mendengar gelak tawa dari asistennya itu. “Hahaha!” Wajah Nora terlihat puas sekali. “Aku bilang juga apa ‘kan? Nona sama sekali tidak mau mendengarkanku!” Kayla pun mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kamu sudah bosan hidup, hah?!” teriaknya tidak terima. Nora menutup mulutnya dengan ekspresi seolah-olah takut. “Oh, baiklah. Maafkan aku, Nona.” “Huh!” Kay
“Baik, Nona!” Setelah itu telepon pun dimatikan. Kayla menggenggam ponselnya dengan erat. “Kalian pikir bisa tidur nyenyak setelah ini?” gumamnya yakin. Tidak segampang itu! Bukan hanya Rio saja, tapi mama mertua dan iparnya juga memperlakukannya dengan buruk selama ini. Jadi, siapapun di keluarga mereka tidak akan dibiarkan lolos begitu saja. Permainan pun sudah dimulai. Dia akan membuat kehidupan mereka semakin kacau. Sementara itu di dalam mobil …. Mia yang tidak sabar langsung mengambil ponselnya untuk mengadukan kejadian barusan pada saudaranya. “Halo, Kak! Baru saja aku melihat mantan istrimu di Apartemen Royal Garden. Apa kamu tahu soal ini?” cerocosnya tanpa basa basi. [Kening Rio pun bertaut mendengar hal yang sangat aneh baginya. “Apa maksudmu? Apa yang dilakukannya di sana?” ucapnya heran dengan pertanyaan yang sama seperti adiknya tadi.] “Aku juga tidak tahu! Tapi, dia bilang tinggal di sana. Apa Kakak percaya? Hahaha! Si kotor itu pasti sudah menjadi simpanan pri
“A-apa?!” kali ini Gio sedikit meninggikan suaranya. Leon Adinata, pemuda 29 tahun itu mengangguk mantap. “Gadis itu sangat pemberani! Dia sangat cocok bukan?” Gio mengikuti pandangan Tuan Mudanya dan memperhatikan keributan kecil yang baru saja terjadi di dekat gerbang depan. Rencana Leon diam-diam datang kemari untuk mencari kelemahan musuh mereka. “Apa Tuan yakin?” ujarnya ragu tapi sekaligus percaya, karena bosnya itu tidak pernah bercanda kalau sedang bekerja. “Iya, Gio. Dia gadis yang tepat untukku ‘kan? Apa kau lihat gerakannya tadi? Itu adalah refleks yang bagus! Aku suka dengan wanita yang pandai bela diri!” jelasnya lagi. Leon menampakkan senyum kecil di sudut bibirnya. Gio pun langsung manggut-manggut mengerti. ‘Oh, sepertinya Tuan menyukai gadis itu? Ini tidak bagus!’ batinnya gelisah. Melihat Kayla yang akan berjalan melewati mereka, pemuda itu langsung bergerak mengambil kesempatan. “Maaf, apa kamu tidak apa-apa?” Leon bertanya dengan sopan. Kening Kayla berker
Rio dan Sonia kompak menjawab saat mendengar ucapan Kayla barusan. “Hahaha!” Mereka berdua tertawa kencang membuat Kayla semakin kesal melihatnya. “Apa kamu bilang? Jangan mimpi, Kayla!” Sonia mengibaskan tangannya di depan wajah. Rio pun kembali bersikap sok dan percaya diri. “Mana mungkin orang sepertimu bisa berurusan dengan para pebisnis. Kamu itu cuma wanita miskin penjual sayur! Baru dekat dengan Pak Walikota saja kamu sudah belagu!” ungkapnya tetap tak takut. Kedua tangan Kayla mengepal dengan erat. ‘Aku harus bagaimana supaya mereka percaya? Sial!’ Laren yang tadi masih mengamati situasi, tidak tahan lagi melihat mereka semua yang berdebat di depannya. Bisa hilang wibawa dan kekuasaannya di sini. “Cukup! Kalian berdua seharusnya menaruh hormat pada kepona… eh, maksudku pada Kayla. Dia sudah banyak membantu orang!” ucapnya hampir keceplosan. “Tidak mau, Pak!” jawab dua pasangan selingkuh itu bersamaan. “Untuk apa? Apa karena dia memanggil Anda dengan sebutan paman, be
Kayla menunjuk dengan ragu, “Ka-kamu? Sedang apa di sini?” ucapnya gugup. “Tunggu dulu, apa kamu mengikutiku sampai kemari?” Kedua mata wanita itu membola, benar-benar tidak percaya kalau orang asing ini tahu tempat tinggalnya padahal mereka bertemu hanya sekilas. Kayla menelan ludahnya dengan kasar, bahaya kalau sampai orang di sini tahu statusnya sebagai anak dari penguasa kota ini. Sekarang bukan waktu yang tepat.Leon sebisa mungkin bersikap santai.“Ekhmm. Sebenarnya aku tadi tidak sengaja melihatmu masuk kemari. Apartemenku ada di seberang sana. Jadi, sekalian saja aku mampir, boleh ‘kan?” ungkapnya dengan memasang senyuman semanis mungkin.Tapi di mata Kayla, senyuman jahil lebih tepatnya.‘Sial! Bikin jantungan saja!’Kayla mencebikkan bibirnya kesal karena hampir kecolongan. Jadi, dia tidak akan basa basi lagi pada orang ini.“Ck! Apa yang kamu mau? Kalau cuma kepo tidak usah diteruskan, jika masih sayang dengan nyawamu!” ketusnya langsung.Pemuda itu cukup terkejut dengan a
Rio tidak ingin hari ini jadi berantakan dan menimbulkan masalah baru, apalagi karena hal pribadi. Dia akan membereskan hal ini karena meeting sebentar lagi akan dimulai. Dengan cepat dia meminta diri pada Donny dan rekan bisnis yang lain. Dia tidak akan membiarkan calon mertuanya melihat orang itu di sini. Kedua kakinya dengan cepat melangkah dan tangan kanannya pun menarik lengan wanita itu untuk mengikutinya menjauh dari area pintu depan. “He-hei! Lepaskan aku!” ucapnya tak terima. “Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana bisa kamu masuk? Apa kamu berniat mengacau?” Rio langsung memberikan semua pertanyaan yang berputar di kepalanya. Ya, wanita itu adalah Kayla! Dengan sekali sentak dia melepaskan cekalan mantan suaminya itu. “Memangnya kenapa? Apa ada larangan kalau aku tidak boleh kemari?” Kayla malah balik bertanya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Tentu dia tidak mau lagi hanya diam saja saat diintimidasi dan diperlakukan seenaknya oleh pria durjana di depannya in
Rio heran dengan sikap calon mertuanya. Dilihatnya benda yang ada di hadapan mantan istrinya itu.“Ada apa, Pak? Kenapa kaget begitu?” tanya Rio dengan kening berkerut.Donny tidak menghiraukan ucapan Rio barusan, lebih tepatnya tertarik dengan benda kecil yang memiliki simbol kepala ular di ujung gagangnya.Kayla benar-benar berhasil menarik perhatian semua orang kali ini. Dia tetap berusaha untuk bersikap tenang dengan senyuman manis yang mengembang sempurna di wajahnya.“Nah, aku punya sesuatu yang bisa mengukuhkan kalau proyek ini di bawah kendaliku!” ujarnya dengan ceria sambil menunjuk stempel khusus yang ada di atas meja kaca itu.Suasana pun kembali riuh saat melihat benda itu.“Itu stempel seperti milik Nona Nora! Tidak mungkin kamu juga punya!” celetuk salah satu di antara mereka. Donny semakin terkejut mendengar itu.“Ti-tidak … ini mustahil!” ucap Donny sangat tidak menyangka. “A-apa kamu pikir dengan benda itu bisa membuat kami takut, hah?” sambungnya lagi mencoba untuk t
Kayla tersenyum puas mendengar itu. Semua orang pun akhirnya paham siapa sebenarnya Kayla dan bertepuk tangan untuk memberikan selamat, kecuali Rio dan Donny. Mereka pun percaya kalau Kayla bukan penipu seperti yang dituduhkan Donny karena tidak mungkin Nora sembarangan memilih orang.“Meeting hari ini selesai. Terima kasih semuanya!” ucap Nora mengakhiri keputusannya dan bangkit berdiri dari duduknya.Setelahnya satu persatu perwakilan perusahaan menyalami Kayla untuk memberikan selamat. Kayla menerimanya dengan baik dan tersenyum ramah. Hal itu wajar karena mereka tidak tahu kalau Kayla sebelum ini menikah dan hidup miskin, yang mereka tahu sekarang kalau Kayla adalah perwakilan dari keluarga Yuditama, tetapi tidak dengan Rio yang masih tidak terima dengan semua ini.Kayla pun mengajak Nora untuk sedikit menjauh dari keramaian.“Jadi, bagaimana sekarang?” ucapnya pelan.“Nona jangan khawatir! Setelah dokumennya selesai kita akan melihat ke lokasi dan mulai mengerjakan pembangunan da
Surya pun diam tidak ingin meladeni putranya lagi. Dengan cepat dia berbalik pergi dan masuk kembali ke mobil.“Argghhhh! Sialan!” Leon berteriak lagi untuk melepaskan kekesalannya.Namun papanya tidak dapat mendengar lagi karena mobilnya sudah menjauh.“Ayo kita masuk, Tuan. Kita akan pikirkan jalan keluarnya nanti,” ajak Gio sambil menepuk pundak lelaki itu.Napas Leon masih naik turun lalu mengangguk lemah. Dia pun berjalan gontai mengikuti asistennya itu untuk kembali ke dalam villa. Entah apa yang harus mereka lakukan sekarang?Sementara itu di mobil, Surya sedang menatap keluar melalui jendela kaca. Karena ucapan putranya tadi, pikirannya kembali mengingat masa lalu saat masih begitu muda dan ambisius.Dulu, dia memang tangan kanan Kevin dan salah satu sahabat baiknya selain Damar. Namun karena perbedaan pendapat dan tujuan yang selalu bergejolak di antara mereka akhirnya mengambil keputusan yang membuat kelompok itu terpecah. Leon dan istrinya segera dikirim ke Kota Sahara. Se
Setelah sampai di villa milik Leon. Mereka semua langsung diobati oleh dokter yang dipanggil Gio. Awalnya Kayla menolak dan langsung ke bandara, tapi melihat kondisi Nora itu tidak mungkin.“Tenanglah, tempat ini aman. Mereka semua setia padaku!” jelas Leon saat melihat kekhawatiran di wajah kekasihnya.“Keluar!”Hanya itu yang terucap di bibir Kayla. Kedua lelaki itu menurut dan pergi dari kamar.Setelah itu Kayla langsung membereskan barang-barang mereka dan memesan tiket pesawat untuk kembali ke Kota Green Leaf. Ia pun terduduk di pinggir ranjang menutupi wajahnya dengan kedua tangan lalu menangis dengan keras.“Nona?”Suara Nora membuat Kayla tersadar dari lamunannya. “Ah, sudah bangun? Apa merasa lebih baik?” tanya Kayla sambil duduk di pinggir ranjang.Nora mengangguk lemah. “Maaf, Nona. Aku gagal melindungimu. Aku…,” lirihnya tak sanggup lagi.“Sudahlah, Nora. Ini di luar kendali kita. Ayo, bersiap! Kita pulang sekarang. Aku sudah memesan tiket.”Nora menghela napas berat. Pas
Gio berbalik dengan perlahan sambil mengangkat kedua tangannya. Ia langsung terkejut melihat pria yang sedang menatapnya dengan tajam dan tersenyum sinis.“Hendra? Apa ini semua ulahmu?!” tanya Gio langsung dengan ketus.“Tidak usah kaku begitu, Gio. Bukankah mereka musuh kita? Jadi, untuk apa kau buru-buru ke sini?”Gio mengeraskan rahangnya menahan semua gejolak emosi yang mulai tersulut.“Kau seharusnya lebih bisa berpikir jernih, Hendra! Tidak semua perintah Tuan harus kau turuti! Wanita itu tidak bersalah!” Benar, pria itu adalah asisten pribadi Surya. Dia sudah menunggu di sana karena tahu kalau Gio pasti akan datang untuk menyelamatkan Nora.Hendra mendengus mendengar itu. “Lalu bagaimana denganmu? Kau juga setia dengan Tuan Muda ‘kan? Begitu juga denganku!” sanggahnya tak mau kalah.Gio mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Berpikir cepat untuk segera lari dari sini lalu menyelamatkan Nora.“Aku tidak ada waktu untuk bertikam lidah denganmu! Jangan halangi aku!” teriaknya
Seluruh tubuh Nora meremang mendengar itu. Rupanya mereka semua sudah merencanakan ini dari awal. Seharusnya dia sudah sadar bahwa tidak mungkin orang seperti Surya tiba-tiba saja bersikap baik dan mau menerima Kayla jadi menantunya. Apalagi dengan kedatangannya kemari membuat pria itu semakin tidak senang.Surya pun melepaskan cengkramannya dengan kasar.“Kau tidak berubah, ya? Tetap saja licik dan pengkhianat paling busuk!” ucap Nora lagi dengan tatapan mengejek.Mendengar itu emosi Surya jadi tersulut.“Diam!” teriaknya murka. “Kau akan tahu apa akibat bermain denganku, Nora! Anak Damar sebentar lagi akan tinggal nama. Aku sangat benci dengan ayahmu yang sok pintar itu!” sambungnya lagi.Surya pun langsung memberi kode pada anak buahnya. Dua orang pria maju dan salah satunya langsung melayangkan tamparan keras pada pipinya.Plaakkkk!!!Nora langsung menoleh ke kanan dengan sudut bibirnya berdarah.Ctassss ctassssLalu kedua betisnya dicambuk bergantian membuat rasa pedih dan sakit
Gio berlari dengan cepat sambil bersenandung kecil dan tersenyum manis. Ia langsung menuju ke arah tepi balkon tempat Nora menunggunya.Namun tidak ada siapa-siapa di sana.“Nona?” panggilnya dengan kening yang berkerut heran.Gio celingak-celinguk mencari, tapi tidak ada orang lain di sana. Pria itu mulai panik saat melihat sebelah sepatu wanita yang tergeletak di lantai.“Nora!” teriaknya kencang dengan putus asa.Sementara itu di ruang keluarga, Surya dan asistennya sudah pergi meninggalkan perjamuan. Sekarang Leon dan Kayla sedang mengobrol santai sambil sesekali bercanda dan tertawa lepas. Lelaki itu terus menggodanya meskipun ada banyak anak buah yang sedang berjaga di dekat mereka.“Hentikan, Sayang! Kamu tidak malu dilihat oleh anggotamu?” ucapnya sambil menepuk pelan tangan pria itu yang melingkari perutnya sedang memeluknya erat dari belakang.“Hei! Biarkan saja, Honey. Anggap saja mereka sedang menonton pertunjukan romantis,” jawabnya cuek. Dagunya bersandar di pundak Kayla
Napas Surya terasa tercekat di tenggorokan saat memperhatikan wajah Nora.“Selamat siang, Tuan. Saya Nora, anak dari Damar Salim!” sapa wanita itu lebih dulu dengan berani.Pria paruh baya itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.“Wah, benarkah? Pantas saja wajahmu begitu familiar bagiku, Nak. Kamu cantik dan pasti pintar seperti ayahmu!” akunya jujur.“Tentu saja, Tuan. Saya juga senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan ‘Black Mamba’ yang hebat!” ucap Nora dengan senyuman manis yang misterius.Mendengar itu baik Surya, Leon dan juga Gio sama-sama tersentak. Terutama Leon yang bingung dengan julukan ular yang diucapkan Nora pada papanya.“Black Mamba? Maksudmu itu julukan papaku?” tanya Leon dengan wajah polosnya.Nora mengangguk cepat. “Tentu saja, Tuan Muda!”Kayla memberikan senyuman penuh arti karena Nora begitu berani mengatakannya. Ia pikir wanita itu akan mencak-mencak ketika bertemu Surya, tapi ternyata bisa menekan emosinya dengan baik.Surya pun jadi
Gio pun membenahi dress Nora kembali seperti semula dan mengancingkan lagi. Pria itu juga membetulkan posisinya dengan mengangkat tubuh wanita itu ke sampingnya.Sementara itu Nora diam saja tanpa protes dengan semua yang pria itu lakukan. Lebih tepatnya bingung dengan perasaannya sendiri.‘Dia benar-benar tidak mau tidur denganku? Manis sekali!’ Batinnya memuji.Nora pun berdehem sebentar. “Wah, aku tidak percaya kamu bisa menahan godaan. Hebat sekali!”Gio pun mengangguk singkat lalu menarik selimut dan memakaikan ke tubuh Nora dan meskipun sedikit ragu ia mengecup keningnya.“Istirahatlah!” ucapnya tersenyum lebar.Gio pun beralih mengambil kemejanya yang tergeletak di lantai dan memakainya lagi.Nora memperhatikan semuanya lalu membuka selimut dan beranjak untuk memeluk tubuh Gio dari belakang. Menyandarkan kepalanya di punggung lebar pria itu.“Terima kasih! Kamu begitu peduli padaku,” ujarnya tulus.Gio memegang tangan Nora dan mengelusnya pelan.“Maaf, aku kelepasan. Tidak muda
Gio semakin membuat Nora kewalahan mengimbangi ciuman darinya. Karena wanita itu belum pernah seintens ini melakukannya apalagi saat sedang sadar begini. Lain hal waktu itu sedang mabuk jadi tidak bisa merasakan nikmatnya bibir pria itu saat mencumbunya. Gerakan mereka mulai tidak terkendali karena tangan Gio menekan tengkuk Nora untuk memperdalam ciuman mereka. Sekarang Nora melepaskan diri lebih dulu untuk mengatur napas karena oksigen terasa habis. Sedangkan pria itu tampak biasa saja. Pandangan Gio mulai menggelap karena menganggap Nora adalah wanita yang juga menginginkannya. “Nona, malam itu saat kamu mabuk. Kamu memintaku untuk jadi pacarmu. Apa itu masih berlaku?” Nora tersenyum miring sambil tangannya membuat gerakan abstrak di dada Gio. “Itu tergantung … seberapa hebat permainanmu!” jawabnya dengan kerlingan nakal. Kedua tangannya langsung mendorong tubuh Gio ke ranjang. Pria itu terduduk dengan menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan tertawa pelan. Gio pun tersenyu
Nora pun berbalik lagi ke arah sofa dan terduduk di sana dengan perasaan kesal. Entah kenapa ia merasa malu kalau harus mengajak Gio bicara duluan, padahal tidak ada yang salah dalam hal itu. Hanya saja gengsinya terlalu tinggi. Lalu kedua matanya tak sengaja menangkap paper bag yang sudah dibawanya jauh dari kota mereka. “Ah, aku lupa kembalikan jaketnya!” desahnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan. Sebelum itu, sebuah mobil hitam yang mengikuti mobil Gio berhenti di tepi jalan tak jauh dari villa. Pria yang memakai kumis dan jenggot palsu itu memukul kemudi dengan keras. “Sial!” Selesai mengumpat, dia mengirimkan pesan pada seseorang. (Mereka aman dan sudah bertemu dengan pria itu. Aku tidak bisa mendekat sementara ini. Nanti aku beri kabar lagi, Bos.) *** Setelah mereka makan malam bersama, Leon dan Kayla kembali ke atas. Entah kenapa lelaki itu protes saat mendengar Kayla minta kamar terpisah. Dia bilang kali ini mereka akan tidur di atas ranjang yang sama. Bahkan s