Rio dan Sonia kompak menjawab saat mendengar ucapan Kayla barusan.
“Hahaha!” Mereka berdua tertawa kencang membuat Kayla semakin kesal melihatnya. “Apa kamu bilang? Jangan mimpi, Kayla!” Sonia mengibaskan tangannya di depan wajah. Rio pun kembali bersikap sok dan percaya diri. “Mana mungkin orang sepertimu bisa berurusan dengan para pebisnis. Kamu itu cuma wanita miskin penjual sayur! Baru dekat dengan Pak Walikota saja kamu sudah belagu!” ungkapnya tetap tak takut. Kedua tangan Kayla mengepal dengan erat. ‘Aku harus bagaimana supaya mereka percaya? Sial!’ Laren yang tadi masih mengamati situasi, tidak tahan lagi melihat mereka semua yang berdebat di depannya. Bisa hilang wibawa dan kekuasaannya di sini. “Cukup! Kalian berdua seharusnya menaruh hormat pada kepona… eh, maksudku pada Kayla. Dia sudah banyak membantu orang!” ucapnya hampir keceplosan. “Tidak mau, Pak!” jawab dua pasangan selingkuh itu bersamaan. “Untuk apa? Apa karena dia memanggil Anda dengan sebutan paman, begitu? Dia saja lebih pantas jadi pembantu di rumahku!” cibir Sonia dengan gaya angkuhnya. “Kalian saja berselingkuh tapi tidak tahu diri!” Kayla pun melirik ke arah Nora sekilas dan tersenyum manis pada Laren yang hanya bisa menarik napas panjang. Dia tahu keponakannya itu memang menyembunyikan identitas aslinya dari semua orang. Ya, dia sebenarnya memang benar paman Kayla. Kakak laki-laki dari mamanya, Laura Yuditama. Hanya orang tertentu saja yang tahu hal ini, karena keluarga mereka sangat tertutup dan banyak rahasia. Laren sebenarnya bertugas sebagai tameng luar yang memuluskan bisnis papa Kayla. Dia adalah orang yang baik tapi ada maunya dan harus ada timbal balik dulu saat dibutuhkan. Tentu dia takut pada iparnya. Itulah kenapa Laren tidak bisa menolak saat Kayla mendekatinya tadi. Kepala Kayla pun berpikir cepat untuk mengatasi hal ini. Dia yakin mereka pasti meremehkannya karena tidak ada bukti yang kuat, apalagi dengan statusnya sebagai wanita biasa yang masih diyakini Rio. “Paman, cabut saja perusahaan mereka dari sponsor. Bisa ‘kan?” ucapnya cepat. “A-apa?!” Semua kompak menjawab kecuali Nora yang malah senyum-senyum sendiri. “Ke-kenapa begitu, Kayla?” tanya Laren tidak mengerti. “Heh, Kayla! Jangan mentang-mentang dekat dengan Pak Walikota kamu bisa seenaknya!” teriak Sonia tidak terima. Rio pun mengangguk setuju. “Jangan sok berkuasa di sini, Kayla. Kamu itu bukan siapa-siapa!” Laren melirik Nora sekilas lalu berucap pelan pada keponakannya. “Aku tidak bisa melakukan hal itu tiba-tiba, Kayla. Kamu kan tahu kalau se-” “Sonia? Apa yang kalian berdua lakukan di sini?” suara pria paruh baya datang dari belakang. Wajah gadis itu berbinar. “Papa! Akhirnya Papa datang juga!” Pria itu menatap sekeliling dengan bingung dan cukup terkejut saat melihat Nora juga ada di sana. “A-apa yang terjadi, Sonia? Kenapa Nona Nora juga ada di sini?” ucapnya gugup. Donny Baskara, pria penjilat itu langsung merapikan jasnya dan menyalami Laren. “Ah, Pak Walikota. Maaf, saya tadi melihat semua berkumpul. Ini Sonia, putri saya!” ucapnya percaya diri. Sebagai petinggi tentu dia kenal dengan pria pengusaha kontraktor pembangunan ini. Laren pun menjawab dengan ketus, “Urus putrimu, Donny. Ajari dia sopan santun!” Papa Sonia hanya bisa mengangguk pasrah mendengar itu. Laren pun memutuskan untuk pergi dari sana dan menyerahkan hal ini pada Nora. Tidak bagus untuknya berlama-lama di sana, orang yang melihat bisa salah paham dan nama baiknya harus dijaga. “Papa, usir wanita miskin ini dari sini! Dia sudah membuatku malu di depan Pak Walikota!” adu gadis itu dengan merengek manja sambil menunjuk Kayla. “Kalian tidak berhak mengusirku! Pikirkan saja nasib kalian sendiri!” Kayla sampai sedikit berteriak karena tidak terima lagi-lagi dihina. Donny geram mendengar itu. “Siapa kamu? Beraninya membentak putriku. Mau cari mati, hah?!” suaranya balas meninggi. “Hah, mati? Bukannya pria tua bangka sepertimu ini memang lebih pantas mati lebih dulu!” jawab Kayla enteng. “Benar ‘kan, Nora?” Nora hanya tertawa mendengar itu. “A-apa? Kurang ajar!” Donny sampai terbata. Rahang pria itu terlihat mengeras. Mereka semua semakin kesal dengan tingkah Kayla yang tidak takut sedikitpun. Rio bahkan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, sikap mantan istrinya itu sudah berubah tidak seperti saat di rumahnya yang bicara begitu lembut dan penurut. Jauh berbeda dengan yang sekarang. “Sudahlah, Sonia. Keluarga terhormat seperti kita tidak pantas bicara dengannya. Dia cuma wanita rendah yang meminta perlindungan saja dengan Nona Nora supaya aman!” Donny memberi Kayla tatapan meremehkan. Melihat itu Nora tidak akan tinggal diam. “Tutup mulutmu, Pak Donny. Ingat, kau sedang berurusan dengan siapa! Aku bisa adukan hal ini pada pimpinan!” tegasnya langsung. Kayla dengan cepat menyenggol lengannya dan menggelengkan kepala supaya Nora jangan sampai keceplosan. Mendengar itu wajah Donny langsung pucat pasi. Tentu dia tahu siapa Nora, meskipun tidak kenal dengan pimpinannya, tapi tahu soal kelompok penguasa kota ini. “Maaf, Nona Nora. Saya tidak bermaksud un-” “Cukup! Ini peringatan dariku. Kali ini aku biarkan kalian. Ayo, Nona!” potong Nora cepat dan mengajak Kayla untuk segera pergi dari sana. “Kalian akan menyesal atas semua yang terjadi. Camkan itu!” ucap Kayla mengingatkan lagi setelahnya bergegas menyusul Nora. Sonia mencebikkan bibirnya. “Dengar, Kayla. Karena ada Nona Nora saja kamu belagu! Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Ingat itu!” teriaknya geram. Gadis itu beralih menatap papanya. “Papa! Kenapa diam saja? Beri wanita itu pelajaran!” Sonia masih tidak terima. Donny menggeleng cepat. “Biarkan saja, Nak!” Pria itu memegang kedua pundak putrinya dengan erat. “Sonia, dengarkan papa. Nona Nora adalah orang penting untuk proyek baru perusahaan. Dia yang mengurus semua pembangunan, jadi kita jangan sampai ada masalah dengannya! Kamu paham ‘kan?” Sonia mengangguk lesu. Dia sudah tahu hal itu tapi tetap saja kesal. Rio dari tadi hanya bisa bungkam, karena tahu ini terjadi sebab Kayla adalah mantan istrinya dan membuat semua tambah kacau. Dia jadi malu pada calon mertuanya itu yang sedang menatapnya sinis. Mereka mendapatkan ultimatum seperti itu akibat ulahnya juga. Setelah kejadian tadi, Kayla memutuskan untuk pulang ke apartemen. Acara festival masih berlangsung, tapi karena rencananya tadi berantakan, dia sudah tidak mood berlama-lama di sana. Kedatangan papa Sonia tidak disangka olehnya. “Apa Nona yakin? Kita bahkan belum melakukan apapun pada mereka,” ujar Nora tampak kecewa. Padahal dia sudah bersemangat untuk melihat huru hara. Kayla mendesah pelan. “Aku capek, Nora. Mereka semua benar-benar menguras emosiku. Nanti saja saat rapat, acara festival itu tidak akan berarti apa-apa untuk mereka. Karena cuma sponsor kamu saja yang habisi mereka!” suaranya terdengar lesu. Kayla terlambat untuk meminta pamannya menolak perusahaan papa Sonia. Dia sudah salah perhitungan. Nora mengangkat kedua pundaknya dengan santai. “Baiklah, bagaimana kalau aku cabut hak istimewa perusahaan Donny di area VIP?” “Terserahmu sajalah!” Kayla mengibaskan tangannya pasrah. “Oke, Nona. Aku pergi dulu!” Kayla mengangguk sebagai jawaban dan Nora pun bergegas ke luar dari apartemen untuk kembali ke festival. Sambil menunggu pintu lift terbuka, Kayla memainkan ponsel dengan kepala tertunduk. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba suara yang tak asing mengusiknya. “Oh, jadi kamu tinggal di sini?” Seketika itu juga Kayla langsung berbalik dengan kedua mata yang membola. “Halo, Cantik. Aku sudah tahu rahasiamu!”Kayla menunjuk dengan ragu, “Ka-kamu? Sedang apa di sini?” ucapnya gugup. “Tunggu dulu, apa kamu mengikutiku sampai kemari?” Kedua mata wanita itu membola, benar-benar tidak percaya kalau orang asing ini tahu tempat tinggalnya padahal mereka bertemu hanya sekilas. Kayla menelan ludahnya dengan kasar, bahaya kalau sampai orang di sini tahu statusnya sebagai anak dari penguasa kota ini. Sekarang bukan waktu yang tepat.Leon sebisa mungkin bersikap santai.“Ekhmm. Sebenarnya aku tadi tidak sengaja melihatmu masuk kemari. Apartemenku ada di seberang sana. Jadi, sekalian saja aku mampir, boleh ‘kan?” ungkapnya dengan memasang senyuman semanis mungkin.Tapi di mata Kayla, senyuman jahil lebih tepatnya.‘Sial! Bikin jantungan saja!’Kayla mencebikkan bibirnya kesal karena hampir kecolongan. Jadi, dia tidak akan basa basi lagi pada orang ini.“Ck! Apa yang kamu mau? Kalau cuma kepo tidak usah diteruskan, jika masih sayang dengan nyawamu!” ketusnya langsung.Pemuda itu cukup terkejut dengan a
Rio tidak ingin hari ini jadi berantakan dan menimbulkan masalah baru, apalagi karena hal pribadi. Dia akan membereskan hal ini karena meeting sebentar lagi akan dimulai. Dengan cepat dia meminta diri pada Donny dan rekan bisnis yang lain. Dia tidak akan membiarkan calon mertuanya melihat orang itu di sini. Kedua kakinya dengan cepat melangkah dan tangan kanannya pun menarik lengan wanita itu untuk mengikutinya menjauh dari area pintu depan. “He-hei! Lepaskan aku!” ucapnya tak terima. “Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana bisa kamu masuk? Apa kamu berniat mengacau?” Rio langsung memberikan semua pertanyaan yang berputar di kepalanya. Ya, wanita itu adalah Kayla! Dengan sekali sentak dia melepaskan cekalan mantan suaminya itu. “Memangnya kenapa? Apa ada larangan kalau aku tidak boleh kemari?” Kayla malah balik bertanya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Tentu dia tidak mau lagi hanya diam saja saat diintimidasi dan diperlakukan seenaknya oleh pria durjana di depannya in
Rio heran dengan sikap calon mertuanya. Dilihatnya benda yang ada di hadapan mantan istrinya itu.“Ada apa, Pak? Kenapa kaget begitu?” tanya Rio dengan kening berkerut.Donny tidak menghiraukan ucapan Rio barusan, lebih tepatnya tertarik dengan benda kecil yang memiliki simbol kepala ular di ujung gagangnya.Kayla benar-benar berhasil menarik perhatian semua orang kali ini. Dia tetap berusaha untuk bersikap tenang dengan senyuman manis yang mengembang sempurna di wajahnya.“Nah, aku punya sesuatu yang bisa mengukuhkan kalau proyek ini di bawah kendaliku!” ujarnya dengan ceria sambil menunjuk stempel khusus yang ada di atas meja kaca itu.Suasana pun kembali riuh saat melihat benda itu.“Itu stempel seperti milik Nona Nora! Tidak mungkin kamu juga punya!” celetuk salah satu di antara mereka. Donny semakin terkejut mendengar itu.“Ti-tidak … ini mustahil!” ucap Donny sangat tidak menyangka. “A-apa kamu pikir dengan benda itu bisa membuat kami takut, hah?” sambungnya lagi mencoba untuk t
Kayla tersenyum puas mendengar itu. Semua orang pun akhirnya paham siapa sebenarnya Kayla dan bertepuk tangan untuk memberikan selamat, kecuali Rio dan Donny. Mereka pun percaya kalau Kayla bukan penipu seperti yang dituduhkan Donny karena tidak mungkin Nora sembarangan memilih orang.“Meeting hari ini selesai. Terima kasih semuanya!” ucap Nora mengakhiri keputusannya dan bangkit berdiri dari duduknya.Setelahnya satu persatu perwakilan perusahaan menyalami Kayla untuk memberikan selamat. Kayla menerimanya dengan baik dan tersenyum ramah. Hal itu wajar karena mereka tidak tahu kalau Kayla sebelum ini menikah dan hidup miskin, yang mereka tahu sekarang kalau Kayla adalah perwakilan dari keluarga Yuditama, tetapi tidak dengan Rio yang masih tidak terima dengan semua ini.Kayla pun mengajak Nora untuk sedikit menjauh dari keramaian.“Jadi, bagaimana sekarang?” ucapnya pelan.“Nona jangan khawatir! Setelah dokumennya selesai kita akan melihat ke lokasi dan mulai mengerjakan pembangunan da
“A-apa?!”Kayla terpekik tak percaya. Kedua matanya membulat sempurna mendengar itu. ‘Apa maksud pria ini? Seenaknya saja mengaku pacarku!’Sonia dan Rio pun saling pandang.“Oh, pahlawan kesiangan rupanya. Pergi dari sini! Jangan ikut campur!” Rio berkata ketus dengan tatapan sinis ke arah Leon.‘Apa benar pria ini pacarnya? Sialan!’ batin Rio penasaran. Ada sedikit rasa cemburu dan tidak terima karena pemuda itu terlihat lebih tampan dan gagah. Ya, Rio terpaksa harus mengakui hal itu.Leon memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan tetap tenang. “Aku tidak tahu apa masalah kalian sebenarnya, tapi aku tidak akan membiarkan kalian berbuat seenaknya!”Dia sengaja melakukan ini untuk melindungi Kayla, padahal namanya saja dia belum tahu.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Kayla tidak tahan lagi untuk bertanya karena penasaran. Pria ini seperti ada di mana-mana atau cuma kebetulan saja.Sonia pun tersenyum sinis, lalu dengan tatapan penuh ejekan gadis itu pun berjalan ke arah Ka
Sebelum itu, di kantor polisi …“Benar sekali, Pak! Dia sudah melakukan penyerangan pada kami berdua. Lihat? Ini buktinya! Calon suami saya sampai berdarah dan saya juga didorong hingga terjatuh!” ucap gadis itu sambil menangis tersedu-sedu.Sementara Rio hanya diam saja membiarkan gadis itu melakukan apa yang dia mau.“Baik, Bu. Kami akan segera menangkap pelakunya!” ucap petugas itu dengan tegas.Walaupun awalnya petugas itu tidak bersedia karena kurang bukti, tetapi Sonia sudah menyiapkan sejumlah uang yang besar untuk membayar mereka.Gadis itu tersenyum licik di sela-sela tangisnya. Kali ini dia akan melakukan segala cara untuk menjebloskan Kayla ke penjara. ‘Tunggulah, Kayla! Sebentar lagi semua orang akan membencimu! Hahaha!’Kembali ke apartemen …Kening Kayla tampak berkerut mendengar itu.“A-apa maksud kalian? Aku tidak melakukan apapun. Kalian sudah salah orang!” jawabnya dengan tegas.Namun mereka berdua tidak peduli apa yang diucapkan Kayla dan langsung memaksanya untuk
Napas Kayla seperti berhenti. Dengan berjalan pelan wanita itu maju ke arah Leon.“A-apa yang kamu lakukan di sini?” Kayla bertanya dengan susah payah.Leon pun langsung memasang senyuman terbaiknya. “Apa kamu selalu bersikap seperti itu?”Bukannya menjawab pertanyaan tadi tapi malah balik bertanya. Hal itu semakin membuat Kayla was-was.‘Apa dia tahu soal Black Snake? Tentangku?’ pikiran Kayla mencoba menebak.Kini jarak mereka sudah dekat. Kayla memindai pemuda itu dengan mata penuh selidik.“Kamu tidak apa-apa ‘kan? Hebat sekali! Pria itu sampai meminta maaf seperti itu padamu. Aku terkesan!” ungkap Leon jujur. Kayla cukup terkejut. Sekarang dia melihat raut wajah Leon yang terlihat khawatir itu. Tidak ada tanda-tanda kalau pemuda itu menyindir soal kelompok mereka.‘Sepertinya dia tidak tahu!’ batinnya lega.Namun dia harus tetap berhati-hati.“Mereka pasti salah paham. Aku lega kamu bisa mengatasi hal ini. Padahal tadi aku sudah bilang akan jadi saksi kalau kamu tidak bersalah!”
“Ada apa, Mia?”Anak keduanya itu langsung duduk di samping Sinta dan memeluknya masih dengan berderai air mata.“Aku tadi melamar kerja, Ma. Tapi, mereka bilang dataku sudah di blacklist. Aku tidak bisa bekerja lagi di manapun!” ungkapnya dengan terisak.“A-apa?! Kenapa bisa begitu, Mia? Kesalahan apa sih sebenarnya yang kamu buat?!” Rio menggelengkan kepalanya tidak percaya.Mia pun beralih menatap kakak lelakinya dengan wajah cemberut. “Mana aku tahu! Aku yakin ini pasti karena mantan istrimu itu sudah mengadu yang tidak-tidak pada bosku! Dia mengancamku hari itu!” ucapnya panjang lebar.Sinta pun mencebikkan bibirnya karena kesal. “Lihat kan, Rio? Wanita itu memang pembawa sial untuk keluarga kita. Dulu mama sudah melarang kamu menikah dengan wanita tidak jelas itu! Dia tidak pernah pantas untukmu!” Mendengar ucapan mamanya, Rio hanya bisa menghela napas panjang.Sonia pun tersenyum licik di sudut bibirnya. Dia senang karena Sinta berhasil mempengaruhi putranya untuk semakin memb
Surya pun diam tidak ingin meladeni putranya lagi. Dengan cepat dia berbalik pergi dan masuk kembali ke mobil.“Argghhhh! Sialan!” Leon berteriak lagi untuk melepaskan kekesalannya.Namun papanya tidak dapat mendengar lagi karena mobilnya sudah menjauh.“Ayo kita masuk, Tuan. Kita akan pikirkan jalan keluarnya nanti,” ajak Gio sambil menepuk pundak lelaki itu.Napas Leon masih naik turun lalu mengangguk lemah. Dia pun berjalan gontai mengikuti asistennya itu untuk kembali ke dalam villa. Entah apa yang harus mereka lakukan sekarang?Sementara itu di mobil, Surya sedang menatap keluar melalui jendela kaca. Karena ucapan putranya tadi, pikirannya kembali mengingat masa lalu saat masih begitu muda dan ambisius.Dulu, dia memang tangan kanan Kevin dan salah satu sahabat baiknya selain Damar. Namun karena perbedaan pendapat dan tujuan yang selalu bergejolak di antara mereka akhirnya mengambil keputusan yang membuat kelompok itu t
Setelah sampai di villa milik Leon. Mereka semua langsung diobati oleh dokter yang dipanggil Gio. Awalnya Kayla menolak dan langsung ke bandara, tapi melihat kondisi Nora itu tidak mungkin.“Tenanglah, tempat ini aman. Mereka semua setia padaku!” jelas Leon saat melihat kekhawatiran di wajah kekasihnya.“Keluar!”Hanya itu yang terucap di bibir Kayla. Kedua lelaki itu menurut dan pergi dari kamar.Setelah itu Kayla langsung membereskan barang-barang mereka dan memesan tiket pesawat untuk kembali ke Kota Green Leaf. Ia pun terduduk di pinggir ranjang menutupi wajahnya dengan kedua tangan lalu menangis dengan keras.“Nona?”Suara Nora membuat Kayla tersadar dari lamunannya. “Ah, sudah bangun? Apa merasa lebih baik?” tanya Kayla sambil duduk di pinggir ranjang.Nora mengangguk lemah. “Maaf, Nona. Aku gagal melindungimu. Aku…,” lirihnya tak sanggup lagi.“Sudahlah, Nora. Ini di luar kendali kita. Ayo, bers
Surya pun diam tidak ingin meladeni putranya lagi. Dengan cepat dia berbalik pergi dan masuk kembali ke mobil.“Argghhhh! Sialan!” Leon berteriak lagi untuk melepaskan kekesalannya.Namun papanya tidak dapat mendengar lagi karena mobilnya sudah menjauh.“Ayo kita masuk, Tuan. Kita akan pikirkan jalan keluarnya nanti,” ajak Gio sambil menepuk pundak lelaki itu.Napas Leon masih naik turun lalu mengangguk lemah. Dia pun berjalan gontai mengikuti asistennya itu untuk kembali ke dalam villa. Entah apa yang harus mereka lakukan sekarang?Sementara itu di mobil, Surya sedang menatap keluar melalui jendela kaca. Karena ucapan putranya tadi, pikirannya kembali mengingat masa lalu saat masih begitu muda dan ambisius.Dulu, dia memang tangan kanan Kevin dan salah satu sahabat baiknya selain Damar. Namun karena perbedaan pendapat dan tujuan yang selalu bergejolak di antara mereka akhirnya mengambil keputusan yang membuat kelompok itu terpecah. Leon dan istrinya segera dikirim ke Kota Sahara. Se
Setelah sampai di villa milik Leon. Mereka semua langsung diobati oleh dokter yang dipanggil Gio. Awalnya Kayla menolak dan langsung ke bandara, tapi melihat kondisi Nora itu tidak mungkin.“Tenanglah, tempat ini aman. Mereka semua setia padaku!” jelas Leon saat melihat kekhawatiran di wajah kekasihnya.“Keluar!”Hanya itu yang terucap di bibir Kayla. Kedua lelaki itu menurut dan pergi dari kamar.Setelah itu Kayla langsung membereskan barang-barang mereka dan memesan tiket pesawat untuk kembali ke Kota Green Leaf. Ia pun terduduk di pinggir ranjang menutupi wajahnya dengan kedua tangan lalu menangis dengan keras.“Nona?”Suara Nora membuat Kayla tersadar dari lamunannya. “Ah, sudah bangun? Apa merasa lebih baik?” tanya Kayla sambil duduk di pinggir ranjang.Nora mengangguk lemah. “Maaf, Nona. Aku gagal melindungimu. Aku…,” lirihnya tak sanggup lagi.“Sudahlah, Nora. Ini di luar kendali kita. Ayo, bersiap! Kita pulang sekarang. Aku sudah memesan tiket.”Nora menghela napas berat. Pas
Gio berbalik dengan perlahan sambil mengangkat kedua tangannya. Ia langsung terkejut melihat pria yang sedang menatapnya dengan tajam dan tersenyum sinis.“Hendra? Apa ini semua ulahmu?!” tanya Gio langsung dengan ketus.“Tidak usah kaku begitu, Gio. Bukankah mereka musuh kita? Jadi, untuk apa kau buru-buru ke sini?”Gio mengeraskan rahangnya menahan semua gejolak emosi yang mulai tersulut.“Kau seharusnya lebih bisa berpikir jernih, Hendra! Tidak semua perintah Tuan harus kau turuti! Wanita itu tidak bersalah!” Benar, pria itu adalah asisten pribadi Surya. Dia sudah menunggu di sana karena tahu kalau Gio pasti akan datang untuk menyelamatkan Nora.Hendra mendengus mendengar itu. “Lalu bagaimana denganmu? Kau juga setia dengan Tuan Muda ‘kan? Begitu juga denganku!” sanggahnya tak mau kalah.Gio mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Berpikir cepat untuk segera lari dari sini lalu menyelamatkan Nora.“Aku tidak ada waktu untuk bertikam lidah denganmu! Jangan halangi aku!” teriaknya
Seluruh tubuh Nora meremang mendengar itu. Rupanya mereka semua sudah merencanakan ini dari awal. Seharusnya dia sudah sadar bahwa tidak mungkin orang seperti Surya tiba-tiba saja bersikap baik dan mau menerima Kayla jadi menantunya. Apalagi dengan kedatangannya kemari membuat pria itu semakin tidak senang.Surya pun melepaskan cengkramannya dengan kasar.“Kau tidak berubah, ya? Tetap saja licik dan pengkhianat paling busuk!” ucap Nora lagi dengan tatapan mengejek.Mendengar itu emosi Surya jadi tersulut.“Diam!” teriaknya murka. “Kau akan tahu apa akibat bermain denganku, Nora! Anak Damar sebentar lagi akan tinggal nama. Aku sangat benci dengan ayahmu yang sok pintar itu!” sambungnya lagi.Surya pun langsung memberi kode pada anak buahnya. Dua orang pria maju dan salah satunya langsung melayangkan tamparan keras pada pipinya.Plaakkkk!!!Nora langsung menoleh ke kanan dengan sudut bibirnya berdarah.Ctassss ctassssLalu kedua betisnya dicambuk bergantian membuat rasa pedih dan sakit
Gio berlari dengan cepat sambil bersenandung kecil dan tersenyum manis. Ia langsung menuju ke arah tepi balkon tempat Nora menunggunya.Namun tidak ada siapa-siapa di sana.“Nona?” panggilnya dengan kening yang berkerut heran.Gio celingak-celinguk mencari, tapi tidak ada orang lain di sana. Pria itu mulai panik saat melihat sebelah sepatu wanita yang tergeletak di lantai.“Nora!” teriaknya kencang dengan putus asa.Sementara itu di ruang keluarga, Surya dan asistennya sudah pergi meninggalkan perjamuan. Sekarang Leon dan Kayla sedang mengobrol santai sambil sesekali bercanda dan tertawa lepas. Lelaki itu terus menggodanya meskipun ada banyak anak buah yang sedang berjaga di dekat mereka.“Hentikan, Sayang! Kamu tidak malu dilihat oleh anggotamu?” ucapnya sambil menepuk pelan tangan pria itu yang melingkari perutnya sedang memeluknya erat dari belakang.“Hei! Biarkan saja, Honey. Anggap saja mereka sedang menonton pertunjukan romantis,” jawabnya cuek. Dagunya bersandar di pundak Kayla
Napas Surya terasa tercekat di tenggorokan saat memperhatikan wajah Nora.“Selamat siang, Tuan. Saya Nora, anak dari Damar Salim!” sapa wanita itu lebih dulu dengan berani.Pria paruh baya itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.“Wah, benarkah? Pantas saja wajahmu begitu familiar bagiku, Nak. Kamu cantik dan pasti pintar seperti ayahmu!” akunya jujur.“Tentu saja, Tuan. Saya juga senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan ‘Black Mamba’ yang hebat!” ucap Nora dengan senyuman manis yang misterius.Mendengar itu baik Surya, Leon dan juga Gio sama-sama tersentak. Terutama Leon yang bingung dengan julukan ular yang diucapkan Nora pada papanya.“Black Mamba? Maksudmu itu julukan papaku?” tanya Leon dengan wajah polosnya.Nora mengangguk cepat. “Tentu saja, Tuan Muda!”Kayla memberikan senyuman penuh arti karena Nora begitu berani mengatakannya. Ia pikir wanita itu akan mencak-mencak ketika bertemu Surya, tapi ternyata bisa menekan emosinya dengan baik.Surya pun jadi
Gio pun membenahi dress Nora kembali seperti semula dan mengancingkan lagi. Pria itu juga membetulkan posisinya dengan mengangkat tubuh wanita itu ke sampingnya.Sementara itu Nora diam saja tanpa protes dengan semua yang pria itu lakukan. Lebih tepatnya bingung dengan perasaannya sendiri.‘Dia benar-benar tidak mau tidur denganku? Manis sekali!’ Batinnya memuji.Nora pun berdehem sebentar. “Wah, aku tidak percaya kamu bisa menahan godaan. Hebat sekali!”Gio pun mengangguk singkat lalu menarik selimut dan memakaikan ke tubuh Nora dan meskipun sedikit ragu ia mengecup keningnya.“Istirahatlah!” ucapnya tersenyum lebar.Gio pun beralih mengambil kemejanya yang tergeletak di lantai dan memakainya lagi.Nora memperhatikan semuanya lalu membuka selimut dan beranjak untuk memeluk tubuh Gio dari belakang. Menyandarkan kepalanya di punggung lebar pria itu.“Terima kasih! Kamu begitu peduli padaku,” ujarnya tulus.Gio memegang tangan Nora dan mengelusnya pelan.“Maaf, aku kelepasan. Tidak muda