Kayla menunjuk dengan ragu, “Ka-kamu? Sedang apa di sini?” ucapnya gugup. “Tunggu dulu, apa kamu mengikutiku sampai kemari?”
Kedua mata wanita itu membola, benar-benar tidak percaya kalau orang asing ini tahu tempat tinggalnya padahal mereka bertemu hanya sekilas. Kayla menelan ludahnya dengan kasar, bahaya kalau sampai orang di sini tahu statusnya sebagai anak dari penguasa kota ini. Sekarang bukan waktu yang tepat. Leon sebisa mungkin bersikap santai. “Ekhmm. Sebenarnya aku tadi tidak sengaja melihatmu masuk kemari. Apartemenku ada di seberang sana. Jadi, sekalian saja aku mampir, boleh ‘kan?” ungkapnya dengan memasang senyuman semanis mungkin. Tapi di mata Kayla, senyuman jahil lebih tepatnya. ‘Sial! Bikin jantungan saja!’ Kayla mencebikkan bibirnya kesal karena hampir kecolongan. Jadi, dia tidak akan basa basi lagi pada orang ini. “Ck! Apa yang kamu mau? Kalau cuma kepo tidak usah diteruskan, jika masih sayang dengan nyawamu!” ketusnya langsung. Pemuda itu cukup terkejut dengan ancaman yang ke luar dari mulut wanita seanggun ini. Di luar dugaan! “Sabar, Cantik. Kenalkan, aku Leon. Kalau nama kamu?” ucapnya percaya diri sambil menyodorkan tangan kanannya. Kening Kayla berkerut dan dengan cepat memasang wajah masam. ‘Berani sekali pria ini?’ batinnya heran. “Itu tidak penting! Aku tidak punya waktu untuk meladeni orang sepertimu!” tegas Kayla dengan tatapan tajam. “Kita bertemu lagi pasti bukan cuma kebetulan ‘kan? Wah, aku yakin ini takdir!” Leon tidak gentar sedikitpun. “Maaf, Pak. Anda cari yang lain saja, saya permisi!” Tringgg!!! Bersamaan dengan pintu lift terbuka, Kayla dengan gesit melangkah masuk dan telunjuknya menekan tombol tutup dengan cepat. Bahkan Leon tidak sadar kalau sudah ditinggal begitu saja. “He-hei, Nona! Tunggu!” teriaknya di depan pintu besi itu. Kaki kanannya berusaha untuk menahan pintu, tapi sialnya dia terlambat. Leon pun melihat sekeliling untuk memastikan keadaan karena malu kalau sampai ada yang melihat kejadian ini. “Ah, sial! Susah sekali rupanya. Dia wanita yang menarik!” bibirnya cuma bisa nyengir. Lalu ponselnya berbunyi, ternyata pesan masuk dari Gio. (Tuan Muda, ada di mana? Kami sudah mencurigai satu orang dan sepertinya kali ini benar!) Setelah membaca itu Leon pun bergegas pergi untuk kembali ke apartemennya. Rasa penasarannya pada Kayla tadi kini beralih dengan cepat ke kabar yang dibawa asistennya. Di Kamar Kayla .… Wanita itu meregangkan tubuh setelah lelah berolahraga. Sudah lama sekali dia tidak bisa melakukannya karena selama ini sibuk berjualan dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan untuk memanjakan diri sejenak pun tidak bisa. “Senang sekali aku punya banyak waktu sekarang. Nah, sekarang aku harus menyusun rencana baru!” Dengan cepat dia mengambil ponsel dan menelpon Nora. [“Ada apa, Nona?” tanya gadis itu ramah.] “Kapan rapat pemilihan proyek itu, Nora? Aku harus mempersiapkan diri!” ujarnya tanpa basa-basi. [“Seminggu lagi. Nona tahu kan kalau perusahaan Donny juga ikut di pemilihan nanti?” ungkapnya memastikan lagi.] “Iya, si Rio brengsek itu jelas menginginkan posisi bagus! Wanita gatal itu juga bilang kalau papanya akan membantunya. Nora, cari tahu soal mereka dan laporkan padaku. Aku akan memberi mereka kejutan saat pemilihan tender nanti!” ucapnya dengan kedua tangan mengepal erat. [“Oke laksanakan, Nona!”] Sementara itu .… Rio dan mamanya baru saja tiba saat hari sudah malam. Padahal Rio sudah memintanya pulang lebih dulu, tapi mamanya masih ingin menemani mereka, supaya bisa pamer kalau sebentar lagi putranya itu akan menikah dengan gadis dari keluarga kaya. “Huaaa! Ma-mama! Kak Rio!” teriaknya dengan kencang sambil terisak. Suara Mia yang sedang duduk di sofa ruang tamu tentu mengagetkan mereka. Sinta pun langsung berjalan cepat menghampiri anaknya. “Mia, ada apa ini?” “Ma, a-aku dipecat! Huaaaa!” adunya seperti anak kecil. “Kenapa bisa dipecat? Apa kamu berbuat hal bodoh?” tanya Rio dengan nada ejekan. Mata Sinta mendelik mendengar itu dan berusaha menenangkan anak bungsunya. “Sabar, Sayang. Coba bicaranya pelan-pelan!” Mia mengangguk, “Iya, Ma. Aku dipecat tiba-tiba saja dan proyek acaraku dibatalkan. Katanya aku sudah berbuat kesalahan fatal, tapi aku tidak tahu itu apa. Hiksss! Karirku sudah tamat, Ma!” jelasnya masih tersedu. Rio dan Sinta pun saling pandang. “Memangnya atasanmu tidak mencari tahu dulu soal ini? Apa dia salah orang?” Rio jadi penasaran. Mia menggelengkan kepalanya pelan. “Bos bilang ini permintaan dari orang penting di kota ini, Kak.” Rio jadi semakin bingung. Lalu, detik berikutnya mata Mia membola. “Apa jangan-jangan … ini ulah mantan istrimu itu? Saat bertemu dengannya kemarin dia sempat mengancamku!” ungkapnya bersemangat. Sinta mencebikkan bibirnya. “Halah, jangan dengarkan wanita kampungan itu. Lagi pula mana mungkin dia bisa melakukan hal itu!” “Tapi, Ma. Bisa sa-” “Jangan ngawur, Mia. Tidak mungkin dia berani. Pasti ada alasan lain!” Rio masih tidak percaya begitu saja. Sinta pun berpikir sebentar. Dia juga merasa Kayla jadi aneh dan berubah setelah pergi dari rumah ini. “Rio, adikmu ada benarnya juga. Bisa saja kan dia merayu bos Mia. Lihat, dia sudah menggoda walikota saat di festival tadi!” Pria itu sedikit tersentak. Bisa saja Kayla melakukan hal yang tidak mereka sangka. “Ti-tidak mungkin, Ma. Aku ragu ini ulahnya, memangnya dia tahu siapa bosnya Mia?” tegasnya lagi. Namun sebenarnya situasi ini semakin membuatnya tidak tenang. Apalagi di festival tadi mantan istrinya itu mendapat pembelaan dari walikota dan Nora. Orang penting di kota ini. “Tapi perusahaan papa Sonia kehilangan tempat di area VIP. Ini pasti karena dia merengek dengan pak walikota. Dasar gatal!” Sinta kembali memanasi anaknya. Mia sampai melongo mendengar itu. Kedua tangan Rio terkepal erat. Tadi dia dan Sonia harus menahan malu karena diusir oleh petugas saat hendak masuk. Rio menggelengkan kepalanya. Rasanya tidak sanggup untuk membayangkan kalau nanti Kayla lebih segalanya dari mereka. ‘Aku harus jadi presdir secepatnya!’ *** Seminggu pun berlalu, hari ini adalah penentuan untuk mencari siapa yang akan jadi pemenang tender proyek baru di area timur. Rapat ini diadakan khusus di ruangan meeting salah satu hotel mewah bintang lima yang ada di kota Green Leaf yaitu The Royal Hills. Para utusan dari perusahaan ternama sudah mulai berkumpul di luar ruangan meeting. Tentu saja perusahaan papa Sonia sangat menantikan hal ini. Donny pun mengajak Rio untuk ikut dengannya kali ini. “Kenalkan, ini adalah calon menantuku!” ucap Donny bangga. Rekan bisnisnya itu menyambut uluran tangan Rio. “Saya cuma ingin perusahaan maju pesat, Pak. Dengan pengalaman yang saya miliki, kita pasti bisa memenangkan proyek ini!” ujarnya sedikit sombong. Rio pun tidak malu-malu lagi sekarang meskipun dengan statusnya sebagai duda. Kepercayaan dirinya meningkat karena dukungan dari papa Sonia. Saat mereka tengah asyik mengobrol, kedua mata Rio terbelalak saat melihat siapa yang berjalan mendekat. “Ke-kenapa dia bisa ada di sini?!”Rio tidak ingin hari ini jadi berantakan dan menimbulkan masalah baru, apalagi karena hal pribadi. Dia akan membereskan hal ini karena meeting sebentar lagi akan dimulai. Dengan cepat dia meminta diri pada Donny dan rekan bisnis yang lain. Dia tidak akan membiarkan calon mertuanya melihat orang itu di sini. Kedua kakinya dengan cepat melangkah dan tangan kanannya pun menarik lengan wanita itu untuk mengikutinya menjauh dari area pintu depan. “He-hei! Lepaskan aku!” ucapnya tak terima. “Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana bisa kamu masuk? Apa kamu berniat mengacau?” Rio langsung memberikan semua pertanyaan yang berputar di kepalanya. Ya, wanita itu adalah Kayla! Dengan sekali sentak dia melepaskan cekalan mantan suaminya itu. “Memangnya kenapa? Apa ada larangan kalau aku tidak boleh kemari?” Kayla malah balik bertanya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Tentu dia tidak mau lagi hanya diam saja saat diintimidasi dan diperlakukan seenaknya oleh pria durjana di depannya in
Rio heran dengan sikap calon mertuanya. Dilihatnya benda yang ada di hadapan mantan istrinya itu.“Ada apa, Pak? Kenapa kaget begitu?” tanya Rio dengan kening berkerut.Donny tidak menghiraukan ucapan Rio barusan, lebih tepatnya tertarik dengan benda kecil yang memiliki simbol kepala ular di ujung gagangnya.Kayla benar-benar berhasil menarik perhatian semua orang kali ini. Dia tetap berusaha untuk bersikap tenang dengan senyuman manis yang mengembang sempurna di wajahnya.“Nah, aku punya sesuatu yang bisa mengukuhkan kalau proyek ini di bawah kendaliku!” ujarnya dengan ceria sambil menunjuk stempel khusus yang ada di atas meja kaca itu.Suasana pun kembali riuh saat melihat benda itu.“Itu stempel seperti milik Nona Nora! Tidak mungkin kamu juga punya!” celetuk salah satu di antara mereka. Donny semakin terkejut mendengar itu.“Ti-tidak … ini mustahil!” ucap Donny sangat tidak menyangka. “A-apa kamu pikir dengan benda itu bisa membuat kami takut, hah?” sambungnya lagi mencoba untuk t
Kayla tersenyum puas mendengar itu. Semua orang pun akhirnya paham siapa sebenarnya Kayla dan bertepuk tangan untuk memberikan selamat, kecuali Rio dan Donny. Mereka pun percaya kalau Kayla bukan penipu seperti yang dituduhkan Donny karena tidak mungkin Nora sembarangan memilih orang.“Meeting hari ini selesai. Terima kasih semuanya!” ucap Nora mengakhiri keputusannya dan bangkit berdiri dari duduknya.Setelahnya satu persatu perwakilan perusahaan menyalami Kayla untuk memberikan selamat. Kayla menerimanya dengan baik dan tersenyum ramah. Hal itu wajar karena mereka tidak tahu kalau Kayla sebelum ini menikah dan hidup miskin, yang mereka tahu sekarang kalau Kayla adalah perwakilan dari keluarga Yuditama, tetapi tidak dengan Rio yang masih tidak terima dengan semua ini.Kayla pun mengajak Nora untuk sedikit menjauh dari keramaian.“Jadi, bagaimana sekarang?” ucapnya pelan.“Nona jangan khawatir! Setelah dokumennya selesai kita akan melihat ke lokasi dan mulai mengerjakan pembangunan da
“A-apa?!”Kayla terpekik tak percaya. Kedua matanya membulat sempurna mendengar itu. ‘Apa maksud pria ini? Seenaknya saja mengaku pacarku!’Sonia dan Rio pun saling pandang.“Oh, pahlawan kesiangan rupanya. Pergi dari sini! Jangan ikut campur!” Rio berkata ketus dengan tatapan sinis ke arah Leon.‘Apa benar pria ini pacarnya? Sialan!’ batin Rio penasaran. Ada sedikit rasa cemburu dan tidak terima karena pemuda itu terlihat lebih tampan dan gagah. Ya, Rio terpaksa harus mengakui hal itu.Leon memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan tetap tenang. “Aku tidak tahu apa masalah kalian sebenarnya, tapi aku tidak akan membiarkan kalian berbuat seenaknya!”Dia sengaja melakukan ini untuk melindungi Kayla, padahal namanya saja dia belum tahu.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Kayla tidak tahan lagi untuk bertanya karena penasaran. Pria ini seperti ada di mana-mana atau cuma kebetulan saja.Sonia pun tersenyum sinis, lalu dengan tatapan penuh ejekan gadis itu pun berjalan ke arah Ka
Sebelum itu, di kantor polisi …“Benar sekali, Pak! Dia sudah melakukan penyerangan pada kami berdua. Lihat? Ini buktinya! Calon suami saya sampai berdarah dan saya juga didorong hingga terjatuh!” ucap gadis itu sambil menangis tersedu-sedu.Sementara Rio hanya diam saja membiarkan gadis itu melakukan apa yang dia mau.“Baik, Bu. Kami akan segera menangkap pelakunya!” ucap petugas itu dengan tegas.Walaupun awalnya petugas itu tidak bersedia karena kurang bukti, tetapi Sonia sudah menyiapkan sejumlah uang yang besar untuk membayar mereka.Gadis itu tersenyum licik di sela-sela tangisnya. Kali ini dia akan melakukan segala cara untuk menjebloskan Kayla ke penjara. ‘Tunggulah, Kayla! Sebentar lagi semua orang akan membencimu! Hahaha!’Kembali ke apartemen …Kening Kayla tampak berkerut mendengar itu.“A-apa maksud kalian? Aku tidak melakukan apapun. Kalian sudah salah orang!” jawabnya dengan tegas.Namun mereka berdua tidak peduli apa yang diucapkan Kayla dan langsung memaksanya untuk
Napas Kayla seperti berhenti. Dengan berjalan pelan wanita itu maju ke arah Leon.“A-apa yang kamu lakukan di sini?” Kayla bertanya dengan susah payah.Leon pun langsung memasang senyuman terbaiknya. “Apa kamu selalu bersikap seperti itu?”Bukannya menjawab pertanyaan tadi tapi malah balik bertanya. Hal itu semakin membuat Kayla was-was.‘Apa dia tahu soal Black Snake? Tentangku?’ pikiran Kayla mencoba menebak.Kini jarak mereka sudah dekat. Kayla memindai pemuda itu dengan mata penuh selidik.“Kamu tidak apa-apa ‘kan? Hebat sekali! Pria itu sampai meminta maaf seperti itu padamu. Aku terkesan!” ungkap Leon jujur. Kayla cukup terkejut. Sekarang dia melihat raut wajah Leon yang terlihat khawatir itu. Tidak ada tanda-tanda kalau pemuda itu menyindir soal kelompok mereka.‘Sepertinya dia tidak tahu!’ batinnya lega.Namun dia harus tetap berhati-hati.“Mereka pasti salah paham. Aku lega kamu bisa mengatasi hal ini. Padahal tadi aku sudah bilang akan jadi saksi kalau kamu tidak bersalah!”
“Ada apa, Mia?”Anak keduanya itu langsung duduk di samping Sinta dan memeluknya masih dengan berderai air mata.“Aku tadi melamar kerja, Ma. Tapi, mereka bilang dataku sudah di blacklist. Aku tidak bisa bekerja lagi di manapun!” ungkapnya dengan terisak.“A-apa?! Kenapa bisa begitu, Mia? Kesalahan apa sih sebenarnya yang kamu buat?!” Rio menggelengkan kepalanya tidak percaya.Mia pun beralih menatap kakak lelakinya dengan wajah cemberut. “Mana aku tahu! Aku yakin ini pasti karena mantan istrimu itu sudah mengadu yang tidak-tidak pada bosku! Dia mengancamku hari itu!” ucapnya panjang lebar.Sinta pun mencebikkan bibirnya karena kesal. “Lihat kan, Rio? Wanita itu memang pembawa sial untuk keluarga kita. Dulu mama sudah melarang kamu menikah dengan wanita tidak jelas itu! Dia tidak pernah pantas untukmu!” Mendengar ucapan mamanya, Rio hanya bisa menghela napas panjang.Sonia pun tersenyum licik di sudut bibirnya. Dia senang karena Sinta berhasil mempengaruhi putranya untuk semakin memb
Mendengar itu Nora langsung menundukkan kepalanya. Itu artinya Tuan Besarnya benar-benar marah kali ini.Kayla beralih menatap mamanya yang saat ini mendelik tajam ke arah suaminya. Lalu Laura memberi isyarat pada Kayla untuk ikut duduk.Kayla pun menurut dan mendaratkan tubuhnya di sofa yang berseberangan dengan papanya.“Apa papa harus mengutus Nora dulu baru kamu mau pulang? Apa rumah ini papa jual saja? Papa tidak masalah kalau hidup di jalanan seperti dulu!” ucapnya dengan sorot mata tajam.“Papa!” protes Laura dengan raut wajah tak suka.“Ma-maaf, Pa. Kayla belum siap untuk me-”“Kalau kamu sudah jadi janda, begitu? Bahkan kamu menikah pun papa tidak diberitahu dan lihat sekarang? Tidak ada yang bisa kamu banggakan dari pria itu!” ungkapnya dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. “Bagaimana bisa kamu memimpin kelompok kita?!” sambungnya lagi.Kayla menelan ludahnya kasar. Sekuat tenaga untuk mengangkat kepalanya. “Ta-tapi, Pa! Kayla belum siap untuk mengurus semua ini. M
Setelah beberapa puluh menit, mobil Rio memasuki parkiran salah satu apartemen mewah. Tekadnya sudah bulat untuk datang kemari. Dia pun bergegas masuk ke apartemen itu dan langsung menuju ke meja resepsionis.“Selamat malam, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” sapa gadis itu dengan tersenyum ramah.“Halo! Aku memang butuh bantuanmu, Cantik!”Tak lama setelah itu telepon interkom yang ada di ruang tamu berdering nyaring.“Siapa ya? Baru kali ini aku dengar telepon di kamar ini berbunyi? Apa ada hal penting dari pihak manajemen?” gumam pemuda itu dengan kening berkerut.Dia heran sebab tidak ada memesan makanan atau layanan apapun sebelumnya.Dengan gerakan cepat dia mengangkat gagang telepon itu. “Halo? Siapa ini?”[“Katakan pada Leon, aku tunggu di Cafe Town Coffee di depan apartemennya ini. Sekarang juga!” ucapnya dengan suara dingin.]Mata Gio terbelalak geram. “Siapa kau? Beraninya menyuruh tuanku!”[Rio tersenyum sinis. “Bilang padanya ini soal Kayla!”]Belum sempat pemuda itu menjaw
Di mansion Yuditama …,Pria paruh baya yang masih terlihat gagah dengan tubuh tegapnya sedang menikmati segelas whisky sambil menatap keluar jendela kaca.Pintu ruangannya terbuka lalu suara langkah kaki terdengar mendekat.“Selamat malam, Tuan Besar. Saya ingin melaporkan hal yang Tuan minta,” ucap pemuda itu memecah keheningan.Kevin pun berbalik dan menatap anak buahnya sekilas lalu meneguk minumnya sampai habis dan meletakkan gelas itu ke meja.“Jelaskan!” “Baik, Tuan Besar!” jawabnya cepat.Pemuda itu mengangkat tabletnya dan mulai membaca.“Informasi yang saya dapat, pria itu membeli mobil secara cash, lunas dengan uang tunai. Dia datang kemari dengan temannya atau mungkin juga asistennya. Dia sedang mencari lahan atau tempat yang membutuhkan investor juga konselor bisnis. Semua memakai data temannya itu. Tinggal di apartemen Paradise Hills berseberangan dengan Nona muda, Tuan!” ungkapnya dengan lugas.Kevin manggut-manggut paham.“Begitu ya? Jadi dia bukan orang miskin?” ujarn
Plaakkk!!!Gio memegang pipinya yang ditampar oleh Nora.Tapi, suaranya kok–“Hei! Halo!” Nora melambaikan tangannya di depan wajah pemuda itu.Gio pun tersadar. “Hah? A-apa?!” ucapnya tergagap.Rupanya semua itu tadi hanya khayalan.Nora mencebikkan bibirnya karena kesal.‘Sialan! pria ini malah melamun!’Gio jadi malu dan serba salah. Dia berharap semoga Nora tidak menyadari apa yang ada di pikirannya barusan.“Maaf, Nona. Sepertinya aku terlalu sibuk bekerja jadi tidak fokus,” ucapnya asal.Nora susah payah menahan emosinya.“Jadi, apa kamu mau bengong di sini seharian?” Gio jadi ciut juga karena suaranya terdengar ketus.“Ya, tidak juga. Aku juga butuh ditemani, Nona. Nanti kalau tersesat di rumah sebesar ini bagaimana?”Nora melongo. “Ya sudah! Makanya ikut aku!”Wajah pemuda itu langsung berubah lega dan berbinar bahagia.‘Sial! Merepotkan sekali pria ini! Kenapa aku harus berakhir ciuman dengannya kemarin!’Nora hanya bisa merutuki dirinya sendiri yang terlewat ceroboh.Setela
“Berani sekali kau mengencani putriku?!”Baik Kayla dan Leon sama-sama terkejut saat mendengar suara Kevin yang tiba-tiba menggelegar di ruangan itu. Kedua sejoli itu terpaku. Bahkan Laura sampai memegangi dadanya. Mama Kayla mengerti raut wajah Leon yang tertekan.“Sini, Sayang. Ayo, Nak tampan duduklah di sini!” ajak Laura sambil melambaikan tangannya. Menatap bergantian pada putri dan pria di sampingnya.“Kalian belum kenal, tapi kenapa kamu ramah sekali padanya?!” ujar pria itu ketus.Laura melihat wajah Kevin yang berubah masam lalu dengan cepat dia melotot tajam pada suaminya. Membuat pria itu mendengus.“Ayo, Sayang!”Mereka mendekat bersama lalu Kayla duduk di sebelah mamanya sementara Leon mendudukkan tubuhnya ke sofa tunggal di sebelah kanan papa Kayla.Kevin bahkan sudah menampakkan diri sebagai orang tua yang protektif. Kayla khawatir kalau papanya tahu mereka sudah tidur bersama, Leon pasti akan tinggal nama setelah ke luar dari rumah mereka. Lihat saja duduknya bak kais
Mata Kayla mengerjap beberapa kali seolah masih belum sadar dari rasa terkejutnya.Leon pun menarik tubuh Kayla untuk berdiri menghadapnya. Dia menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.“Iya, Honey. Apa kamu mau?” tanya Leon sekali lagi.“Mau!” Kayla mengangguk cepat berkali-kali. “Aku mau, Sayang!” sambungnya lagi.Dia memeluk Leon dengan perasaan senang yang membuncah. Ini sangat berbeda saat Rio memintanya menikah, seolah ini adalah lamaran pertama di hidupnya. Pria ini begitu romantis dan lembut dalam berkata-kata. Sikapnya yang gentle sebagai seorang pria tentu meluluhkan kerasnya dinding yang sempat Kayla bangun.Leon melerai pelukan mereka dan menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang, namun terdapat kegelisahan di sana.“Tapi, hal itu masih lama untuk bisa terwujud. Tidak apa-apa 'kan?”Kening Kayla langsung berkerut heran. “Apa maksudmu?”Helaan napas kasar terdengar. “Aku masih belum mapan, Kayla. Aku malu kalau bertemu papamu nanti. Belum ada yang bisa kubanggak
Kedua mata Kayla membulat sempurna mendengar penjelasan dokter kandungan itu.“Dokter tidak bohong ‘kan?” Wanita itu mencoba tersenyum meskipun sedikit tersinggung. Dia seorang dokter yang berintegritas tinggi dan profesional di rumah sakit ini. Tidak mungkin dia memberi keterangan palsu. Apalagi pasiennya adalah orang berkuasa seperti Kayla. Profesi dan rumah sakit ini dipertaruhkan olehnya.Kayla jadi tidak enak dengannya tapi itu disebabkan dia sangat terkejut. Dia merasa belum puas dan ingin memastikan sekali lagi.“Ma-maaf! Saya tidak bermaksud menyepelekan, Dok! Saya tidak mandul ‘kan?” Kayla bertanya dengan gugup.Dokter itu tersenyum dan menggeleng cepat. “Tidak, Bu Kayla. Jika seseorang belum kunjung hamil itu bukan berarti dia mandul. Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Bisa karena capek, lelah, stress, pola hidup tidak sehat atau suami yang merokok sehingga cairan yang dihasilkan kurang bagus,” jelasnya dengan sabar.Dia teringat selama menikah sibuk bekerja dan mengurus
Besok paginya …,Kedua mata Nora perlahan terbuka. Lalu reflek dia duduk dengan cepat dan melihat sekeliling.Dia berada di kamarnya!“Sial!” umpatnya sambil memijat kepalanya yang berdenyut pusing.Dia yakin Damar akan marah kalau tahu semalam pulang dalam keadaan mabuk. Untung saja anak buah mereka selalu menjaganya.Padahal semalam ayahnya yang menggendong dari mobil sampai ke kamar. Mengelus rambutnya dengan sayang dan menyelimutinya.Damar melirik sekilas jaket kulit yang putrinya pakai. Bohong kalau dia tidak tahu, apalagi aroma parfum pria menguar dari sana. Saat ke luar kamar dia bertanya kenapa Nora mabuk, anak buahnya menjelaskan dia cuma banyak minum dan tidak terjadi apa-apa. Mungkin karena stress sebab kemarin ada masalah di proyek baru. Damar mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Keduanya kompak merahasiakan apa yang terjadi pada Nora. Biarlah itu jadi urusan pribadi Bosnya.Tiba-tiba ingatan Nora saat di club semalam kembali berputar di kepalanya. Meski samar tapi di
Di Club M One …,Gio duduk di kursi yang ada di depan bar dan memesan minumannya. Dia memilih tempat ini karena berbekal dari informasi anak buahnya yang mengikuti Nora. Wanita itu sesekali datang kemari saat malam, mungkin ini tempat favoritnya.Mata pemuda itu memindai setiap sudut ruangan yang bising dengan hingar bingar musik berdentum keras. Pas di meja ujung, meski penerangan lampu samar-samar, Gio yakin kalau itu adalah Nora.Dia tersenyum senang saat melihat wanita itu duduk sendiri.Ini adalah malam keberuntungan!Gio pun mengambil gelas whisky di meja dan meneguknya setengah. Dia butuh keberanian penuh untuk menghampiri wanita dingin seperti Nora.Pemuda itu berjalan mendekat ke meja masih memegang gelasnya. Berani datang sendirian, mengantarkan nyawa mungkin?“Berhenti!”Kaki Gio reflek mengikuti suara pria berbadan besar yang menghadangnya.“Siapa kau? Dilarang mendekat!” tegas pria itu lagi.Gio merasa kepalang tanggung jadi dia terobos saja.“Nona Nora, mau kutemani?” te
Sebelum itu …, Kayla menekan nomor telepon khusus dan tersambung ke rumahnya. [“Halo, Nona Kayla! Ada yang bisa saya bantu?” jawab seseorang di seberang sana.] Dia tersenyum karena tanpa perlu bicara, orangnya sudah tahu kalau itu nomor teleponnya. “Oke, aku minta bantuanmu untuk mencari nomor kamar atas nama Leon Adinata atau Gio di apartemen Paradise Hills. Secepatnya!” pintanya cepat. [“Tentu, Nona. Ada lagi?”] “Itu saja. Aku tunggu!” Kayla menghela napas panjang. Dia pun bergegas menuju kamar mandi. Setelah bersiap dia akan langsung mendatangi pria yang sedang menghindarinya itu. Kembali ke waktu sekarang, Setahunya dia tidak memesan makanan dan juga tidak punya teman di sini. Jadi, daripada menduga terus lebih baik mengecek langsung. Gio tentu terkejut saat melihat siapa yang mengetuk pintu apartemen. Pemuda itu bahkan tidak berkedip melihat sosok yang ada di hadapannya. Wanita cantik itu memakai long coat coklat berdiri di depan kamar mereka dengan kedua tang