Kedua alis Kayla bertaut. “Ada apa sih denganmu? Dia cuma pria biasa, Nora. Jangan terlalu kaku!” ucapnya sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Nora.Wanita itu menggelengkan kepalanya cepat. “Ingat pesan, Tuan Besar! Kita harus selalu berhati-hati dalam keadaan apapun, Nona!” “Baiklah! Kalau dia macam-macam aku akan langsung menghabisinya! Hohoho!” Kayla mengatakan itu sambil tertawa yang dibuat-buat.Nora hanya bisa pasrah, tetapi tidak akan membiarkan Nona mudanya berbuat sesuka hatinya lagi. Meskipun Kayla sudah kembali pada kelompok dan keadaannya jauh lebih baik sekarang daripada saat bersama Rio.Malamnya …Sekali lagi Kayla mematut diri di depan cermin. Dengan gerakan memutar matanya mengecek apakah ada detail yang terlewat. “Heh, Kayla! Apa yang kamu lakukan? Ini kan cuma dinner biasa!” ucapnya bicara pada dirinya sendiri.Kayla merias wajahnya senatural mungkin tapi tidak sadar malah membuatnya terlihat semakin cantik. Wanita itu menggelengkan kepalanya cepat dengan
“A-apa? Sialan! Heh, pelayan! Apa kamu tahu aku ini siapa? Sok sekali kamu!” teriak Sonia tidak terima.Rio melihat sekeliling, beberapa tamu yang ada mulai berbisik. Dia jadi merasa tidak nyaman dan akhirnya menarik tangan gadis itu untuk pergi dari sana.“Ayo, Sayang. Kita pergi ke tempat lain saja!” Sonia berusaha berontak. “Aku tidak mau!”“Tapi sudah tidak bisa, Sayang! Apa kamu tidak malu dilihat orang di sini?!” bisiknya di telinga gadis itu.Sonia pun tersadar. Dia menghentakkan kedua kakinya di lantai dan terpaksa mengikuti Rio untuk pergi dari sana.“Akhhhh, sialan!” Sonia hanya bisa mengumpat kesal karena gagal masuk. Malah rasa malu yang mereka dapat.Di kursinya, pria itu tersenyum senang.“Akhirnya mereka pergi juga!” ucap pria itu lega.Ya, Gio yang meminta pihak restoran mengatakan peraturan itu pada Rio dan Sonia. Tentu dengan uang yang Leon punya, mudah saja bagi asistennya untuk melakukannya. Dia juga yang memberitahu Leon kalau Kayla sudah tiba dan juga melihat Ri
Sebelum itu …Rio baru saja masuk ke dalam rumah. Setelah mengantar Sonia, dia langsung bergegas pulang. Entah kenapa hari ini terasa begitu melelahkan. Energinya terasa terkuras semua.“Rio? Apa kamu lembur?” Suara mamanya mengagetkan pria itu. Dia pun menoleh ke arah ruang tamu yang dilewatinya. Mamanya sedang duduk manis di sofa, sudah menunggunya dari tadi.“Hmm, aku tadi pergi bersama Sonia, Ma!” jelasnya singkat.Sinta mengangguk paham lalu dengan cepat berdiri dari duduknya.“Terus, kenapa Sonia tidak kamu bawa kemari?” Mendengar pertanyaan itu kening Rio berkerut. “Yah … karena sudah malam, Ma. Biarkan dia istirahat. Nanti kapan-kapan aku bawa dia kemari,” jawabnya dengan mulut menguap.Sinta mencebikkan bibirnya karena mulai kesal. Dia harus repot menjelaskan pada putranya supaya paham.“Kenapa kamu lambat sekali bergerak, Rio? Cepatlah sedikit!” ucapnya ketus sambil menepuk lengan atas putranya.Rio sama sekali tidak mengerti maksud ucapan mamanya itu.“Maksud Mama apa sih
Rio dan Sonia terkejut mendengar itu. Rio bahkan tidak menduga sama sekali kalau Donny akan mengatakan itu. Selama ini pria itu mendukung hubungan mereka.Mungkin karena–“Kenapa, Pa? Bukannya Papa bilang menyetujui hubungan kami?” protes Sonia langsung.Rio baru saja ingin membuka mulutnya, tetapi pria itu sudah lebih dulu bicara.“Tentu saja, karena papa tidak suka dengannya! Yah, setidaknya setelah meeting waktu itu. Papa sudah malu di depan semua orang karena kalah!” ungkapnya kesal. “Siapa lagi penyebabnya? Tentu mantan istrinya dan pria tidak becus ini!” sambungnya dengan suara yang meninggi.Donny sampai menunjuk wajah Rio dengan penuh amarah. Ini bukan kali pertama bagi pria itu, kemarin setelah selesai meeting dia mengamuk pada Rio untuk meluapkan kekecewaannya.“Ma-maafkan saya, Pak. Tapi ka-”Donny langsung memotong ucapannya. “Diam! Siapa yang menyuruhmu bicara?!” teriaknya kencang.Sonia jadi bingung. Dia duduk dengan gelisah, menatap papanya dan Rio bergantian.“Papa! So
5 menit sebelumnya …Kayla terkejut mendengar telepon di ruang tamu berbunyi. Dia heran siapa yang berani mengganggunya.‘Apa mungkin ada hal penting?’Kayla dengan cepat meraih gagang telepon itu. “Halo?!”Awalnya biasa saja tapi beberapa detik kemudian raut wajahnya berubah. “Oke, aku paham. Bilang padanya kalau aku menunggu di depan kamarku!” ucapnya tegas lalu menutup panggilan telepon itu.Kayla pun beralih duduk di sofa. Dia menopang dagu dengan kedua tangannya. Kepalanya langsung berpikir keras setelah mengambil keputusan bodoh tadi.“Apa mau pria itu? Berani sekali dia kemari!” gumamnya dengan sorot mata tajam. “Oke, aku akan ikuti permainanmu!” putusnya dengan menghela napas panjang.Ya, Kayla memutuskan untuk membiarkan Rio datang ke kamar apartemennya. Dia yakin pria itu sedang merencanakan sesuatu. Lagipula dia akan menggunakan hal ini untuk membuat Sonia cemburu. Kayla pun bergegas berlari ke kamar. Dia merapikan rambut dan memoles lipstik tipis-tipis dan menyemprotkan
Kayla meletakkan gelas berisi Cappuccino panas di atas meja. Dia heran karena Rio belum juga kembali.“Rio?” panggilnya sedikit berteriak.Wanita itu bangkit dari duduknya. “Apa dia tidak tahu yang mana toiletnya?” gumamnya pelan.Lalu Kayla melihat ponsel yang tergeletak di atas meja.Sementara itu Rio sudah selesai dan hendak menutup pintu, tapi tertahan saat melihat buket mawar berukuran besar yang berada di atas nakas di samping ranjang.“Dia bilang tidak suka bunga? Jadi, apa ini? Apa itu dari pacarnya?” lirihnya dengan kening berkerut.Rio merasa Kayla menipunya dengan sengaja. Rahangnya mengeras menahan gejolak emosi, tangannya memegang kenop pintu dengan erat sampai buku-buku tangannya memutih. Padahal selama menikah, dia tidak pernah sekalipun membelikan istrinya bunga atau hadiah kejutan. Jadi, tentu tidak tahu apa Kayla suka bunga atau tidak.Aneh!Pria itu sekarang yakin kalau Kayla sudah banyak uang, jadi dia akan memanfaatkan hal itu juga.“Rio? Sedang apa kamu di sini?”
Kedua mata Kayla terbelalak lebar karena perlakuan Leon yang tiba-tiba. Kecupan yang lembut itu terasa sangat berbeda baginya.Leon pun melepaskan tautan bibirnya dan menatap Kayla dengan lekat. “Maaf … aku tidak bisa menahan diri.”Kini pandangan mereka bertemu dan saling mengunci. Tangan kanan Leon terulur, jemarinya membelai pipi mulus Kayla yang selalu membuatnya gemas.“Aku tahu ini terasa cepat dan bukan bermaksud tidak sopan, tapi aku tidak rela kalau kamu kembali lagi dengan pria brengsek itu!” sambungnya lagi.Kayla terkekeh pelan. “Memangnya aku bilang kalau aku juga mau? Aku kan belum menjelaskan kalau aku menolaknya, tapi ya … sedikit mempermainkan keadaan,” jelas wanita berambut hitam itu.Leon tidak mengerti sepenuhnya, namun ia sangat lega karena Kayla tidak menerima ajakan Rio untuk kembali.“Bolehkah, aku …,” pintanya dengan sorot mata mendamba.Kayla mengangguk.Mendapatkan respon seperti itu Leon sangat bahagia dan merasa seperti ada sesuatu yang meledak lalu terbak
Besoknya …,Di perusahaan papa Sonia, Rio masih manajer umum tapi sudah merasa seperti pemilik saja. Bahkan hari ini datang terlambat. Biasanya Kayla yang membangunkan dan menyiapkan semua keperluannya, sekarang dia harus melakukannya sendiri.Dengan langkah buru-buru pria itu memasuki ruangannya.“Sial!” Tidak terhitung sudah berapa kali ia mengumpat. Rio menyandarkan punggungnya ke kursi dan memejamkan mata sejenak untuk mengatur emosinya.Tiba-tiba terdengar pintu ruangannya di ketuk.“Masuk!” jawabnya langsung.Wanita muda yang bertugas sebagai resepsionis muncul dengan wajah pucat dan takut.Rio mengernyit. “Ada apa?”“Ma-maaf, Pak Rio. Ada tamu penting yang mencari Anda. Mereka semua sudah di depan!” jawabnya gugup.“Siapa? Katakan kalau aku sibuk, suruh mereka buat janji temu!” ucapnya ketus sambil mengibaskan tangan.Wanita itu semakin gugup. “Ta-tapi Pak, ini orang da-”Braakkkk!!!Pintu ruangan Rio dibuka dengan kasar membuat keduanya terkejut.Pria bertubuh kekar berpakai
Sementara itu di parkiran, Nora heran karena tidak melihat Kayla di dekat mobil mereka.Alis wanita itu berkerut. “Ke mana Nona Kayla? Apa dia pulang duluan?”Marco mengedarkan pandangan ke sekeliling.“Mungkin Nona Kayla naik taksi, Bos.”Nora manggut-manggut paham. “Sepertinya tidak, Marco. Dia pasti dijemput pacarnya. Ya sudah, kita pulang saja!”“Baik, Bos!”Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dan tidak curiga sama sekali. Setelah beberapa menit perasaan Nora jadi tidak enak, apalagi tadi jelas-jelas Kayla akan menunggu mereka selesai bersiap. Rasa cemas mulai menyelimuti wanita itu mengingat kejadian belakangan ini.“Aku telepon saja dulu!” gumamnya pelan.Lalu saat panggilan ke nomor Kayla terhubung setelah itu tiba-tiba terputus. Nora heran lalu menelpon sekali lagi ternyata ponselnya sudah tidak aktif.“Kenapa? Tumben sekali!” ucapnya kesal.Nora tahu ponsel Kayla tidak mungkin kehabisan daya. ‘Apa dia memang bersama kekasihnya?’ Dia pun yakin dengan dugaannya kali ini. K
Kedua mata Jared membola karena terkejut mendengar ucapan Rio barusan. Tapi, setelah itu dia kembali tertawa bahkan lebih keras dari yang tadi. Anak buahnya pun saling pandang tak percaya dengan apa yang pria itu ucapkan. Seolah wajah mereka mengatakan, “Apa pria ini cari mati?”Jared manggut-manggut sambil menyugar rambutnya ke belakang.“Hahaha! Besar sekali nyalimu itu, Bung!” ucapnya lalu meraih gelas dan menghabiskan minumannya.Rio sudah bertekad. Jadi dia tidak akan mundur lagi setelah melangkah sejauh ini.“Aku serius dengan ucapanku, Tuan. Aku ingin dia mati!” ucap Rio dengan penuh penekanan.Jared menyeringai dan itu terlihat seram di mata Rio. Dia bertanya sekali lagi. “Apa kau tidak tahu siapa Nona Kayla?” Rio mengangguk mantap. “Tentu aku tahu siapa dia. Tapi, aku yakin Tuan Jared bisa membantuku. Semua temanku bilang kalau Tuan adalah orang yang tepat untuk melakukan hal itu,” ungkapnya dengan yakin.Jared memegang dagunya dan merasa melayang mendapatkan pujian seperti
“Hahaha!”Kali ini suara tawa Leon benar-benar pecah sampai menggema dan menarik perhatian beberapa pengunjung yang ada di dekat meja mereka.Kening Rio berkerut karena itu.“Apa sebelum datang ke sini kepalamu terbentur? Atau otakmu geser karena dipukuli kemarin?” Leon benar-benar tersentak mendapatkan tawaran seperti itu.Rio mengangguk dengan angkuh. “Aku tidak akan mengulangi kata-kataku. Itu adalah perusahaan yang baru kubangun, sedikit lagi selesai. Kau bisa mengambilnya asalkan pergi dari Kayla!” ucapnya menekan sekali lagi.Memang miliknya bukan perusahaan Donny. Itu adalah bisnisnya sendiri yang dibantu oleh uang Kayla, tapi semenjak mengejar Sonia dia lebih mementingkan jabatan Presdir dan membuat segalanya mandek. Bank swasta yang akan Rio dirikan bahkan belum sepenuhnya selesai karena saat ini semua sertifikat sudah digadai untuk biaya menikah dengan Sonia kemarin. Jadi, kalau Leon mengambilnya maka otomatis semua hutang akan ditanggung oleh pria itu. Itulah rencana licik
Setelah beberapa puluh menit, mobil Rio memasuki parkiran salah satu apartemen mewah. Tekadnya sudah bulat untuk datang kemari. Dia pun bergegas masuk ke apartemen itu dan langsung menuju ke meja resepsionis.“Selamat malam, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” sapa gadis itu dengan tersenyum ramah.“Halo! Aku memang butuh bantuanmu, Cantik!”Tak lama setelah itu telepon interkom yang ada di ruang tamu berdering nyaring.“Siapa ya? Baru kali ini aku dengar telepon di kamar ini berbunyi? Apa ada hal penting dari pihak manajemen?” gumam pemuda itu dengan kening berkerut.Dia heran sebab tidak ada memesan makanan atau layanan apapun sebelumnya.Dengan gerakan cepat dia mengangkat gagang telepon itu. “Halo? Siapa ini?”[“Katakan pada Leon, aku tunggu di Cafe Town Coffee di depan apartemennya ini. Sekarang juga!” ucapnya dengan suara dingin.]Mata Gio terbelalak geram. “Siapa kau? Beraninya menyuruh tuanku!”[Rio tersenyum sinis. “Bilang padanya ini soal Kayla!”]Belum sempat pemuda itu menjaw
Di mansion Yuditama …,Pria paruh baya yang masih terlihat gagah dengan tubuh tegapnya sedang menikmati segelas whisky sambil menatap keluar jendela kaca.Pintu ruangannya terbuka lalu suara langkah kaki terdengar mendekat.“Selamat malam, Tuan Besar. Saya ingin melaporkan hal yang Tuan minta,” ucap pemuda itu memecah keheningan.Kevin pun berbalik dan menatap anak buahnya sekilas lalu meneguk minumnya sampai habis dan meletakkan gelas itu ke meja.“Jelaskan!” “Baik, Tuan Besar!” jawabnya cepat.Pemuda itu mengangkat tabletnya dan mulai membaca.“Informasi yang saya dapat, pria itu membeli mobil secara cash, lunas dengan uang tunai. Dia datang kemari dengan temannya atau mungkin juga asistennya. Dia sedang mencari lahan atau tempat yang membutuhkan investor juga konselor bisnis. Semua memakai data temannya itu. Tinggal di apartemen Paradise Hills berseberangan dengan Nona muda, Tuan!” ungkapnya dengan lugas.Kevin manggut-manggut paham.“Begitu ya? Jadi dia bukan orang miskin?” ujarn
Plaakkk!!!Gio memegang pipinya yang ditampar oleh Nora.Tapi, suaranya kok–“Hei! Halo!” Nora melambaikan tangannya di depan wajah pemuda itu.Gio pun tersadar. “Hah? A-apa?!” ucapnya tergagap.Rupanya semua itu tadi hanya khayalan.Nora mencebikkan bibirnya karena kesal.‘Sialan! pria ini malah melamun!’Gio jadi malu dan serba salah. Dia berharap semoga Nora tidak menyadari apa yang ada di pikirannya barusan.“Maaf, Nona. Sepertinya aku terlalu sibuk bekerja jadi tidak fokus,” ucapnya asal.Nora susah payah menahan emosinya.“Jadi, apa kamu mau bengong di sini seharian?” Gio jadi ciut juga karena suaranya terdengar ketus.“Ya, tidak juga. Aku juga butuh ditemani, Nona. Nanti kalau tersesat di rumah sebesar ini bagaimana?”Nora melongo. “Ya sudah! Makanya ikut aku!”Wajah pemuda itu langsung berubah lega dan berbinar bahagia.‘Sial! Merepotkan sekali pria ini! Kenapa aku harus berakhir ciuman dengannya kemarin!’Nora hanya bisa merutuki dirinya sendiri yang terlewat ceroboh.Setela
“Berani sekali kau mengencani putriku?!”Baik Kayla dan Leon sama-sama terkejut saat mendengar suara Kevin yang tiba-tiba menggelegar di ruangan itu. Kedua sejoli itu terpaku. Bahkan Laura sampai memegangi dadanya. Mama Kayla mengerti raut wajah Leon yang tertekan.“Sini, Sayang. Ayo, Nak tampan duduklah di sini!” ajak Laura sambil melambaikan tangannya. Menatap bergantian pada putri dan pria di sampingnya.“Kalian belum kenal, tapi kenapa kamu ramah sekali padanya?!” ujar pria itu ketus.Laura melihat wajah Kevin yang berubah masam lalu dengan cepat dia melotot tajam pada suaminya. Membuat pria itu mendengus.“Ayo, Sayang!”Mereka mendekat bersama lalu Kayla duduk di sebelah mamanya sementara Leon mendudukkan tubuhnya ke sofa tunggal di sebelah kanan papa Kayla.Kevin bahkan sudah menampakkan diri sebagai orang tua yang protektif. Kayla khawatir kalau papanya tahu mereka sudah tidur bersama, Leon pasti akan tinggal nama setelah ke luar dari rumah mereka. Lihat saja duduknya bak kais
Mata Kayla mengerjap beberapa kali seolah masih belum sadar dari rasa terkejutnya.Leon pun menarik tubuh Kayla untuk berdiri menghadapnya. Dia menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.“Iya, Honey. Apa kamu mau?” tanya Leon sekali lagi.“Mau!” Kayla mengangguk cepat berkali-kali. “Aku mau, Sayang!” sambungnya lagi.Dia memeluk Leon dengan perasaan senang yang membuncah. Ini sangat berbeda saat Rio memintanya menikah, seolah ini adalah lamaran pertama di hidupnya. Pria ini begitu romantis dan lembut dalam berkata-kata. Sikapnya yang gentle sebagai seorang pria tentu meluluhkan kerasnya dinding yang sempat Kayla bangun.Leon melerai pelukan mereka dan menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang, namun terdapat kegelisahan di sana.“Tapi, hal itu masih lama untuk bisa terwujud. Tidak apa-apa 'kan?”Kening Kayla langsung berkerut heran. “Apa maksudmu?”Helaan napas kasar terdengar. “Aku masih belum mapan, Kayla. Aku malu kalau bertemu papamu nanti. Belum ada yang bisa kubanggak
Kedua mata Kayla membulat sempurna mendengar penjelasan dokter kandungan itu.“Dokter tidak bohong ‘kan?” Wanita itu mencoba tersenyum meskipun sedikit tersinggung. Dia seorang dokter yang berintegritas tinggi dan profesional di rumah sakit ini. Tidak mungkin dia memberi keterangan palsu. Apalagi pasiennya adalah orang berkuasa seperti Kayla. Profesi dan rumah sakit ini dipertaruhkan olehnya.Kayla jadi tidak enak dengannya tapi itu disebabkan dia sangat terkejut. Dia merasa belum puas dan ingin memastikan sekali lagi.“Ma-maaf! Saya tidak bermaksud menyepelekan, Dok! Saya tidak mandul ‘kan?” Kayla bertanya dengan gugup.Dokter itu tersenyum dan menggeleng cepat. “Tidak, Bu Kayla. Jika seseorang belum kunjung hamil itu bukan berarti dia mandul. Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Bisa karena capek, lelah, stress, pola hidup tidak sehat atau suami yang merokok sehingga cairan yang dihasilkan kurang bagus,” jelasnya dengan sabar.Dia teringat selama menikah sibuk bekerja dan mengurus