“Baik, Nona!”
Setelah itu telepon pun dimatikan. Kayla menggenggam ponselnya dengan erat. “Kalian pikir bisa tidur nyenyak setelah ini?” gumamnya yakin. Tidak segampang itu! Bukan hanya Rio saja, tapi mama mertua dan iparnya juga memperlakukannya dengan buruk selama ini. Jadi, siapapun di keluarga mereka tidak akan dibiarkan lolos begitu saja. Permainan pun sudah dimulai. Dia akan membuat kehidupan mereka semakin kacau. Sementara itu di dalam mobil …. Mia yang tidak sabar langsung mengambil ponselnya untuk mengadukan kejadian barusan pada saudaranya. “Halo, Kak! Baru saja aku melihat mantan istrimu di Apartemen Royal Garden. Apa kamu tahu soal ini?” cerocosnya tanpa basa basi. [Kening Rio pun bertaut mendengar hal yang sangat aneh baginya. “Apa maksudmu? Apa yang dilakukannya di sana?” ucapnya heran dengan pertanyaan yang sama seperti adiknya tadi.] “Aku juga tidak tahu! Tapi, dia bilang tinggal di sana. Apa Kakak percaya? Hahaha! Si kotor itu pasti sudah menjadi simpanan pria kaya!” ujarnya sinis. Suara gelak tawa ke luar dari mulutnya. [“Dia tidak mungkin punya uang untuk membayar, paling juga mencari pekerjaan! Lagipula kami sudah tidak punya hubungan apapun lagi, jadi aku tidak peduli!” jawabnya acuh.] “Iya, sih. Tapi, Kak! Aku ya-” Belum selesai Mia melanjutkan kalimatnya tapi telepon sudah dimatikan. “Hei! Aku belum selesai bicara! Aduh, sial!” makinya dengan bibir manyun. Di kamar, Suara manja wanita itu membuatnya tersadar. “Ada apa, Rio?” “Mia yang menelpon, bukan apa-apa kok. Ayo, kita lanjutkan ‘permainan’ kita!” seringai nakal muncul di wajahnya, membuat wanita di bawahnya mabuk kepayang. Di Rumah Keluarga Rio .… Mia melangkah dengan buru-buru saat sudah masuk ke dalam rumah. Hari sudah larut malam, namun mamanya masih di ruang tamu untuk menunggunya pulang. “Ma, di mana kak Rio?” “Di kamarnya, tapi ada Sonia. Jangan ganggu mereka!” ucapnya dengan mata mendelik tajam. Gadis itu pun mengangguk paham. Lalu teringat soal kejadian bersama Kayla. “Ma, coba tebak aku bertemu dengan siapa tadi?” adunya dengan bersemangat. “Aduh! Mama lagi tidak mood main tebak-tebakan!” Sinta sama sekali tidak tertarik. Bibir Mia mencebik. “Ih, Mama! Tadi aku bertemu si Kayla di Apartemen Royal Garden. Dia bilang tinggal di sana, aneh sekali ‘kan?” Kedua mata Sinta seketika itu juga langsung melotot. “Yang benar, Nak?” ujarnya dengan raut wajah terkejut tak percaya. Mia pun mengangguk antusias. “Iya, Ma! Aku yakin setelah bercerai dengan kak Rio dia mengincar para pria kaya di sana!” ucapnya yakin. Sinta mengibaskan tangan kanannya. “Halah! Paling juga dia datang ke sana untuk jadi pengemis! Sudahlah, Mia. Jangan pedulikan wanita miskin itu!” “Tapi, Ma! Ta-” “Mama capek mau tidur. Besok saja kita ngobrolnya!” sela Sinta cepat. Mia pun mencebikkan bibirnya, tetapi setelah itu dia memutuskan untuk kembali tidak peduli dan menganggap apa yang terjadi tadi memang tidak penting. Besok Paginya .… Kayla menatap pemandangan kota dari jendela kaca kamarnya. Dia mendengar bel berbunyi, lalu bergegas berjalan ke luar. “Selamat pagi, Nona!” Suara riang Nora memenuhi ruangan yang luas itu. Kayla memutar bola matanya malas. “Masuk, Nora!” Mereka pun duduk berseberangan di sofa berwarna abu tua. “Loh, Nona? Kenapa belum bersiap? Bukankah kita akan ke perusahaan utama?” tanya gadis itu heran karena melihat nona mudanya masih berpakaian santai. “Aku tidak mau! Aku belum bisa kembali ke sana. Aku memintamu datang hanya ingin dengar laporan intinya saja,” jelasnya singkat. Nora sedikit kecewa. Dia pikir Kayla akan pergi bersamanya hari ini. “Apa karena patah hati, kamu jadi begini? Sadarlah, Kayla Zania Yuditama! Mereka itu cuma sampah!” ucapnya kesal. Bahkan kali ini dia sampai menyebutkan nama lengkapnya. “Tidak, Nora! Berhenti meledekku!” sungut Kayla dengan kening berkerut kesal. Nora pun mencondongkan tubuhnya ke depan dengan wajah yang lebih serius dan mengancam. “Aku khawatir denganmu, Nona. Kamu sudah kuanggap seperti adikku, jadi putuskan segera atau aku akan beritahu soal ini pada pimpinan Black Snake!” Kayla pun sedikit terkejut mendengar itu. “A-apa benar papa dan mama baik-baik saja?” Dia memberikan pertanyaan pengalihan. Nora pun kembali ke posisi semula dan tersenyum senang. “Mereka sehat dan keadaan kelompok juga stabil. Nona juga bi-” “Cukup sampai di sana!” potongnya cepat yang membuat asistennya itu manyun. “Ah, aku ingat sekarang! Waktu di rumah, mereka bicara soal festival dan lahan investasi baru. Apa kamu tahu soal itu?” “Maksudnya, proyek pembukaan lahan di area timur? Tentu saja! Aku yang mewakili untuk pembangunan mall dan hotel di sana. Kenapa, Nona?” tanya Nora penuh selidik, karena tidak biasanya Kayla mengurusi hal seperti ini. Kayla pun mengangguk mengerti. “Oh, jadi itu tujuan mereka!” “Tapi belum diputuskan sampai festival selesai. Festival itu untuk pesta ulang tahun kota yang akan diadakan di alun-alun. Dan tentunya Tuan Besar ingin Nona juga ha-” “Aku tidak mau!” potong Kayla cepat karena tahu apa kelanjutannya. “Kenapa, Nona? Di sana banyak orang penting yang hadir dan Tuan Besar ingin Nona datang dan muncul di hadapan publik!” kali ini nada suaranya sedikit meninggi. “Aku tidak suka pesta, Nora. Aku malas melihat itu semua, jadi kalian saja yang pergi!” ucapnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Nora pun tersenyum misterius. “Apa Nona yakin? Rio dan Sonia akan hadir karena termasuk sponsor acara di sana loh!” Kedua matanya membola karena mendengar itu, Kayla langsung tertarik dan setuju. “Oke, aku akan ikut!” ucapnya cepat. “Aku ingin tahu reaksi mereka saat melihatku nanti!” “Siap, Nona Viper!” gelak tawa mengejek pun pecah dari mulut Nora. Dia senang akhirnya berhasil melakukan tugas dari bosnya. *** Seminggu Kemudian …. Di Alun-alun Kota Green Leaf, Suara riuh dari para pengunjung yang ramai membuat acara festival semakin meriah. Dekorasi dan panggung megah serta bazar mengisi setiap penjuru taman yang luas itu. Kayla hanya bisa celingak celinguk dari tadi, karena Nora menyuruhnya datang lebih dulu untuk mempelajari situasi supaya mudah berbaur nanti. Dia melihat ada beberapa spanduk berisi tulisan sponsor acara. Tetapi hanya nama orang penting saja atau perusahaan yang mewakili, tidak ada nama Rio di sana. Dan ada satu nama keluarga dari sebuah perusahaan yang teringat olehnya meskipun masih ragu betul atau tidak. “Apa Nora sengaja bohong padaku? Huh!” gerutunya kesal dengan bibir manyun. Tiba-tiba suara seseorang yang sudah tidak asing lagi tertangkap oleh telinganya. “Wah, lihat siapa ini? Seorang janda miskin rupanya!” Kayla memutar bola matanya malas dan dengan berani melipat kedua tangannya di depan dada. “Maaf ya, Nenek tua keriput. Aku tidak ada urusan denganmu!” ucapnya ketus. “A-apa? Cih! Berani sekali kamu. Aku bersyukur Rio menceraikanmu!” Ya, Sinta atau mantan mama mertua Kayla yang saat ini berdiri dengan gaya angkuh di depannya. Dia bersama dengan teman arisannya dan sengaja datang menghampiri untuk mengejek Kayla lagi. ‘Kenapa harus ketemu nenek sihir ini sih?!’ hati Kayla menggerutu. “Apa itu tas limited edition dari merek MM?” ucap salah satu teman Sinta yang tampak kaget melihat tas yang ditenteng Kayla. “Halah! Paling itu imitasi!” Sinta mengibaskan tangan kanannya sambil memanyunkan bibir. Namun dia sedikit pangling karena Kayla tidak lagi terlihat kumal seperti hari-hari sebelumnya. “Maaf, saya tidak ada waktu. Permisi!” ucap Kayla cepat. Tapi, Sinta semakin menjadi bahkan menunjuknya. “Lihat! Calon mertua Rio yang menjadi sponsor acara ini. Sonia jauh lebih baik untuk anakku, bukan gembel seperti kamu!” Sinta dan kedua temannya pun tertawa dengan kencang. Kening Kayla berkerut dan semakin geram karena wanita itu tidak pernah puas menghinanya. ‘Oh, jadi benar mereka sponsornya? Baiklah, akan aku buat mereka malu hari ini!’ Kayla malas meladeni tingkah wanita itu dan berniat untuk segera pergi, tapi tidak bisa karena tiba-tiba saja rambutnya dijambak oleh Sinta. Kayla sedikit terkejut dan karena memakai high heels membuat tubuhnya terhuyung ke belakang. Namun dengan cepat dia berbalik dan beralih memegang tangan mantan mertuanya. “A-aduh! Aduduh, sakit! Lepaskan aku!” pekiknya sambil meronta karena kali ini Kayla memelintir tangannya. Beberapa orang yang lewat sampai kaget saat melihat mereka. Kayla pun melepaskan sambil mendorong tubuh yang mulai renta itu. “Huh! Jangan berani lagi tangan kotormu itu menyentuhku!” ucapnya dengan mata melotot tajam. Setelah itu Kayla benar-benar pergi dari sana. Kedua teman Sinta sampai melongo dan masih belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Dari tadi sosok pria itu tidak melepaskan pandangannya ke arah Kayla. “Menarik! Aku yakin kalau dia pasti orang yang kita cari!”“A-apa?!” kali ini Gio sedikit meninggikan suaranya. Leon Adinata, pemuda 29 tahun itu mengangguk mantap. “Gadis itu sangat pemberani! Dia sangat cocok bukan?” Gio mengikuti pandangan Tuan Mudanya dan memperhatikan keributan kecil yang baru saja terjadi di dekat gerbang depan. Rencana Leon diam-diam datang kemari untuk mencari kelemahan musuh mereka. “Apa Tuan yakin?” ujarnya ragu tapi sekaligus percaya, karena bosnya itu tidak pernah bercanda kalau sedang bekerja. “Iya, Gio. Dia gadis yang tepat untukku ‘kan? Apa kau lihat gerakannya tadi? Itu adalah refleks yang bagus! Aku suka dengan wanita yang pandai bela diri!” jelasnya lagi. Leon menampakkan senyum kecil di sudut bibirnya. Gio pun langsung manggut-manggut mengerti. ‘Oh, sepertinya Tuan menyukai gadis itu? Ini tidak bagus!’ batinnya gelisah. Melihat Kayla yang akan berjalan melewati mereka, pemuda itu langsung bergerak mengambil kesempatan. “Maaf, apa kamu tidak apa-apa?” Leon bertanya dengan sopan. Kening Kayla berker
Rio dan Sonia kompak menjawab saat mendengar ucapan Kayla barusan. “Hahaha!” Mereka berdua tertawa kencang membuat Kayla semakin kesal melihatnya. “Apa kamu bilang? Jangan mimpi, Kayla!” Sonia mengibaskan tangannya di depan wajah. Rio pun kembali bersikap sok dan percaya diri. “Mana mungkin orang sepertimu bisa berurusan dengan para pebisnis. Kamu itu cuma wanita miskin penjual sayur! Baru dekat dengan Pak Walikota saja kamu sudah belagu!” ungkapnya tetap tak takut. Kedua tangan Kayla mengepal dengan erat. ‘Aku harus bagaimana supaya mereka percaya? Sial!’ Laren yang tadi masih mengamati situasi, tidak tahan lagi melihat mereka semua yang berdebat di depannya. Bisa hilang wibawa dan kekuasaannya di sini. “Cukup! Kalian berdua seharusnya menaruh hormat pada kepona… eh, maksudku pada Kayla. Dia sudah banyak membantu orang!” ucapnya hampir keceplosan. “Tidak mau, Pak!” jawab dua pasangan selingkuh itu bersamaan. “Untuk apa? Apa karena dia memanggil Anda dengan sebutan paman, be
Kayla menunjuk dengan ragu, “Ka-kamu? Sedang apa di sini?” ucapnya gugup. “Tunggu dulu, apa kamu mengikutiku sampai kemari?” Kedua mata wanita itu membola, benar-benar tidak percaya kalau orang asing ini tahu tempat tinggalnya padahal mereka bertemu hanya sekilas. Kayla menelan ludahnya dengan kasar, bahaya kalau sampai orang di sini tahu statusnya sebagai anak dari penguasa kota ini. Sekarang bukan waktu yang tepat.Leon sebisa mungkin bersikap santai.“Ekhmm. Sebenarnya aku tadi tidak sengaja melihatmu masuk kemari. Apartemenku ada di seberang sana. Jadi, sekalian saja aku mampir, boleh ‘kan?” ungkapnya dengan memasang senyuman semanis mungkin.Tapi di mata Kayla, senyuman jahil lebih tepatnya.‘Sial! Bikin jantungan saja!’Kayla mencebikkan bibirnya kesal karena hampir kecolongan. Jadi, dia tidak akan basa basi lagi pada orang ini.“Ck! Apa yang kamu mau? Kalau cuma kepo tidak usah diteruskan, jika masih sayang dengan nyawamu!” ketusnya langsung.Pemuda itu cukup terkejut dengan a
Rio tidak ingin hari ini jadi berantakan dan menimbulkan masalah baru, apalagi karena hal pribadi. Dia akan membereskan hal ini karena meeting sebentar lagi akan dimulai. Dengan cepat dia meminta diri pada Donny dan rekan bisnis yang lain. Dia tidak akan membiarkan calon mertuanya melihat orang itu di sini. Kedua kakinya dengan cepat melangkah dan tangan kanannya pun menarik lengan wanita itu untuk mengikutinya menjauh dari area pintu depan. “He-hei! Lepaskan aku!” ucapnya tak terima. “Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana bisa kamu masuk? Apa kamu berniat mengacau?” Rio langsung memberikan semua pertanyaan yang berputar di kepalanya. Ya, wanita itu adalah Kayla! Dengan sekali sentak dia melepaskan cekalan mantan suaminya itu. “Memangnya kenapa? Apa ada larangan kalau aku tidak boleh kemari?” Kayla malah balik bertanya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Tentu dia tidak mau lagi hanya diam saja saat diintimidasi dan diperlakukan seenaknya oleh pria durjana di depannya in
Rio heran dengan sikap calon mertuanya. Dilihatnya benda yang ada di hadapan mantan istrinya itu.“Ada apa, Pak? Kenapa kaget begitu?” tanya Rio dengan kening berkerut.Donny tidak menghiraukan ucapan Rio barusan, lebih tepatnya tertarik dengan benda kecil yang memiliki simbol kepala ular di ujung gagangnya.Kayla benar-benar berhasil menarik perhatian semua orang kali ini. Dia tetap berusaha untuk bersikap tenang dengan senyuman manis yang mengembang sempurna di wajahnya.“Nah, aku punya sesuatu yang bisa mengukuhkan kalau proyek ini di bawah kendaliku!” ujarnya dengan ceria sambil menunjuk stempel khusus yang ada di atas meja kaca itu.Suasana pun kembali riuh saat melihat benda itu.“Itu stempel seperti milik Nona Nora! Tidak mungkin kamu juga punya!” celetuk salah satu di antara mereka. Donny semakin terkejut mendengar itu.“Ti-tidak … ini mustahil!” ucap Donny sangat tidak menyangka. “A-apa kamu pikir dengan benda itu bisa membuat kami takut, hah?” sambungnya lagi mencoba untuk t
Kayla tersenyum puas mendengar itu. Semua orang pun akhirnya paham siapa sebenarnya Kayla dan bertepuk tangan untuk memberikan selamat, kecuali Rio dan Donny. Mereka pun percaya kalau Kayla bukan penipu seperti yang dituduhkan Donny karena tidak mungkin Nora sembarangan memilih orang.“Meeting hari ini selesai. Terima kasih semuanya!” ucap Nora mengakhiri keputusannya dan bangkit berdiri dari duduknya.Setelahnya satu persatu perwakilan perusahaan menyalami Kayla untuk memberikan selamat. Kayla menerimanya dengan baik dan tersenyum ramah. Hal itu wajar karena mereka tidak tahu kalau Kayla sebelum ini menikah dan hidup miskin, yang mereka tahu sekarang kalau Kayla adalah perwakilan dari keluarga Yuditama, tetapi tidak dengan Rio yang masih tidak terima dengan semua ini.Kayla pun mengajak Nora untuk sedikit menjauh dari keramaian.“Jadi, bagaimana sekarang?” ucapnya pelan.“Nona jangan khawatir! Setelah dokumennya selesai kita akan melihat ke lokasi dan mulai mengerjakan pembangunan da
“A-apa?!”Kayla terpekik tak percaya. Kedua matanya membulat sempurna mendengar itu. ‘Apa maksud pria ini? Seenaknya saja mengaku pacarku!’Sonia dan Rio pun saling pandang.“Oh, pahlawan kesiangan rupanya. Pergi dari sini! Jangan ikut campur!” Rio berkata ketus dengan tatapan sinis ke arah Leon.‘Apa benar pria ini pacarnya? Sialan!’ batin Rio penasaran. Ada sedikit rasa cemburu dan tidak terima karena pemuda itu terlihat lebih tampan dan gagah. Ya, Rio terpaksa harus mengakui hal itu.Leon memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan tetap tenang. “Aku tidak tahu apa masalah kalian sebenarnya, tapi aku tidak akan membiarkan kalian berbuat seenaknya!”Dia sengaja melakukan ini untuk melindungi Kayla, padahal namanya saja dia belum tahu.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Kayla tidak tahan lagi untuk bertanya karena penasaran. Pria ini seperti ada di mana-mana atau cuma kebetulan saja.Sonia pun tersenyum sinis, lalu dengan tatapan penuh ejekan gadis itu pun berjalan ke arah Ka
Sebelum itu, di kantor polisi …“Benar sekali, Pak! Dia sudah melakukan penyerangan pada kami berdua. Lihat? Ini buktinya! Calon suami saya sampai berdarah dan saya juga didorong hingga terjatuh!” ucap gadis itu sambil menangis tersedu-sedu.Sementara Rio hanya diam saja membiarkan gadis itu melakukan apa yang dia mau.“Baik, Bu. Kami akan segera menangkap pelakunya!” ucap petugas itu dengan tegas.Walaupun awalnya petugas itu tidak bersedia karena kurang bukti, tetapi Sonia sudah menyiapkan sejumlah uang yang besar untuk membayar mereka.Gadis itu tersenyum licik di sela-sela tangisnya. Kali ini dia akan melakukan segala cara untuk menjebloskan Kayla ke penjara. ‘Tunggulah, Kayla! Sebentar lagi semua orang akan membencimu! Hahaha!’Kembali ke apartemen …Kening Kayla tampak berkerut mendengar itu.“A-apa maksud kalian? Aku tidak melakukan apapun. Kalian sudah salah orang!” jawabnya dengan tegas.Namun mereka berdua tidak peduli apa yang diucapkan Kayla dan langsung memaksanya untuk
‘Kenapa mereka memiliki tato yang sama? Apa mereka berteman? Tidak! Ini pasti cuma kebetulan?’Berbagai pertanyaan dan spekulasi berputar di kepala lelaki itu. Dia menggeleng cepat untuk mengusir semua hal buruk di benaknya.Rio pun berjalan cepat, ikut duduk di sofa berseberangan dengan Nora.“Apa maksud ini semua Nona Nora? Saya tidak mengerti!” Rio memasang wajah terkejut yang dibuat-buat.Nora masih terlihat santai. “Aku tidak akan mengulangi ucapanku Pak Rio. Anda sudah mencuri stempel Nona Kayla, iya kan?” tukasnya dengan senyuman miring.“A-apa?” Rio terbelalak. Padahal lelaki itu berharap Kayla tidak akan sadar kalau stempel itu hilang.“I-itu tidak benar, Nona. Ini pasti salah paham! Saya ti-”“Bos, stempel itu tidak ada!” ucap salah satu anak buah, melaporkan hasil kerja mereka.“Benarkah? Di mana stempel itu disembunyikan? Beritahu aku!” teriak Nora dengan emosi yang meluap.Rio menelan ludahnya kasar. “A-aku tidak tahu, Nona!”Nora yang sudah kesal memberi kode pada anggot
Besoknya …,Di perusahaan papa Sonia, Rio masih manajer umum tapi sudah merasa seperti pemilik saja. Bahkan hari ini datang terlambat. Biasanya Kayla yang membangunkan dan menyiapkan semua keperluannya, sekarang dia harus melakukannya sendiri.Dengan langkah buru-buru pria itu memasuki ruangannya.“Sial!” Tidak terhitung sudah berapa kali ia mengumpat. Rio menyandarkan punggungnya ke kursi dan memejamkan mata sejenak untuk mengatur emosinya.Tiba-tiba terdengar pintu ruangannya di ketuk.“Masuk!” jawabnya langsung.Wanita muda yang bertugas sebagai resepsionis muncul dengan wajah pucat dan takut.Rio mengernyit. “Ada apa?”“Ma-maaf, Pak Rio. Ada tamu penting yang mencari Anda. Mereka semua sudah di depan!” jawabnya gugup.“Siapa? Katakan kalau aku sibuk, suruh mereka buat janji temu!” ucapnya ketus sambil mengibaskan tangan.Wanita itu semakin gugup. “Ta-tapi Pak, ini orang da-”Braakkkk!!!Pintu ruangan Rio dibuka dengan kasar membuat keduanya terkejut.Pria bertubuh kekar berpakai
Kedua mata Kayla terbelalak lebar karena perlakuan Leon yang tiba-tiba. Kecupan yang lembut itu terasa sangat berbeda baginya.Leon pun melepaskan tautan bibirnya dan menatap Kayla dengan lekat. “Maaf … aku tidak bisa menahan diri.”Kini pandangan mereka bertemu dan saling mengunci. Tangan kanan Leon terulur, jemarinya membelai pipi mulus Kayla yang selalu membuatnya gemas.“Aku tahu ini terasa cepat dan bukan bermaksud tidak sopan, tapi aku tidak rela kalau kamu kembali lagi dengan pria brengsek itu!” sambungnya lagi.Kayla terkekeh pelan. “Memangnya aku bilang kalau aku juga mau? Aku kan belum menjelaskan kalau aku menolaknya, tapi ya … sedikit mempermainkan keadaan,” jelas wanita berambut hitam itu.Leon tidak mengerti sepenuhnya, namun ia sangat lega karena Kayla tidak menerima ajakan Rio untuk kembali.“Bolehkah, aku …,” pintanya dengan sorot mata mendamba.Kayla mengangguk.Mendapatkan respon seperti itu Leon sangat bahagia dan merasa seperti ada sesuatu yang meledak lalu terbak
Kayla meletakkan gelas berisi Cappuccino panas di atas meja. Dia heran karena Rio belum juga kembali.“Rio?” panggilnya sedikit berteriak.Wanita itu bangkit dari duduknya. “Apa dia tidak tahu yang mana toiletnya?” gumamnya pelan.Lalu Kayla melihat ponsel yang tergeletak di atas meja.Sementara itu Rio sudah selesai dan hendak menutup pintu, tapi tertahan saat melihat buket mawar berukuran besar yang berada di atas nakas di samping ranjang.“Dia bilang tidak suka bunga? Jadi, apa ini? Apa itu dari pacarnya?” lirihnya dengan kening berkerut.Rio merasa Kayla menipunya dengan sengaja. Rahangnya mengeras menahan gejolak emosi, tangannya memegang kenop pintu dengan erat sampai buku-buku tangannya memutih. Padahal selama menikah, dia tidak pernah sekalipun membelikan istrinya bunga atau hadiah kejutan. Jadi, tentu tidak tahu apa Kayla suka bunga atau tidak.Aneh!Pria itu sekarang yakin kalau Kayla sudah banyak uang, jadi dia akan memanfaatkan hal itu juga.“Rio? Sedang apa kamu di sini?”
5 menit sebelumnya …Kayla terkejut mendengar telepon di ruang tamu berbunyi. Dia heran siapa yang berani mengganggunya.‘Apa mungkin ada hal penting?’Kayla dengan cepat meraih gagang telepon itu. “Halo?!”Awalnya biasa saja tapi beberapa detik kemudian raut wajahnya berubah. “Oke, aku paham. Bilang padanya kalau aku menunggu di depan kamarku!” ucapnya tegas lalu menutup panggilan telepon itu.Kayla pun beralih duduk di sofa. Dia menopang dagu dengan kedua tangannya. Kepalanya langsung berpikir keras setelah mengambil keputusan bodoh tadi.“Apa mau pria itu? Berani sekali dia kemari!” gumamnya dengan sorot mata tajam. “Oke, aku akan ikuti permainanmu!” putusnya dengan menghela napas panjang.Ya, Kayla memutuskan untuk membiarkan Rio datang ke kamar apartemennya. Dia yakin pria itu sedang merencanakan sesuatu. Lagipula dia akan menggunakan hal ini untuk membuat Sonia cemburu. Kayla pun bergegas berlari ke kamar. Dia merapikan rambut dan memoles lipstik tipis-tipis dan menyemprotkan
Rio dan Sonia terkejut mendengar itu. Rio bahkan tidak menduga sama sekali kalau Donny akan mengatakan itu. Selama ini pria itu mendukung hubungan mereka.Mungkin karena–“Kenapa, Pa? Bukannya Papa bilang menyetujui hubungan kami?” protes Sonia langsung.Rio baru saja ingin membuka mulutnya, tetapi pria itu sudah lebih dulu bicara.“Tentu saja, karena papa tidak suka dengannya! Yah, setidaknya setelah meeting waktu itu. Papa sudah malu di depan semua orang karena kalah!” ungkapnya kesal. “Siapa lagi penyebabnya? Tentu mantan istrinya dan pria tidak becus ini!” sambungnya dengan suara yang meninggi.Donny sampai menunjuk wajah Rio dengan penuh amarah. Ini bukan kali pertama bagi pria itu, kemarin setelah selesai meeting dia mengamuk pada Rio untuk meluapkan kekecewaannya.“Ma-maafkan saya, Pak. Tapi ka-”Donny langsung memotong ucapannya. “Diam! Siapa yang menyuruhmu bicara?!” teriaknya kencang.Sonia jadi bingung. Dia duduk dengan gelisah, menatap papanya dan Rio bergantian.“Papa! So
Sebelum itu …Rio baru saja masuk ke dalam rumah. Setelah mengantar Sonia, dia langsung bergegas pulang. Entah kenapa hari ini terasa begitu melelahkan. Energinya terasa terkuras semua.“Rio? Apa kamu lembur?” Suara mamanya mengagetkan pria itu. Dia pun menoleh ke arah ruang tamu yang dilewatinya. Mamanya sedang duduk manis di sofa, sudah menunggunya dari tadi.“Hmm, aku tadi pergi bersama Sonia, Ma!” jelasnya singkat.Sinta mengangguk paham lalu dengan cepat berdiri dari duduknya.“Terus, kenapa Sonia tidak kamu bawa kemari?” Mendengar pertanyaan itu kening Rio berkerut. “Yah … karena sudah malam, Ma. Biarkan dia istirahat. Nanti kapan-kapan aku bawa dia kemari,” jawabnya dengan mulut menguap.Sinta mencebikkan bibirnya karena mulai kesal. Dia harus repot menjelaskan pada putranya supaya paham.“Kenapa kamu lambat sekali bergerak, Rio? Cepatlah sedikit!” ucapnya ketus sambil menepuk lengan atas putranya.Rio sama sekali tidak mengerti maksud ucapan mamanya itu.“Maksud Mama apa sih
“A-apa? Sialan! Heh, pelayan! Apa kamu tahu aku ini siapa? Sok sekali kamu!” teriak Sonia tidak terima.Rio melihat sekeliling, beberapa tamu yang ada mulai berbisik. Dia jadi merasa tidak nyaman dan akhirnya menarik tangan gadis itu untuk pergi dari sana.“Ayo, Sayang. Kita pergi ke tempat lain saja!” Sonia berusaha berontak. “Aku tidak mau!”“Tapi sudah tidak bisa, Sayang! Apa kamu tidak malu dilihat orang di sini?!” bisiknya di telinga gadis itu.Sonia pun tersadar. Dia menghentakkan kedua kakinya di lantai dan terpaksa mengikuti Rio untuk pergi dari sana.“Akhhhh, sialan!” Sonia hanya bisa mengumpat kesal karena gagal masuk. Malah rasa malu yang mereka dapat.Di kursinya, pria itu tersenyum senang.“Akhirnya mereka pergi juga!” ucap pria itu lega.Ya, Gio yang meminta pihak restoran mengatakan peraturan itu pada Rio dan Sonia. Tentu dengan uang yang Leon punya, mudah saja bagi asistennya untuk melakukannya. Dia juga yang memberitahu Leon kalau Kayla sudah tiba dan juga melihat Ri
Kedua alis Kayla bertaut. “Ada apa sih denganmu? Dia cuma pria biasa, Nora. Jangan terlalu kaku!” ucapnya sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Nora.Wanita itu menggelengkan kepalanya cepat. “Ingat pesan, Tuan Besar! Kita harus selalu berhati-hati dalam keadaan apapun, Nona!” “Baiklah! Kalau dia macam-macam aku akan langsung menghabisinya! Hohoho!” Kayla mengatakan itu sambil tertawa yang dibuat-buat.Nora hanya bisa pasrah, tetapi tidak akan membiarkan Nona mudanya berbuat sesuka hatinya lagi. Meskipun Kayla sudah kembali pada kelompok dan keadaannya jauh lebih baik sekarang daripada saat bersama Rio.Malamnya …Sekali lagi Kayla mematut diri di depan cermin. Dengan gerakan memutar matanya mengecek apakah ada detail yang terlewat. “Heh, Kayla! Apa yang kamu lakukan? Ini kan cuma dinner biasa!” ucapnya bicara pada dirinya sendiri.Kayla merias wajahnya senatural mungkin tapi tidak sadar malah membuatnya terlihat semakin cantik. Wanita itu menggelengkan kepalanya cepat dengan