"Ahhh!"Isabella berteriak sambil melemparkan tasnya ke sofa ruang tamu.Gegas, Giovani, Sofia dan juga Julian yang semula ada di kamar langsung menghampirinya dengan terburu-buru."Mom? Ada apa?" teriak Sofia sambil berlari menuruni tangga."AH! Akan aku bunuh jalang itu! Aku benci dia! Aku benci dia!"Isabella mengambil vas bunga lalu membantingnya ke lantai. Pecahannya bahkan sampai mengenai kaki Isabella sendiri."Mommy!""Ada apa sih, Mom? Pulang-pulang kok marah-marah?"Isabella semakin mengamuk dan membanting semua yang ada dihadapannya. Giovani dan juga Julian berusaha menghentikan Isabella."Mom! Sudah!""Akh! Aku kesal sekali!"Mereka membawa Isabella duduk di sofa."Sofia, ambil kotak obat," perintah Giovani."Baik, Dad."Sofia langsung beranjak dari tempatnya. Para pelayan juga berdatangan untuk membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Isabella."Mom, ada apa sih?" tanya Julian.Julian dan Giovani sama-sama duduk di sisi Isabella. Wanita itu terlihat masih marah dengan mata
Valeria berjalan ke lorong hotel guna untuk pergi dari sana. Setelah keributan yang diakibatkan oleh Isabella, acara makan malam itu pun dibubarkan.Senyum puas terpancar dari wajah Valeria. Meskipun ini belum akhir dari segala balas dendamnya, tapi melihat wajah Isabella yang malu malam ini sudah menjadi kebahagiaan bagi Valeria.Baru juga Valeria tersenyum, tiba-tiba saja perutnya sakit. Langkah kakinya terhenti. Alisnya berubah mengkerut menahan sakit. Tangannya gemetar dan keringat dingin mulai mengalir di dahinya."Akh!"Hampir saja Valeria terhuyung, sebuah tangan kekar sudah memegangi pinggang ramping Valeria dari belakang.Aroma parfum yang tak asing di indra penciuman Valeria membuatnya mendongak."Salvatore?"Buru-buru Valeria hendak melepeskan diri, tapi Salvatore justru mengeratkan tangannya. Membuat tubuh mereka saling menempel.Tatapan tajam dan dingin Salvatore menunduk menatap netra Valeria."Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" bisik Valeria dengan nada geram.Valeria
Setelah Valeria selesai makan, Salvatore tak lagi menahannya.Valeria sendiri makan dengan cukup, jika terlalu kenyang maka perutnya akan lebih sakit. Lagipula, dia juga benar-benar membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuhnya.Mendapatkan bentuk tubuh yang ideal seperti ini sangat tidak mudah untuk Valeria. Dia harus diet dan juga olahraga rutin selama berbulan-bulan untuk mendapatkannya. Jadi sekarang Valeria benar-benar harus menjaganya."Hah!"Valeria menghela napas kasar. Pria yang baru saja memaksanya untuk makan itu masih berjalan disampingnya. Tangan Salvatore bahkan masih bertengger di pinggang Valeria."Tidak bisakah kau melepaskan ku? Aku sudah makan, mau apa lagi? Ah, kalau untuk jadi wanitamu, aku sudah bilang kan, tidak."Salvatore mengangguk beberapa kali. "Memang tidak, untuk saat ini."Valeria menoleh ke arahnya sambil melotot. "Tidak juga untuk nanti.""Valeria!"Morgan segera berlari ke arah mereka, saat mereka baru saja keluar dari hotel tersebut.Wajah datar Mor
Valeria menjalani hari-harinya dengan kepenatan bekerja. Meskipun baru saja menapakkan kakinya di dunia bisnis, Valeria mulai terkenal cukup cakap. Karena itu, lambat laun mulai banyak mitra bisnis yang bekerja sama dengannya. Valeria membawa Morreti Club ke masa kejayaannya.Siang ini, setelah ada rapat penting, Valeria langsung keluar dari kantor untuk menemui klien. Wajahnya yang dingin dan pesonanya yang sangat cantik membuat semua orang terkesima saat Valeria berjalan di keramaian.Valeria berjalan di lobi restoran mewah bersama Morgan, Mona dan beberapa karyawan Morreti Club lainnya. Mereka berjalan mengikuti Valeria di belakang"Solara Corp. memiliki jaringan luas di Eropa dan Asia, terutama dalam sektor perhotelan dan hiburan kelas atas. Mereka menawarkan akses ke pasar-pasar tersebut dan siap untuk berinvestasi besar-besaran dalam acara-acara premium yang bisa kita kelola," jelas Mona yang berjalan di samping Valeria."Bagaimana dengan keuntungannya?""Jika kesepakatan ini b
Di sebuah ruangan kantor yang terlihat besar dan mewah, terlihat Salvatore sedang berdiri sambil melihat ke luar jendela. Secangkir kopi hangat berada di tangannya.Pagi ini Milan sedang diguyur hujan dengan lebatnya. Awan hitam juga menyelimuti di langit sejauh mata memandang.Helaan napas Salvatore terlihat tenang. Aura dominasi yang kuat selalu terpancar disekitarnya."Tuan."Seorang pria berjas hitam memakai kacamata, baru saja masuk ke dalam ruangan Salvatore."Morreti Club berhasil menandatangi proyek, dan akan ikut serta dalam pembangunan Hotel kali ini," jelasnya.Salvatore menyunggingkan ujung bibirnya. Ada proyek besar yang akan di kerjakan di Salerno.Dia dengan sengaja membuka jalan agar Morreti Club bisa bergabung di proyek kali ini. Tujuan Salvatore hanya ingin mendekati Valeria. Tapi tidak disangka, Valeria benar-benar tidak melewatkan kesempatan sama sekali."Bagus, persiapkan semuanya.""Baik, Tuan."Pria itu langsung undur diri setelah menunduk, meskipun Salvatore ma
Valeria baru saja keluar dari kantor dan hendak berjalan ke arah parkiran mobil. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ada nomor tidak bernama di sana."Hallo?""Kau masih ingat suaraku, kan?"Valeria menggertakkan giginya saat tahu itu adalah suara Julian."Mau apa?""Temui aku jam 8 malam nanti," ucap Julian. "Aku ingin membicarakan sesuatu, aku tau kau pasti akan datang."Tut! Tut!Julian memutuskan sambungan telepon begitu saja. Membuat Valeria kesal setengah mati. Ingin rasanya Valeria menjambak rambut Julian.Tak lama, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Valeria. Julian mengirimkan lokasi pertemuan mereka.Valeria sendiri merasa sangat penasaran apa yang ingin dibicarakan oleh Julian, hingga harus bertemu secara pribadi seperti ini.Dia masuk ke dalam mobil ferrari miliknya, lalu melaju di jalanan kota Milan.Hari ini, Valeria pergi sendirian. Morgan mendadak ada urusan dari Lorenzo yang mengharuskannya meninggalkan Valeria. Namun, Valeria sangat yakin bisa menjaga dirinya sendiri
"Tentu saja, aku akan mengantarmu pulang."Salvatore bergerak untuk menjauhkan dirinya dari Valeria, tapi Valeria malah menarik dasinya. Salvatore terkejut karena wajah Valeria sudah tepat dihadapannya."Salvatore .., aku ..., aku ...," gumam Valeria terbata."Apa?""Boleh menciummu?"Detak jantung Valeria berdetak semakin keras. Napasnya benar-benar memburu. Ada hal yang aneh dengan tubuhnya dan Valeria tidak bisa menghentikan itu."Tidak boleh, meskipun aku sangat mau. Kamu tidak boleh menyentuhku kali ini."Salvatore melepaskan tangan Valeria di dasinya. Gegas Salvatore menjauhkan diri."Kenapa? Biasanya kamu selalu mencuri ciuman dariku," rengek Valeria.Salvatore menghela napas panjang. Dia tidak bisa menolak godaan Valeria yang sangat menggoda seperti saat ini.Wajah berseri-seri Valeria, rengekannya, dan tatapan mata Valeria malam ini benar-benar membuat Salvatore menggila. Dia menggenggam gagang setir mobil dengan kuat.Jika Valeria dalam keadan tidak terpengaruh obat, mungkin
Antonio berlari masuk ke dalam mansion. Dia segera datang saat mendapatkan kabar jika Salvatore pulang dengan seorang wanita berada di dalam gendongannya.Hal itu membuat Antonio merasa cemas. Selama ini Salvatore tidak pernah membawa seorang wanita ke rumah. Dia akan memilih bermalam di hotel jika hanya ingin bersenang-senang dengan seseorang."Antonio!"Suara Carla menghentikan langkah kaki Antonio yang hendak menaiki tangga. Antonio menoleh ke samping dan mendapati perempuan itu berdiri sambil membawa tas medisnya."Mau kemana?" ucap Carla."Kenapa kau ada di sini?" Antonio berbalik bertanya.Wanita berambut pendek sebahu dengan mata sipit itu tidak mungkin datang ke sini tanpa perintah Salvatore.Carla menarik kerah jas Antonio. Dia mengajak Antonio pergi dari sana."Lebih baik, kau jangan mengganggu mereka," ucap Carla sambil menepuk punggung Antonio.Alis Antonio terangkat. "Mereka? Jadi benar, Tuan membawa seseorang?""Em, yah. Sepertinya begitu, aku sendiri mendengarnya ..., e