Di sebuah ruangan kantor yang terlihat besar dan mewah, terlihat Salvatore sedang berdiri sambil melihat ke luar jendela. Secangkir kopi hangat berada di tangannya.Pagi ini Milan sedang diguyur hujan dengan lebatnya. Awan hitam juga menyelimuti di langit sejauh mata memandang.Helaan napas Salvatore terlihat tenang. Aura dominasi yang kuat selalu terpancar disekitarnya."Tuan."Seorang pria berjas hitam memakai kacamata, baru saja masuk ke dalam ruangan Salvatore."Morreti Club berhasil menandatangi proyek, dan akan ikut serta dalam pembangunan Hotel kali ini," jelasnya.Salvatore menyunggingkan ujung bibirnya. Ada proyek besar yang akan di kerjakan di Salerno.Dia dengan sengaja membuka jalan agar Morreti Club bisa bergabung di proyek kali ini. Tujuan Salvatore hanya ingin mendekati Valeria. Tapi tidak disangka, Valeria benar-benar tidak melewatkan kesempatan sama sekali."Bagus, persiapkan semuanya.""Baik, Tuan."Pria itu langsung undur diri setelah menunduk, meskipun Salvatore ma
Valeria baru saja keluar dari kantor dan hendak berjalan ke arah parkiran mobil. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ada nomor tidak bernama di sana."Hallo?""Kau masih ingat suaraku, kan?"Valeria menggertakkan giginya saat tahu itu adalah suara Julian."Mau apa?""Temui aku jam 8 malam nanti," ucap Julian. "Aku ingin membicarakan sesuatu, aku tau kau pasti akan datang."Tut! Tut!Julian memutuskan sambungan telepon begitu saja. Membuat Valeria kesal setengah mati. Ingin rasanya Valeria menjambak rambut Julian.Tak lama, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Valeria. Julian mengirimkan lokasi pertemuan mereka.Valeria sendiri merasa sangat penasaran apa yang ingin dibicarakan oleh Julian, hingga harus bertemu secara pribadi seperti ini.Dia masuk ke dalam mobil ferrari miliknya, lalu melaju di jalanan kota Milan.Hari ini, Valeria pergi sendirian. Morgan mendadak ada urusan dari Lorenzo yang mengharuskannya meninggalkan Valeria. Namun, Valeria sangat yakin bisa menjaga dirinya sendiri
"Tentu saja, aku akan mengantarmu pulang."Salvatore bergerak untuk menjauhkan dirinya dari Valeria, tapi Valeria malah menarik dasinya. Salvatore terkejut karena wajah Valeria sudah tepat dihadapannya."Salvatore .., aku ..., aku ...," gumam Valeria terbata."Apa?""Boleh menciummu?"Detak jantung Valeria berdetak semakin keras. Napasnya benar-benar memburu. Ada hal yang aneh dengan tubuhnya dan Valeria tidak bisa menghentikan itu."Tidak boleh, meskipun aku sangat mau. Kamu tidak boleh menyentuhku kali ini."Salvatore melepaskan tangan Valeria di dasinya. Gegas Salvatore menjauhkan diri."Kenapa? Biasanya kamu selalu mencuri ciuman dariku," rengek Valeria.Salvatore menghela napas panjang. Dia tidak bisa menolak godaan Valeria yang sangat menggoda seperti saat ini.Wajah berseri-seri Valeria, rengekannya, dan tatapan mata Valeria malam ini benar-benar membuat Salvatore menggila. Dia menggenggam gagang setir mobil dengan kuat.Jika Valeria dalam keadan tidak terpengaruh obat, mungkin
Antonio berlari masuk ke dalam mansion. Dia segera datang saat mendapatkan kabar jika Salvatore pulang dengan seorang wanita berada di dalam gendongannya.Hal itu membuat Antonio merasa cemas. Selama ini Salvatore tidak pernah membawa seorang wanita ke rumah. Dia akan memilih bermalam di hotel jika hanya ingin bersenang-senang dengan seseorang."Antonio!"Suara Carla menghentikan langkah kaki Antonio yang hendak menaiki tangga. Antonio menoleh ke samping dan mendapati perempuan itu berdiri sambil membawa tas medisnya."Mau kemana?" ucap Carla."Kenapa kau ada di sini?" Antonio berbalik bertanya.Wanita berambut pendek sebahu dengan mata sipit itu tidak mungkin datang ke sini tanpa perintah Salvatore.Carla menarik kerah jas Antonio. Dia mengajak Antonio pergi dari sana."Lebih baik, kau jangan mengganggu mereka," ucap Carla sambil menepuk punggung Antonio.Alis Antonio terangkat. "Mereka? Jadi benar, Tuan membawa seseorang?""Em, yah. Sepertinya begitu, aku sendiri mendengarnya ..., e
Hembusan napas seseorang di bahu Valeria membuatnya terbangun. Kepala Valeria terasa sangat berat dan badannya terasa tidak nyaman.Saat Valeria menoleh ke samping, dia mendapati wajah Salvatore sedang tertidur pulas sambil memeluk tubuhnya. Salvatore juga terlihat tidak mengenakan baju, hanya selimut yang menutupi separuh dari tubuhnya.Valeria terkejut bukan main. Bagaimana bisa dia satu ranjang dengan Salvatore?"Apa yang telah aku lakukan?" gumamnya sambil menutup mulutnya dengan tangan.Valeria juga menemukan tubuhnya tertutup selimut. Bisa dirasakan oleh Valeria jika tubuhnya kini telanjang dan tidak memakai pakaian apapun.Dia berusaha keras mengingat apa yang terjadi semalam. Semuanya mengalir begitu saja di kepala Valeria.Dari dia pergi ke club, sampai di mana dia merasa tubuhnya menjadi aneh. Ada Salvatore yang membantunya keluar dari para pria di sana.Mata Valeria langsung membulat saat mengingat bagaimana dia semalam memohon kepada Salvatore. Dia ingat benar. Salvatore s
"Julian benar-benar Sialan," gumam Valeria di meja kerjanya.Dia tetap harus pergi ke kantor karena akan ada rapat penting mengenai proyek barunya. Dia memakai pakaian yang disiapkan Salvatore pagi ini. Setelah sarapan bersama Salvatore, dia buru-buru berangkat ke kantor diantar anak buah Salvatore.Benar apa kata pria itu, kepalanya sangat sakit saat bangun tidur, belum lagi dadanya masih terasa sesak. Untung saja dia minum obat pemberian Salvatore, jadi Valeria merasa lebih baik.Sebelumnya, Salvatore menjelaskan, jika Valeria terpapar obat perangsang. Lalu di club, pria-pria itu memang sengaja ingin membawa Valeria. Belum lagi wartawan yang diam-diam mengikuti Valeria.Dia menduga, Julian ingin menjebaknya dengan pria-pria itu dan memunculkan skandal untuknya. Jika tidak ada Salvatore, maka hari ini pasti akan muncul kabar yang menghebohkan. Seorang pewaris Morreti bermain dengan pria asing di tempat umum. Sungguh judul yang sangat bagus untuk dibaca."Ck, bagaimana bisa aku melew
"Hah!"Valeria membanting tubuhnya di atas sofa. Hari ini sangat melelahkan untuknya. Banyak pekerjaan yang harus diurus dan lagi, tubuhnya tidak terlalu fit. Obat yang diberikan Salvatore memang bekerja, tapi tubuhnya masih sedikit lemah."Baru pulang, Honey?" Elena duduk di sofa seberang. "Semalam kamu tidak pulang?"Valeria menggelengkan kepalanya. "Aku ada urusan semalam, Mom. Maaf tidak mengabari Mommy.""Tentu saja tidak masalah, Honey. Mommy hanya khawatir kamu kenapa-kenapa. Tidak ada masalah kan?"Valeria memejamkan matanya. "Tentu saja tidak, Mom."Tak lama, Lorenzo yang baru saja pulang juga ikut bergabung bersama mereka di sana. Dia duduk di samping istrinya."Mom, kita harus berikan anak kita makan malam yang lezat untuk apa yang telah dia lakukan hari ini," kata Lorenzo."Memangnya ada apa, Dad?""Dia berhasil mendapatkan proyek besar di Salerno."Elena membulatkan matanya menatap suami dan anaknya bergantian. "Benarkah? Kalau begitu ayo kita pesan restoran mahal.""Ah,
Sudah bekali-kali Valeria menolak, tapi kini tetap saja berakhir di dalam mobil Anna.Valeria menghela napasnya saat turun dari mobil. Anna yang melihat Valeria seperti bermalas-malasan saat jalan, langsung saja menarik tangan Valeria."Ayo cepat Valeria."Mereka masuk ke restoran itu. Anna mencari-cari wajah temannya, lalu tak lama ada seseorang yang melambaikan tangan ke arah mereka.Anna langsung tersenyum dan menghampiri meja di ujung sambil menyeret Valeria. Ada dua perempuan dan satu pria duduk di sana."Anna, sini.""Hello guys, aku bawa sepupuku ke sini." Anna langsung duduk di samping perempuan berambut pirang."Bagus sekali, semakin banyak orang semakin asik.""Hai, namaku Valeria," ucap Valeria yang duduk di samping Anna."Hai, sepertinya aku pernah melihatmu. Bukankah kamu CEO Morreti Club yang baru?"Valeria tersenyum ramah lalu mengangguk sebagai jawaban. Mereka semua terkesima dengan senyuman Valeria."Wah, keren. Kita sedang makan malam dengan CEO Morreti." Mereka terl