"Valeria, mobil sudah siap." Morgan berbicara di depan kamar Valeria."Aku akan segera turun."Hari ini, Valeria akan pergi ke Salerno guna perjalanan bisnis. Tentunya perjalanan bisnis ini bersama Salvatore dan juga Julian. Mereka mengambil bagian penting dalam proyek ini.Entah apa yang dipikirkan Julian sampai-sampai membawa RC Group ke dalam proyek konstriksi. Tentunya ini hal yang bagus bagi Valeria, jika ada kesalahan kecil saja, maka RC Group akan mendapatkan nama buruk.Valeria sudah turun ke lantai bawah. Dia menggunakan setelan berwarna cokelat tua, sangat cocok dengan kulitnya.Setelah dia keluar dari lift, Mona dan Morgan sudah menyambutnya. Dia berencana membawa mereka berdua pergi ke Salerno. Akan banyak pekerjaan selama berada di sana, dan Valeria merasa cukup dengan mereka berdua."Nyonya, semuanya sudah siap," kata Mona.Valeria mengangguk lalu berjalan mendahului. Morgan dan Mona mengikutinya di belakang.Mobil hitam sudah menunggu mereka di halaman rumah. Valeria me
Setelah beberapa jam perjalanan, pesawat mendarat di bandara Salerno. Udara hangat kota pesisir menyambut mereka.Sebuah konvoi mobil hitam telah menunggu, siap membawa mereka ke hotel tempat mereka menginap malam ini. Mobil yang membawa mereka, masing-masing melaju tak terkecuali mobil yang dinaiki Valeria."Apa jadwal setelah ini?" tanya Valeria."Tidak ada jadwal yang intens, Nyonya. Setelah sampai hotel, kita banyak waktu untuk istirahat, lalu jam 8 malam ada pertemuan untuk membahas pekerjaan di lapangan besok," jelas Mona.Valeria mengangguk-angguk pelan. Mata Valeria memandang keluar jendela. Pemandangan laut di sore ini sangat menyejukkan mata Valeria.Tak lama, mereka berdua sampai di hotel. Valeria yang dibantu Morgan membawa koper, dia masuk ke dalam kamarnya."Kau tahu kan, cari aku jika perlu sesuatu. Kamarku ada di ujung lorong. Jangan berkeliaran sendirian, apalagi Julian dan Sofia ada di sini," ucap Morgan."Aku tahu itu, aku hanya ingin istirahat sekarang, sampai bert
Ruangan lounge hotel di Salerno, dengan pemandangan laut yang tenang di kejauhan, menawarkan suasana yang santai bagi siapa pun yang masuk. Sofia duduk di sofa panjang, jemarinya memegang cangkir kopi hitam yang baru disajikan. Di sebelahnya, Marvelion duduk dengan postur rileks, sesekali menghela napas panjang sambil menikmati udara pantai yang masuk dari jendela besar di ruangan itu.Julian berdiri di depan meja rendah, melihat dokumen proyek yang baru saja mereka tandatangani. Dia tampak serius, tapi tidak ada tanda-tanda ketegangan di wajahnya. Margareta, sekretaris Julian, duduk tak jauh dari situ, sibuk dengan tabletnya, mencatat beberapa hal penting yang baru saja mereka diskusikan dalam rapat sebelumnya."Aku rasa kita sudah cukup mempersiapkan semuanya," ujar Julian sambil menutup dokumen dan meletakkannya di meja. "Besok pagi kita bisa langsung meninjau lokasi proyek."Sofia mengangguk pelan, tatapannya tertuju pada Julian, tapi pikirannya melayang pada pertemuan makan malam
Valeria berjalan pelan di sepanjang pantai, pasir yang lembut di bawah kakinya tak bisa mengusir keletihan yang terasa di tubuhnya. Sudah hampir satu jam lamanya Valeria hanya berjalan mengikuti Salvatore. Dia merasa kesal. Bukan hanya karena Salvatore, tetapi juga karena setiap langkah yang diambilnya membuatnya semakin lelah."Hah!"Valeria terduduk di atas pasir. Entah apa yang dimau oleh Salvatore. Sejak tadi pria itu bahkan tidak mengeluarkan suara apapun."Aku lelah, Salvatore. Kenapa kamu memaksaku untuk terus berjalan?" Valeria mengeluh sambil menatap Salvatore yang berjalan dengan tenang di depannya.Salvatore, dengan senyum tipis yang menawan, justru menghentikan langkahnya. Valeria berdiri dengan wajah frustasi. Dia masih menunduk menendang-nendang pasir.Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Salvatore berbalik dan membungkuk sedikit, isyarat yang Valeria kenali dengan baik. Sebelum Valeria sempat menolak, Salvatore sudah menggendongnya dengan mudah, membuatnya terkejut dan h
Salvatore dengan setia menggenggam tangan Valeria. Mereka berjalan memasuki kawasan hotel.Hari sudah mulai gelap, Valeria meminta Salvatore untuk kembali. Meskipun begitu, Valeria juga terlanjur nyaman dengan bersama Salvatore. Hari ini dia melihat sisi lain dari Salvatore."Aku sudah bilang jangan bicarakan pekerjaan, jika bersamaku, kamu harus fokus denganku," kata Salvatore.Sejak tadi Valeria tak berhenti membicarakan proyek yang mereka kerjakan. Hal yang sangat aneh untuknya, padahal Valeria akan banyak diam jika bersama orang lain, apalagi jika tidak terlalu dekat. Bersama Salvatore hari ini, dia mulai berubah. Apakah Valeria benar-benar menerima Salvatore di dalam hatinya?"Aku hanya penasaran," balas Valeria.Salvatore menghela napas. "Nanti ada waktunya untuk kita membicarakan pekerjaan."Valeria mendengus sebal. Salvatore benar-benar tidak membocorkan apapun tentang bisnis. Siapa sangka, jika pria dingin itu memang lebih pendiam dari apa yang dilihat.Tangan kiri Salvatore
Malam ini, acara pertemuan mereka diadakan di lantai tujuah hotel yang mereka tempati. Semua orang yang terlibat di dalam proyek ini pergi bersama staff mereka masing-masing.Malam ini Valeria memakai baju formal. Setelah kejadian di lobi, dia langsung berendam di bak mandi untuk meredakan amarahnya. Jika bukan karena Salvatore mengajaknya pergi dari sana, mungkin dia akan membuat keributan dengan Julian.Valeria mengambil tempat duduknya di meja makan, berusaha mengabaikan ketegangan yang merayap di ruangan. Morgan dan Mona duduk di sebelah Valeria.Julian duduk tepat di depannya, matanya penuh dengan amarah yang tidak bisa dijelaskan. Sejak pertemuan itu dimulai, Valeria bisa merasakan tatapan tajam Julian, seolah-olah ia sedang menantikan momen yang tepat untuk menyerang.Berbeda dengan Julian, Marvelion juga memandangi Valeria sejak wanita itu masuk tapi tatapannya justru terlihat terpukau dengan kecantikan Valeria. Tidak bisa dipungkiri jika Marvelion memang tertarik dengan Valer
Di depan wastafel, Valeria kini sedang membasuh tangannya. Makan malam belum usai, tapi Valeria sudah muak berada di sana.Valeria menghela napas panjang saat melihat pantulan dirinya di cermin. Hari ini benar-benar melelahkan untuk Valeria.Langkah kaki jenjang Valeria pergi dari toilet untuk menuju ke ruang pertemuan. Namun, di lirong, dia melihat Marvelion menyandarkan punggungnya. Sepertinya dia sudah menunggu Valeria sejak tadi.Senyum Marvelion mengembang melihat Valeria sudah keluar dari toilet wanita. Kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana sambil menunggu langkah kaki Valeria lebih dekat ke arahnya."Mau kembali ke sana?" tanya Marvelion setelah Valeria berada di depannya. Dia pun menghalangi langkah Valeria."Tentu saja." Valeria membalasnya dengan wajah datar.Marvelion terkekeh melihat wajah Valeria yang bisa berubah setiap saat. Seperti saat mereka pertama bertemu di cafe waktu. Dia pun mengulurkan tangannya berniat menyingkirkan rambut Valeria yang ada di bahun
Baru saja Valeria meninggalkan Marvelion dan juga Sofia. Dia hendak masuk ke ruang pertemuan tadi tapi tiba-tiba tubuhnya terangkat ke udara.Valeria terpekik karena kaget. Tangan kekar sudah menggendongnya ala bridal style pergi dari tempat itu."Salvatore! Apa yang kamu lakukan?"Pria itu tak menjawab. Wajah dinginnya terlihat tak bersahabat. Entah apa yang mengacaukan suasana hatinya."Salvatore aku mau kembali ke ruang pertemuan," kata Valeria lagi."Pertemuan sudah selesai."Hanya itu yang dilontarkan dari mulut Salvatore. Meskipun Valeria merengek untuk minta di turunkan dari gendongannya, dia tidak mengidahkan hal itu.Mata Valeria membulat saat Salvatore berjalan begitu saja melewati kamar Valeria. Langkah kaki Salvatore terus berjalan sampai di depan sebuah kamar."Salvatore! Kamu membawaku kemana? Kamarku ada di sana!"Salvatore dengan mudahnya membuka kamarnya sendiri lalu membawa Valeria masuk ke dalam. Dia mengunci pintu itu, karena tahu Valeria pasti akan kabur.Tanpa ba