Share

Bab 139

Author: Lee Sizunii
last update Last Updated: 2025-02-03 20:40:49

Sore itu, langit berwarna jingga keemasan saat Valeria melangkah masuk ke dalam mansion Salvatore. Udara di luar cukup sejuk, tetapi kelelahan terasa jelas di wajahnya setelah seharian mengurus catering untuk pernikahan mereka.

Salvatore yang sedang duduk di ruang makan langsung bangkit begitu melihatnya. Tanpa bertanya, dia menggenggam tangan Valeria dan membimbingnya ke sofa.

"Duduk di sini, aku akan membuatkan sesuatu untukmu," katanya lembut.

Valeria tersenyum kecil, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Aku hanya butuh sedikit istirahat," gumamnya sambil melepas sepatu hak tinggi.

Salvatore tak mendengarkannya. Dia berjalan ke dapur dan mulai mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat salad buah, sesuatu yang ringan dan menyegarkan. Sementara itu, Valeria menyalakan televisi, mencari hiburan setelah hari yang panjang.

Layar TV menampilkan berita terbaru—tentang keluarga Ricci yang kini mengalami kemunduran drastis. Valeria menyilangkan kakinya dan tersenyum tipis saat melihat rekaman warta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 140

    Hari itu, langit cerah, seolah memberkati pernikahan dua insan yang telah melewati begitu banyak rintangan. Di dalam gereja yang dihiasi dengan bunga putih dan lilin-lilin yang berkelap-kelip, para tamu berdiri dengan penuh kekaguman saat Valeria melangkah masuk, diiringi lantunan musik lembut yang menggema di seluruh ruangan.Valeria terlihat begitu menawan dalam gaun putih panjang yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Mahkota kecil berkilauan di atas kepalanya, dan veil tipis menjuntai hingga ke lantai. Wajahnya cantik, tetapi air matanya hampir jatuh karena emosinya yang meluap-luap. Dia tidak menyangka akan sampai ke hari ini, setelah semua yang terjadi.Di sampingnya, Lorenzo Moretti berdiri tegak dengan ekspresi penuh kebanggaan dan kasih sayang. Tangannya yang kuat menggenggam lengan Valeria dengan lembut, seolah ingin memastikan bahwa putrinya baik-baik saja.Tak bisa dipungkiri jika hato Lorenzo juga sedang berdegup kencang. Ini adalah pertama kalinya dia mengantarkan putri

    Last Updated : 2025-02-04
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 141

    Saat Salvatore dan Valeria keluar dari gereja, sorak-sorai para tamu masih menggema. Bunga-bunga putih dilemparkan ke udara, memenuhi jalan setapak yang mereka lewati. Di depan gereja, sebuah mobil mewah berwarna hitam mengilap sudah menunggu—mobil yang dipilih sendiri oleh Salvatore untuk hari istimewa ini.Alih-alih membiarkan sopir yang mengemudi, Salvatore mengambil sendiri alih kemudi. Dia membuka pintu untuk Valeria, yang masuk dengan hati penuh kebahagiaan, lalu menutupnya dengan lembut sebelum berjalan ke sisi pengemudi.Saat Salvatore masuk ke dalam mobil, dia menoleh ke Valeria yang duduk di sebelahnya, gaun putihnya menjuntai anggun di kursi. "Siap, Mrs. Marino?" tanyanya dengan senyum penuh arti.Valeria tertawa kecil, menatapnya dengan tatapan penuh cinta. "Lebih dari siap."Tanpa menunggu lebih lama, Salvatore menyalakan mesin dan mulai melajukan mobil mereka menuju hotel tempat resepsi akan diadakan. Jalanan di depan mereka terasa seperti awal dari perjalanan baru, perj

    Last Updated : 2025-02-06
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 142

    Valeria terbangun dengan napas tersengal, dadanya terasa berat, dan suara bising memenuhi telinganya. Matanya yang masih buram menangkap pemandangan langit-langit rumah sakit, lampu-lampu menyilaukan yang bergerak cepat di atasnya.Dia sadar dia sedang dibawa ke ruang gawat darurat. Tubuhnya terasa sakit di mana-mana, tapi yang pertama kali dia cari adalah Salvatore.Saat matanya bergerak ke samping, dia melihat sosok Salvatore terbaring di brankar lain, tak jauh darinya. Wajahnya penuh luka, darah mengalir dari pelipisnya, dan yang paling membuat aleria terkejut-ada bekas terbakar di baju Salvatore."Sa .... Salvatore ...." Suaranya nyaris takterdengar.Namun, dia tidak bisa memastikan apakah Salvatore sadar atau tidak. Para petugas medis berlarian, panik, berteriak satu samalain."Lukanya parah! Segera bawa ke ICU!""Luka bakar di lengan kiri butuh perawatan segera!""Pasien wanita kehilangan banyak darah!""Darah tipe O negatif! Cepat!"Pikiran Valeria kacau. Dia ingin tahu apa

    Last Updated : 2025-02-06
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 143

    Saat Valeria masih menggenggam tangan Salvatore yang dingin, suara langkah cepat terdengar dari luar. Pintu kamar inap terbuka dengan kasar, dan di ambang pintu berdiri seseorang yang tak ingin Valeria lihat saat ini—Amara.Valeria menoleh dengan ekspresi kaget, tapi sebelum dia sempat mengatakan apapun, Amara langsung menghampirinya dengan tatapan penuh amarah."Dasar wanita jalang!" Amara hendak menjambak rambut Valeria tapi Morgan segera menghadangnya.Matanya penuh amarah dan air mata. Sepertinya Amara baru saja menggila."Nona, ini adalah rumah sakit. Aku akan memanggil keamanan jika kau tidak bisa mengendalikan diri," ancam Morgan."Diam kau! Minggir! Aku ingin memberikan pelajaran pada wanita itu karena telah melukai Salvatoreku," teriak Amara.Dia meronta-ronta dan Morgan mendorongnya perlahan ke arah pintu agar menjauhi Valeria. Valeria sendiri juga terlihat sangat tidak peduli dengan keadaan Amara di sana."Lepas! Ini semua salahmu, Valeria!" Suara Amara melengking, nyaris hi

    Last Updated : 2025-02-07
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 144

    Saat Morgan menggendong tubuh lemah Valeria kembali ke kamar inapnya, wajah pria itu dipenuhi kekhawatiran. Valeria terlalu memaksakan diri, padahal kondisinya masih sangat buruk. Luka di kakinya belum sepenuhnya mengering, dan dia masih kehilangan banyak darah.Begitu mereka tiba di kamar, seorang perawat segera menghampiri. "Dia butuh istirahat total," kata perawat itu tegas.Morgan hanya mengangguk, meletakkan Valeria perlahan di atas ranjang, memastikan tubuhnya nyaman. Valeria masih terengah-engah, dadanya naik turun dengan cepat, efek dari emosi dan rasa sakit yang bercampur menjadi satu. Namun, setelah disuntikkan obat penenang ringan, napasnya mulai melambat. Matanya yang semula penuh kegelisahan kini perlahan tertutup.Morgan duduk di kursi samping ranjang, menatap Valeria dengan ekspresi penuh perhatian selagi perawat memasang kembali infus di tangan Valeria. Dia tidak berniat meninggalkan Valeria sendirian. Keluarga Valeria belum tiba, dan hanya dia yang bisa memastikan wan

    Last Updated : 2025-02-07
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 145

    Begitu tiba di rumah sakit, Lorenzo, Elena, Roberto, dan Giulia langsung bergegas masuk ke dalam dengan wajah penuh kekhawatiran. Mereka disambut pemandangan yang membuat hati mereka mencelos—Valeria tampak begitu berantakan, wajahnya pucat seperti kehilangan semua darah dalam tubuhnya, matanya sembab, dan tubuhnya terlihat begitu lemah di atas kursi roda.Di sampingnya, Morgan berdiri tegap, berbicara dengan beberapa anak buah Salvatore yang masih sibuk mencari keberadaan pria itu. Suasana di lorong rumah sakit terasa tegang, udara seakan dipenuhi dengan kecemasan yang berat."Valeria!" Elena segera berjongkok di samping putrinya, matanya membasah melihat kondisi Valeria yang begitu menyedihkan.Namun, Valeria hanya tersenyum kecil, mencoba menenangkan ibunya meskipun air mata masih menggantung di pelupuk matanya. "Aku baik-baik saja, Mom."Lorenzo menatap putrinya dengan ekspresi penuh kekhawatiran, sementara Roberto dan Giulia saling bertukar pandang dengan raut serius. "Baik-baik

    Last Updated : 2025-02-07
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 146

    Satu minggu telah berlalu, dan Salvatore masih belum ditemukan. Di dalam ruangan yang diterangi cahaya temaram, Valeria duduk di kursi roda dengan wajah pucat dan mata yang sembab karena kurang tidur. Di hadapannya, beberapa layar memperlihatkan rekaman CCTV yang dikumpulkan oleh anak buah Salvatore. Tangannya yang lemah menggenggam remote kontrol, terus memutar ulang setiap detik dari rekaman yang ia tonton.Di sampingnya, Morgan menghela napas berat. "Valeria, sudah cukup," ucapnya terdengar penuh kekhawatiran, "kau baru saja keluar dari rumah sakit, kau harus beristirahat."Valeria menggeleng lemah tanpa menoleh ke arah Morgan. Matanya masih terpaku pada layar, mencari sekecil apa pun petunjuk tentang keberadaan Salvatore."Aku tidak bisa berhenti, Morgan." Suaranya serak, "Semakin lama aku diam, semakin besar kemungkinan Salvatore berada dalam bahaya."Morgan mengusap wajahnya dengan frustrasi. Dia tahu keras kepala Valeria, tapi wanita itu sudah berada di batas fisiknya."Salvato

    Last Updated : 2025-02-08
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 147

    Valeria duduk di tepi jendela kamar, tatapannya kosong menembus langit sore yang mulai memerah. Tangannya perlahan mengusap perutnya yang masih rata, merasakan kehangatan yang kini tumbuh di dalam dirinya."Salvatore …," bisiknya lirih.Janin yang tumbuh di dalam perutnya, Valeria bisa menduga itu adalah hasil dengan hubungannya terakhir kali dengan Salvatore. Entah ini membuatnya bahagia atau sedih.Seandainya pria itu ada di sini, tentu ini akan menjadi kabar yang membahagiakan. Mereka akan merayakan kehamilan ini bersama, Salvatore pasti akan melindungi dirinya dan bayi mereka dengan segala cara.Tapi kenyataannya… Salvatore menghilang.Selama seminggu terakhir, Valeria telah mencari ke berbagai tempat. Ia sudah mendatangi mansion Salvatore, berharap pria itu kembali ke rumah mereka—tapi yang ia temui hanyalah rumah kosong yang sunyi.Ia juga telah pergi ke markas Salvatore, tempat semua rencana dan strategi bisnisnya dijalankan. Morgan membantunya, tetapi tidak ada jejak Salvatore

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   EPILOG

    Lima Tahun Kemudian ....Di markas Il Leone d'Ombra, seorang gadis kecil duduk di samping seorang pria bertubuh kekar. Suasana ruangan itu penuh dengan aroma logam dan minyak senjata, namun gadis kecil itu tampak tidak terganggu sedikit pun.Antonio, pria yang tengah merapikan senjata, berkali-kali menarik napas panjang. Di sebelahnya, Elettra—gadis kecil berusia lima tahun dengan rambut ikal kecokelatan dan mata secerah musim semi—terus berbicara tanpa jeda."Uncle Antonio, kenapa peluru ini warnanya beda? Apa senjatanya juga beda? Kalau senjata ini bisa buat tembak monster nggak? Kenapa di sini gelap banget? Uncle nggak takut hantu?"Antonio menghela napas, berusaha tetap fokus membersihkan senjatanya. "Elettra, bukankah kau seharusnya menggambar atau bermain boneka? Anak seusiamu biasanya tidak tertarik pada senjata.""Aku bukan anak kecil biasa, Uncle. Aku Elettra Marino! Aku harus tahu semuanya supaya bisa melindungi Mommy dan Daddy. Kalau Uncle nggak mau jawab, aku tanya sama Da

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 210

    Elena menangis tak henti-henti di pelukan Lorenzo. Tubuhnya bergetar, wajahnya penuh kekhawatiran."Tuhan, jangan ambil putriku ..., jangan ambil cucuku ...," isaknya berulang kali.Lorenzo mencoba menenangkan istrinya, meski dalam hatinya sendiri ada badai yang tak kalah hebat. "Tenanglah, sayang. Valeria perempuan yang kuat. Dia akan baik-baik saja." Meski suaranya terdengar tenang, genggaman tangannya pada bahu Elena menunjukkan betapa kerasnya dia menahan diri untuk tidak ikut larut dalam kepanikan.Sementara itu, Anna mondar-mandir di koridor rumah sakit. Setiap detik terasa seperti menit, setiap menit terasa seperti jam."Kenapa lama sekali? Kenapa belum ada kabar?" Anna bergumam, tatapannya kosong.Di tengah semua kegaduhan itu, Salvatore justru terdiam. Dia berdiri di sudut ruangan, tubuhnya kaku seperti patung. Matanya tertuju pada pintu ruang operasi, seolah menunggu keajaiban. Namun, dalam keheningannya, tubuhnya gemetar. Keringat dingin membasahi pelipisnya."Valeria ...,

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 209

    Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Kini perut Valeria sudah semakin membesar, hampir memasuki usia delapan bulan.Musim semi menghiasi kota dengan udara hangat dan bunga bermekaran. Valeria duduk di bangku kayu di tepi jalan, menikmati es krim stroberi yang mencair perlahan di tangannya.Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Di sampingnya, Salvatore duduk santai, sesekali menyeka tetesan es krim yang hampir jatuh ke gaun Valeria."Kau tahu, Salvatore," ucap Valeria sambil menjilati sendok es krimnya. "Aku berharap anak kita nanti suka es krim sepertiku. Bagaimana menurutmu?"Salvatore tertawa kecil. "Kalau begitu, aku harus siap-siap mengisi freezer penuh es krim. Anak kita akan jadi pecinta es krim garis keras sepertimu."Valeria tertawa terbahak. Suara tawanya menggema lembut di tengah keramaian jalan. Beberapa orang yang lewat ikut tersenyum melihat pasangan itu, seolah kebahagiaan mereka menular.Tas belanja di kaki mereka penuh dengan perlengkapan ba

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 208

    Matahari mulai tenggelam, menciptakan gradasi oranye dan ungu di langit senja. Salvatore duduk di kursi balkon kamar Valeria, memandangi langit dengan tatapan kosong.Angin sore berhembus lembut, namun tidak mampu mendinginkan pikirannya yang berkecamuk. Kata-kata Julian terus terngiang di kepalanya, mengalun seperti nada minor yang menghantui."Lepaskan Sofia .... Hentikan penyiksaannya ...."Salvatore memijit pelipisnya. Rasa pusing itu kembali datang, semakin tajam seiring bayangan-bayangan samar yang muncul. Wajah Sofia, jeruji penjara, dan suara erangan kesakitan yang entah berasal dari mana. Apa benar semua itu ulahnya?Dia mendesah panjang, rasa bersalah mulai merayapi hatinya. Bagaimana mungkin dia mencintai Valeria namun di saat yang sama menyakiti orang lain? Apakah ini sisi gelapnya yang tersembunyi?"Salvatore?"Suara lembut Valeria membuyarkan lamunannya. Salvatore menoleh, melihat Valeria berdiri di sampingnya dengan segelas jus segar di tangannya. Senyum perempuan itu t

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 207

    Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit, Salvatore dan Valeria keluar dengan senyum lega. Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi mereka baik-baik saja. Kaki Salvatore hanya memerlukan sedikit terapi, dan kehamilan Valeria dalam keadaan sehat. Beban yang sempat menggantung di benak mereka pun perlahan terangkat."Ayo, kita makan siang. Aku sudah lapar," ujar Valeria ceria, menggenggam tangan Salvatore dengan erat."Aku juga," Salvatore tersenyum hangat. "Ada restoran di sekitar sini yang katanya enak. Mau coba?""Tahu darimana?""Tadi aku sempat mendengar percakapan orang di rumah sakit. Mau coba makan di sana?"Valeria mengangguk antusias. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju restoran kecil berdesain klasik yang tak jauh dari rumah sakit. Suasananya tenang dengan dekorasi kayu dan jendela besar yang menghadap ke taman kota.Mereka memilih meja di dekat jendela, menikmati pemandangan hijau di luar sembari menunggu pesanan datang. Percakapan ringan mengalir, sesekali diiringi

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 206

    Sinar matahari pagi menerobos jendela ruang makan, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di atas meja kayu panjang yang telah dipenuhi oleh berbagai hidangan sarapan. Aroma roti panggang yang baru matang, telur dadar lembut, dan kopi hitam pekat menguar di udara, memberikan suasana hangat di rumah keluarga Valeria.Di ujung meja, Salvatore duduk dengan rapi dalam setelan kasual, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku dan celana panjang gelap. Di sebelahnya, Valeria tampak anggun dalam gaun sederhana berwarna pastel yang lembut membungkus tubuhnya yang kini tengah mengandung. Tangannya sesekali mengusap perutnya yang mulai membuncit, seolah secara naluriah melindungi kehidupan kecil di dalamnya.Elena meletakkan cangkir kopi di depannya, kemudian duduk di samping Lorenzo. Giulia dan Roberto juga telah mengambil tempat, memulai sarapan dengan senda gurau kecil."Kalian tampak rapi pagi ini." Elena membuka percakapan dengan senyum keibuan. "Ada acara khusus?"Valeria dan Sa

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 205

    Kamar tidur itu terasa hangat dengan cahaya lembut yang memancar dari lampu meja. Udara malam yang sejuk menyusup melalui jendela yang sedikit terbuka, menggoyangkan tirai tipis yang mengalir seperti ombak tenang. Di depan cermin besar yang terpasang di dinding, Valeria berdiri dengan ekspresi frustrasi.Tangannya sibuk menarik-narik gaun berwarna pastel yang kini tampak terlalu ketat di bagian perutnya yang membuncit. Pakaian lain berserakan di sekitar kakinya, menandakan betapa keras usahanya untuk menemukan sesuatu yang nyaman dikenakan."Kenapa sih nggak ada satu pun yang muat? Apa aku harus pakai bajunya Aunty Giulia aja mulai sekarang?" Valeria mengomel sendiri, wajahnya berkerut lucu.Pintu kamar berderit pelan, dan Salvatore muncul di ambang pintu. Langkahnya tenang, namun sorot matanya dipenuhi rasa cinta yang mendalam.Setelah percakapannya dengan Lorenzo di tepi kolam, perasaannya seolah memuncak—seakan ada benang merah yang mengikat hatinya lebih erat kepada Valeria. Rasa

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 204

    Malam merambat pelan, membawa kesunyian yang menenangkan di sekitar rumah keluarga Morreti. Angin sepoi-sepoi membelai permukaan kolam renang, menciptakan riak-riak kecil yang memantulkan cahaya bulan. Di tepi kolam itu, Salvatore duduk di bangku kayu, membiarkan pikirannya melayang.Bersama semua kegugupan dan ketakutannya, akhirnya dia merasa lega. Keluarga Valeria menerima dirinya apa adanya, tanpa perlu embel-embel masa lalu yang tidak bisa diingatnya. Namun, di tengah kelegaan itu, terselip perasaan kosong—seperti ada bagian dirinya yang masih hilang di dalam kabut ingatan yang gelap."Kau sendirian di sini?"Suara berat namun lembut itu membuat Salvatore menoleh. Lorenzo berdiri di belakangnya, membawa dua gelas wine di tangannya. Wajahnya tampak tenang, namun di balik mata yang bijak itu, ada rasa lelah yang terpendam."Ya, aku hanya ..., mencoba menenangkan diri dan mencari udara segar." Salvatore tersenyum tipis.Lorenzo menyerahkan salah satu gelas wine kepada Salvatore dan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 203

    Sebuah mobil hitam mengawal perjalanan Salvatore menuju ke kediaman Morreti dan rombongan lainnya kembali ke markas. Morgan yang duduk di belakang kemudi sesekali melirik Salvatore lewat kaca spion, melihat pria itu menggigit bibir bawahnya, tanda jelas kegugupan."Hei, tenang saja." Morgan membuka percakapan, mencoba mencairkan suasana. "Keluarga Valeria tidak menggigit, kok."Salvatore menghela napas panjang. "Itu bukan masalahnya. Aku tidak ingat apa-apa. Bagaimana kalau aku salah bicara? Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku?"Valeria, yang duduk di samping Salvatore, menggenggam tangannya erat. "Kau tidak perlu khawatir. Mereka akan mencintaimu, Salvatore. Lagipula, aku di sini bersamamu."Salvatore menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh keyakinan Valeria. Perlahan, kegugupannya sedikit mereda."Kalau begitu, jangan tinggalkan aku, ya?" bisik Salvatore, suaranya penuh harap."Tidak akan." Valeria tersenyum lembut.Morgan sedikit merinding dan tertawa geli diam-diam. Salv

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status