Fahri bangun dari tidurnya, badannya terasa berat seperti ada yang mengikat tubuhnya saat ini. Dia membuka matanya secara perlahan, melihat apa sebenarnya yang membuat tubuhnya terikat. Matanya yang terbuka langsung berubah menjadi tajam, saat melihat apa yang mengikatnya. Ternyata itu Lita yang tidur dengan memeluknya saat ini, sungguh dia tidak suka berdekatan dengan perempuan yang telah sah menjadi istrinya beberapa hari ini.
Dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita pada tubuhnya dan langsung menendang perempuan itu hingga terjatuh ke lantai.
Talita tentu saja terbangun dengan kesakitan, karena tendangan Fahri dan juga karena dia terjatuh begitu keras kelantai saat ini.
“Arkkk,.” Ucapnya saat terjatuh. Lita mendongak sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit melihat Fahri yang duduk di tempat tidur sambil melihatnya marah.
“Sayang, kamu..” belum juga Lita bicara banyak Fahri sudah terlebih dahulu memotongnya.
“Sudah berapa kali ku bilang, jangan panggil aku sayang mengerti. Aku tidak sudi dirimu menyebutku sayang”
Mata Lita langsung terbuka lebar menatap tak mengerti Fahri.
“Kamu ini kenapa sih sama aku, sudah tiga hari kamu kasar begini sama” Lita berdiri dari duduknya dilantai dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang.Fahri hanya diam saja, dia beranjak dari tempat tidur malas menatap wajah kebingungan dari Lita.
“Fahri, aku tanya loh sama kamu” Lita ikut beranjak dari kasur dan mengejar Fahri yang akan ke kamar mandi. Dia memegang tangan suaminya tersebut tetapi langsung dihempaskan oleh Fahri.“Aku bilang, jangan sentuh aku. Tidak sudi perempuan sepertimu menyentuhku sekarang” sorotan tajam dimata Fahri begitu menusuk.
Hati Lita begitu sakit melihat sorot mata itu, dia semakin tidak mengerti dengan Fahri kenapa sikapnya berbah. Tidak bisa begini terus ia harus terus mendesak Fahri sebenarnya kenapa dia memperlakukan dirinya seperti ini.
“Fahri tunggu, aku belum selesai dan kamu belum jawab aku” Lita menghalangi langkah Fahri yang akan masuk ke kamar mandi dengan menghadang dirinya.
“Minggir, aku harus pergi ke kantor” lagi Fahri mendorong kuat Lita hingga terkantuk sudut meja.
“Arkkh,..” Lita mengerang sakit begitu keras.
Fahri yang akan masuk kedalam kamar mandi langsung terhenti, dia melihat kearah Lita yang barusan ia dorong. Dan matanya langsung membola, dahi perempuan itu berdarah dengan sangat banyak saat berbalik menatapnya. Rasa bersalah sedikit bersarang dihatinya kini.
“Ahh, menyusahkan saja” Fahri mendekati Lita yang memegangi dahinya yang berdarah. Sisi lain dahinya telah berdarah dan ini sebelahnya lagi. Kini dahinya penuh luka.
“Sini,..” Fahri menarik kuat lengan Lita mendorong perempuan itu untuk duduk di tempat tidur.Lita hanya menatap Fahri yang langsung pergi mengarah ke lemari obat yang ada dikamar mereka. Fahri mengambil kotak P3k dari dalam lemari itu dan setelah mengambilnya dia langsung berjalan mendekati Lita yang tengah melihatnya.
“Ini obati sendiri luka mu” Fahri melempar kotak p3k tersebut ke tempat tidur.
“Fahri sebenarnya kamu kenapa? Kenapa kamu begini padaku, bilang aku salah apa?” ucap Lita sambil menangis. Jujur dia benar-benar bingung. Bukannya menjawab Fahri malah masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Lita duduk sendirian meratap miris tangannya yang terdapat noda darah dari dahinya.
“Aku salah apa padamu Fahri, apa kamu tidak mencintaiku. Apa benar kata kakakku ada yang aneh denganmu tapi apa?” Lita berbicara sendiri sambil menangis menatap pintu kamar mandi yang tertutup.
.........
Fahri berjalan dalam diam, masuk ke kantor yang teramat besar bagaimana tidak bisa jika perusahaan ini alias milik mertuanya adalah perusahaan keluarga terbesar.
Dia membuka pintu ruangan didepannya, di sana ada ayah mertua dan juga kakak iparnya yang sedang bicara serius. Saat melihat dirinya masuk David kakak iparnya menatap tidak suka padanya.
“Fahri kamu sudah datang?” ucap Aryo berdiri menyambut Fahri dengan ramah.
“Iya Pa” Fahri ikut duduk bersama mereka di sofa ruangan itu
“Selamat bergabung di perusahaan kita Fahri” ucap Aryo.
“Selamat bergabung” pungkas David.
“Terimakasih untuk kalian berdua” balas Fahri.
“Karena kamu sudah bergabung dengan kita mengurus perusahaan ini. Kamu Papa beri kewenangan untuk mengurus cabang dari perusahaan RV Group. Kamu menjadi presdir di sana, kamu juga bisa mengajak perusahaan Papamu untuk bekerja sama” ucap Aryo.
Perkataan Aryo itu membuat David dan Fahri sendiri merasa terkejut, dia tidak menyangka mertuanya akan menjadikan dirinya presdir di perusahaan cabang.
“Papa..” David hendak protes tapi tangan Aryo sudah mengangkat keatas tanda dia bilang berhenti bicara.
“Papa berikan itu padamu karena Papa sangat berterimakasih, karena dirimu telah membuat Talita berubah menjadi lebih baik. Terimakasih Fahri” ucap Aryo mengatakan itu semua dengan terharu.
Fahri hanya diam saja, ternyata itu yang membuat mertuanya memberikan perusahaan untuknya saat ini. Tidak sia-sia juga ia mendekati perempuan itu.
...............
Lita duduk di meja sebuah cafe, dia menunggu Mama tirinya atau mama yang ia kenal dulu sebagai Mama kandungnya tapi ternyata bukan. Walaupun perempuan itu bukan Mama kandungnya, Mamanya itu menyayangi dirinya layaknya anaknya sendiri. Dulu dia pernah sih dibenci oleh Mamanya tapi kini tidak istri Papanya itu menjadi menyayanginya. Bahkan mamanya lebih menyayangi dirinya daripada adiknya.
Lita duduk disitu dengan gelisah, ia takut kalau mamanya akan bertanya soal kedua luka di dahinya saat ini. Apa yang harus ia jawab,.
“Lita,.” Perempuan paruh Baya datang menaruh tasnya dimeja menarik kursi dan duduk didepan Lita saat ini.
“Mama,” pungkas Lita segera berdiri dan memeluk Mamanya itu.
“Mama nggak ketemu kamu beberapa hari, kok ada yang beda ya sama kamu. Astaga, dahi kamu kenapa nak” Nafa tampak terkejut melihat dahi anaknya yang terdapat dua plaster luka di dahinya.
“Emm,..i..ini, ini aku tidak sengaja keserempet motor diparkiran mal” ucap Lita bingung untuk menjawab.
Nafa hanya diam, ia menangkap ada yang aneh dengan jawaban Lita. Kalau misalnya keserempet motor dan dia jatuh kenapa hanya dahinya saja yang luka.
“Mama kenapa kok ingin ketemu sama aku?” ucap Lita mengalihkan pembicaraan.
“David yang nyuruh Mama buat ngomong sama kamu” ucap Nafa.
“Ngomong sama aku, soal apa ma?”
“Gimana ya mama bilangnya?” Nafa tampa bingung.
“Bilang aja Ma, nggak usah ragu”
“Dia bilang ada yang nggak beres sama suami kamu, katanya kamu suruh hati-hati sama dia” jelas Nafa melihat wajah anaknya yang langsung dingin.
“Kak David tuh kenapa sih Ma, dia kemarin juga bilang begitu sama aku soal mas Fahmi. Mas Fahmi tuh orangnya baik ma, nggak jahat kenapa aku suruh hati-hati”
“Mama juga tidak tahu Lita, kakakku yang terlalu takut kalau suami kamu jahat sama kamu. Dia takut adiknya terluka”
“Ciih, nggak mungkin kak David begitu. Dia nggak sayang sama aku ma, tahu sendiri mama dia seperti apa”
“Kakak kamu itu sayang sama kamu Lita, walaupun dia pernah jahat sama kamu dulu. dia mungkin syok jadi begitu. Mama juga dulu begitu kan sama kamu”
“Tapi Mama beda nggak kayak dia, Mama langsung sayang sama aku sedari aku kecil bahkan masih berumur beberapa bulan” pungkas Lita.
“Kalau kak David, dia baik denganku waktu aku lulu SMA. Itupun aneh kenapa dia begitu padahal dari kecil dia selalu jahat padaku. Mama nggak ingat, waktu dia SMP dia membuang ku kemana?”ucap Lita lagi.Nafa hanya bisa diam saja, dia tahu harus bicara apa. Memang benar sih dulu David jahat sekali dengan Lita. Tapi anak laki-lakinya itu kini sangat menyayangi lita, dia terlihat overprotektif dengan Lita bukan dengan Lita saja tapi dengan Talia juga David begitu over. Mungkin karena adiknya perempuan semua dan dia laki-laki sendiri jadi ia lebih bersikap mengekang adik-adiknya.
........
Fahri sudah pulang dari kantor saat ini, dia masuk kedalam rumahnya sambil melepaskan dasi yang ia kenakan. Dari arah dalam mbok Jum dan sekar berjalan menghampiri Fahri yang langsung berhenti melangkah.
“Ada apa?” ucap Fahri menatap kedua orang didepannya.
“Non Lita den, dia sakit. Dan sedari tadi dia tidak makan” ucap Mbok Jum dengan penuh khawatir.
“Oh, aku kira apa. Ya sudah sana, aku ke kamarku dulu”
Mendengar itu mbok Jum dan Sekar hanya saling melihat saja dia bingung kenapa dengan sikap Marco yang sepertinya biasa-biasa saja.
Fahri membuka pintu kamarnya, dia berdecih menatap sinis Lita yang sedang tidur berselimut.
“Hei bangun, siapkan bajuku untuk tidur” ucap Fahri.
Perlahan Lita membuka matanya, melihat suaminya yang berdiri disampingnya.
“Mas,. Ada apa ya?” ucapnya lirih dan terkesan lemah.
“Kamu tuli, baru saja aku bilang siapkan bajuku untuk tidur” Fahri membuka paksa selimut Lita.
“Iya aku siapkan, kamu mandi dulu saja”
“Tidak kau suruh pun aku akan mandi” ketus Fahri dan langsung berjalan pergi ke kamar mandi.
Lita sendiri langsung beranjak turun dari tempat tidurnya saat ini dan akan mengambil baju untuk Fahri.
°°°
T.B.C
°°°
T.B.CLita yang kondisi tubuhnya sedang tidak enak badan semakin begitu terasa malam ini. Dia menjadi mengigil, melihat kesamping nya Fahri yang sudah tidur dengan nyenyak berselimutkan tebal tanpa menyisah kan untuknya barang sepucuk saja. “Mas, selimutnya jangan dipakai sendiri. Aku kedinginan sekarang” ucap Lita memegang bahu Fahri membangunkannya. Fahri hanya diam saja tidak menggubris bareng sedikitpun, lagi Lita mencoba membangunkan Fahri dan menarik pelan selimutnya. “Mas, aku benar-benar kedinginan.” Lirih Lita menarik selimutnya dari Fahri. Fahri terbangun karena tarikan itu, dia menatap Lita dengan setengah mengantuk tapi pandangan matanya menyiratkan ketidak sukaan dirinya pada sang istri. “Kamu berisik ya, mengganggu orang tidur saja. Kenapa?” bentak Fahri
“Hey bangun, aku bilang bangun” ucap Fahri setelah memberi nafas buatan untuk Lita yang belum juga sadar. Dia terus-terus memompa dada Lita mengeluarkan air dari dalam tubuh perempuan tersebut. “Aku bilang bangun, kau akan membuatku dipenjara” ucap Fahri berkali-kali, dia juga terus-terusan memberikan nafas buatan untuk Talita. Uhuhukkkk Akhirnya setelah berkali-kali Fahri memberi nafas buatan untuk Talita, perempuan tersebut memuntahkan air dari dalam mulutnya dia terbatuk-batuk dan perlahan membuka matanya. Didepannya saat ini ada Fahri yang melihatnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia artikan sama sekali.“Bangun, kau merepotkan saja” Fahri menarik Lita agar duduk. “Syukurlah kau tidak mati” tukasnya lagi langsung berdiri.
Hembusan angin disiang hari begitu kencang menemani Lita yang berjalan turun dari mobilnya. Ia memandang rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumahnya. Rumah yang terlihat begitu nyaman didepannya saat ini.“Kamu harus melakukan ini Fa, ayo harus kuat siap menerima apapun itu” ucap Lita mencoba menguatkan dirinya dia menghembuskan nafasnya melonggarkan dadanya agar tidak tegang memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju pintu rumah didepannya. Ini rumah keluarga fahri, dia harus mencari informasi soal Fahri pada kedua orang tua pria itu.Lita mengetuk pintu rumah tersebut dengan was-was, tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang pelayan yang memakai seragam hitam dan putihnya.“Iya mbak, cari siapa ya?” ucap pelayan tersebut saat melihat Lita yang tercengang karena melihat orang yang sebelumnya tidak pernah Lihat. Hatinya menjadi
Lita pagi-pagi sekali sudah keluar dari rumah, dia saat ini sedang mengendarai mobilnya sendiri. Tujuannya kini yaitu mencari ibu kandungnya entah dimana dia saat ini. Rasa penasarannya tentang ibu kandung begitu memuncak, ia ingin sekali menemui sosok ibu kandungnya yang selama ini belum pernah ia temui sama sekali dalam hidupnya. Ayahnya itu terlalu pintar untuk menyembunyikan masa lalunya dari media atau apapun.Sebelum dia mengorek tentang kehidupan Fahri, ia lebih memilih untuk mencari keberadaan ibu kandungnya itu dimana saat ini.Dari informasi yang ia dengar ibunya itu tinggal disebuah kota yang agak jauh dari tempat tinggalnya sekarang dan dari informannya juga ia baru mengetahui kalau ibunya bernama Julie Safitri.“Aku akan menemui mu Bu, aku penasaran dengan wajahmu. Kenapa kau tidak pernah menemui ku selama hidupku ini, apa Papa yang melarang mu untuk menemui ku?” ucap Lita sambil fokus menyetir seb
Malam sudah tiba, waktu magrib juga sudah terlewat beberapa menit. Lita sendiri saat ini baru pulang dari keluar bersama kakaknya David. Kakaknya iru mengajak dirinya untuk menghabiskan waktu bersama ke Mal dan kemanapun yang membuat hatinya saat ini lebih baik daripada pagi tadi saat dia bertemu dengan Mama kandungnya.Benar kata Mama Nafa, kalau kakaknya David memang menyayangi dirinya. Dia selama ini bersikap begitu juga demi dirinya agar tidak tersakiti.Lita turun dari mobilnya saat ini, setelah menghentikannya di depan rumah. Seorang sopir di rumahnya mendatangi dirinya segera saja Lia memberikan kunci mobilnya tersebut pada Mang dadang supir dirumahnya itu.Lita segera berjalan menuju pintu rumahnya saat ini, magrib sudah berlalu kemungkinan Fahri sudah pulang kalau pria itu tidak minum-minuman seperti kemarin.Lita membuka pintu rumahnya yang tertutup secara perlahan, matanya melihat ruang tamunya saat ini dia
"Saya terima nikahnya Talita Devina Ravero binti Aryo Dinata Ravero dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pria yang diketahui bernama Fahri itu dengan cukup lantang. "Bagaimana para Saksi Sah.." ucap penghulu memperhatikan beberapa orang yang ada di situ. "SAH" ucap mereka semua dengan serempak. "Alhamdullilah" sahut semua dan dilanjutkan dengan doa. Selesai doa Fahri segera mencium kening istrinya dengan lembut. Lita tersenyum tipis dengan apa yang dilakukan Fahri, hatinya saat ini sangat berbunga karena pria yang ia cintai telah menikahinya secara sah. "Fahri saya serahkan putriku padamu, tolong jaga dia dan lindungi dia seperti aku melindunginya selama ini" ucap Aryo pada pria yang telah menikahi anaknya. "Iya Pa, pasti aku akan menjaganya seperti Papa yang menjaga dan melindungi Lita" pungkas Fahri pada Aryo yang sudah menjadi mertuanya. Mereka bertiga berdiri agak jauh dari orang-orang, "Terimakasih s
Talita bangun pagi-pagi sekali, bahakan matahari pun belum menampakkan wujudnya. Dia terbangun karena getar ponselnya yang ada di nakas meja sebelah dirinya saat ini. Segera saja dia langsung mematikan bunyi alarm di Hpnya agar suaminya yang sedang tidur membelakangi tidak terbangun. “Setengah lima, aku harus bangun dan menyiapkan semua buat mas Fahri” ucap Talita, dia segera bangkit dari tempat tidur secara hati-hati tentunya. “Mana ya kopernya mas Fahri, baju dinasnya diakan masih ada di dalam koper” pungkas dena berjalan kearah koper yang ada disudut kamar. Lita segera membuka koper milik suaminya, untuk mengambil baju dinas polisi disitu. ia akan menyetrikanya. Sehingga ketika suaminya berangkat dinas nanti bajunya sudah siap. Ternyata bajunya ada tepat di atas sendiri sehingga memudahkan Lita untuk tidak mengobrak-abrik dalam koper Fahri. Ia mengambil baju berwarna coklat itu beserta celananya dan membawanya pergi dari kamar saat ini. Dil
Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian. “Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini. “Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam. Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya. “Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri. “Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv. “Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini. “Loh Shena mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.
Malam sudah tiba, waktu magrib juga sudah terlewat beberapa menit. Lita sendiri saat ini baru pulang dari keluar bersama kakaknya David. Kakaknya iru mengajak dirinya untuk menghabiskan waktu bersama ke Mal dan kemanapun yang membuat hatinya saat ini lebih baik daripada pagi tadi saat dia bertemu dengan Mama kandungnya.Benar kata Mama Nafa, kalau kakaknya David memang menyayangi dirinya. Dia selama ini bersikap begitu juga demi dirinya agar tidak tersakiti.Lita turun dari mobilnya saat ini, setelah menghentikannya di depan rumah. Seorang sopir di rumahnya mendatangi dirinya segera saja Lia memberikan kunci mobilnya tersebut pada Mang dadang supir dirumahnya itu.Lita segera berjalan menuju pintu rumahnya saat ini, magrib sudah berlalu kemungkinan Fahri sudah pulang kalau pria itu tidak minum-minuman seperti kemarin.Lita membuka pintu rumahnya yang tertutup secara perlahan, matanya melihat ruang tamunya saat ini dia
Lita pagi-pagi sekali sudah keluar dari rumah, dia saat ini sedang mengendarai mobilnya sendiri. Tujuannya kini yaitu mencari ibu kandungnya entah dimana dia saat ini. Rasa penasarannya tentang ibu kandung begitu memuncak, ia ingin sekali menemui sosok ibu kandungnya yang selama ini belum pernah ia temui sama sekali dalam hidupnya. Ayahnya itu terlalu pintar untuk menyembunyikan masa lalunya dari media atau apapun.Sebelum dia mengorek tentang kehidupan Fahri, ia lebih memilih untuk mencari keberadaan ibu kandungnya itu dimana saat ini.Dari informasi yang ia dengar ibunya itu tinggal disebuah kota yang agak jauh dari tempat tinggalnya sekarang dan dari informannya juga ia baru mengetahui kalau ibunya bernama Julie Safitri.“Aku akan menemui mu Bu, aku penasaran dengan wajahmu. Kenapa kau tidak pernah menemui ku selama hidupku ini, apa Papa yang melarang mu untuk menemui ku?” ucap Lita sambil fokus menyetir seb
Hembusan angin disiang hari begitu kencang menemani Lita yang berjalan turun dari mobilnya. Ia memandang rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumahnya. Rumah yang terlihat begitu nyaman didepannya saat ini.“Kamu harus melakukan ini Fa, ayo harus kuat siap menerima apapun itu” ucap Lita mencoba menguatkan dirinya dia menghembuskan nafasnya melonggarkan dadanya agar tidak tegang memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju pintu rumah didepannya. Ini rumah keluarga fahri, dia harus mencari informasi soal Fahri pada kedua orang tua pria itu.Lita mengetuk pintu rumah tersebut dengan was-was, tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang pelayan yang memakai seragam hitam dan putihnya.“Iya mbak, cari siapa ya?” ucap pelayan tersebut saat melihat Lita yang tercengang karena melihat orang yang sebelumnya tidak pernah Lihat. Hatinya menjadi
“Hey bangun, aku bilang bangun” ucap Fahri setelah memberi nafas buatan untuk Lita yang belum juga sadar. Dia terus-terus memompa dada Lita mengeluarkan air dari dalam tubuh perempuan tersebut. “Aku bilang bangun, kau akan membuatku dipenjara” ucap Fahri berkali-kali, dia juga terus-terusan memberikan nafas buatan untuk Talita. Uhuhukkkk Akhirnya setelah berkali-kali Fahri memberi nafas buatan untuk Talita, perempuan tersebut memuntahkan air dari dalam mulutnya dia terbatuk-batuk dan perlahan membuka matanya. Didepannya saat ini ada Fahri yang melihatnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia artikan sama sekali.“Bangun, kau merepotkan saja” Fahri menarik Lita agar duduk. “Syukurlah kau tidak mati” tukasnya lagi langsung berdiri.
Lita yang kondisi tubuhnya sedang tidak enak badan semakin begitu terasa malam ini. Dia menjadi mengigil, melihat kesamping nya Fahri yang sudah tidur dengan nyenyak berselimutkan tebal tanpa menyisah kan untuknya barang sepucuk saja. “Mas, selimutnya jangan dipakai sendiri. Aku kedinginan sekarang” ucap Lita memegang bahu Fahri membangunkannya. Fahri hanya diam saja tidak menggubris bareng sedikitpun, lagi Lita mencoba membangunkan Fahri dan menarik pelan selimutnya. “Mas, aku benar-benar kedinginan.” Lirih Lita menarik selimutnya dari Fahri. Fahri terbangun karena tarikan itu, dia menatap Lita dengan setengah mengantuk tapi pandangan matanya menyiratkan ketidak sukaan dirinya pada sang istri. “Kamu berisik ya, mengganggu orang tidur saja. Kenapa?” bentak Fahri
Fahri bangun dari tidurnya, badannya terasa berat seperti ada yang mengikat tubuhnya saat ini. Dia membuka matanya secara perlahan, melihat apa sebenarnya yang membuat tubuhnya terikat. Matanya yang terbuka langsung berubah menjadi tajam, saat melihat apa yang mengikatnya. Ternyata itu Lita yang tidur dengan memeluknya saat ini, sungguh dia tidak suka berdekatan dengan perempuan yang telah sah menjadi istrinya beberapa hari ini. Dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita pada tubuhnya dan langsung menendang perempuan itu hingga terjatuh ke lantai. Talita tentu saja terbangun dengan kesakitan, karena tendangan Fahri dan juga karena dia terjatuh begitu keras kelantai saat ini. “Arkkk,.” Ucapnya saat terjatuh. Lita mendongak sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit melihat Fahri yang duduk di tempat tidur sambil melihatnya marah.
Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian. “Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini. “Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam. Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya. “Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri. “Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv. “Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini. “Loh Shena mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.
Talita bangun pagi-pagi sekali, bahakan matahari pun belum menampakkan wujudnya. Dia terbangun karena getar ponselnya yang ada di nakas meja sebelah dirinya saat ini. Segera saja dia langsung mematikan bunyi alarm di Hpnya agar suaminya yang sedang tidur membelakangi tidak terbangun. “Setengah lima, aku harus bangun dan menyiapkan semua buat mas Fahri” ucap Talita, dia segera bangkit dari tempat tidur secara hati-hati tentunya. “Mana ya kopernya mas Fahri, baju dinasnya diakan masih ada di dalam koper” pungkas dena berjalan kearah koper yang ada disudut kamar. Lita segera membuka koper milik suaminya, untuk mengambil baju dinas polisi disitu. ia akan menyetrikanya. Sehingga ketika suaminya berangkat dinas nanti bajunya sudah siap. Ternyata bajunya ada tepat di atas sendiri sehingga memudahkan Lita untuk tidak mengobrak-abrik dalam koper Fahri. Ia mengambil baju berwarna coklat itu beserta celananya dan membawanya pergi dari kamar saat ini. Dil
"Saya terima nikahnya Talita Devina Ravero binti Aryo Dinata Ravero dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pria yang diketahui bernama Fahri itu dengan cukup lantang. "Bagaimana para Saksi Sah.." ucap penghulu memperhatikan beberapa orang yang ada di situ. "SAH" ucap mereka semua dengan serempak. "Alhamdullilah" sahut semua dan dilanjutkan dengan doa. Selesai doa Fahri segera mencium kening istrinya dengan lembut. Lita tersenyum tipis dengan apa yang dilakukan Fahri, hatinya saat ini sangat berbunga karena pria yang ia cintai telah menikahinya secara sah. "Fahri saya serahkan putriku padamu, tolong jaga dia dan lindungi dia seperti aku melindunginya selama ini" ucap Aryo pada pria yang telah menikahi anaknya. "Iya Pa, pasti aku akan menjaganya seperti Papa yang menjaga dan melindungi Lita" pungkas Fahri pada Aryo yang sudah menjadi mertuanya. Mereka bertiga berdiri agak jauh dari orang-orang, "Terimakasih s