Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian.
“Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini.
“Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam.
Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya.
“Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri.
“Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv.
“Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini.
“Loh Shena mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.
“kenapa sih Papa sama mama nanyain dia?” ucap Fahri ketus dan mendudukkan dirinya di sofa single.
“Bagaimana Papa sama Mama tidak menanyakan tentang Shena, dia istri kamu” tukas Sasongko saat masuk ke ruang tengah.
“Benar kata Papa, dia istri kamu. Jadi bagaimana kita tidak menanyakan soal Talita” ucap Wulan ikut menimpali suaminya.
“Bukannya Papa dan Mama sudah tahu kenapa aku ingi menikahinya. Jangan terlalu menganggap dia sebagai menantu” sergah Fahri tidak suka.
“Fahri, lupakan semuanya. Dia orang yang baik tidak mung..”
“Sudahlah Ma, tidak usah membela atau membicarakannya. Aku kesini bukan untuk membicarakan perempuan itu. Aku hanya ingin bilang, kalau aku sudah tidak menjadi polisi”
“Apa? Kenapa kau keluar dari polisi” orang tua Fahri tampak terkejut dengan itu.
“Aku akan bekerja di perusahaan keluarganya” pungkas Fahri memberitahu kedua orang tuanya.
“Kenapa kau mau bekerja di sana? Lebih baik menjadi polisi Fahri” pungkas Sasongko tidak terima jika anaknya harus keluar dari kepolisian.
“Mereka yang menawariku, kesempatan jangan di sia-siakan Pa” sinis Fahri dan langsung berdiri dari duduknya.
“Kalau begitu aku pergi dulu, hanya itu yang ingin ku bicarakan. Aku harap kalian menerima keputusanku itu” pungkas Fahri.
Dia langsung pergi dari hadapan kedua orang tuanya yang hanya bisa menghela nafas atas keputusan putra keduanya itu.
............
Talita sendiri saat ini sedang duduk di ayunan rumahnya, dia menunggu suaminya yang juga belum pulang. Bahkan telponnya saja tadi diabaikan. Ia duduk merenung seperti orang yang tengah memikirkan sesuatu.
Terdengar bunyi bel rumah yang terdengar nyaring memenuhi seluruh ruangan rumah besar tersebut. Tentu saja Lita mendengarnya, itu pasti suaminya yang sudah pulang. Dia akan menemuinya sekarang padahal baru tadi pagi dia melihat Fahri tapi sekarang sudah rindu.
Lita berlari menuju ruang tamu besar rumahnya bersiap membukakan pintu, tapi pintu yang tidak dikunci itu sudah terbuka menampakkan wajah David kakaknya dan Papanya Aryo. harapannya tadi langsung buyar, rasa kecewa yang ada.
“Kenapa kau kesini?” ucap Lita dengan ketus.
“Kakak dan Papamu datang bukannya kau sambut dengan baik tapi malah begini. suruh masuk atau duduk bisa”sinis David.
“Masuk,” singkat Lita.
Aryo dan David langsung masuk duduk di sofa ruang tamu itu.
“Bagaimana kabarmu?” ucap Aryo melihat sang putri yang duduk didepan mereka.
“Yang seperti Papa lihat sekarang aku bagaimana” ucap Lita.
“Dimana suamimu?” ucap David sambil melihat sekeliling dalam rumah yang tampak sepi.
“Dia masih Dinas, kenapa menanyakannya” ucap Lita.
“Dinas? Bukannya dia sudah keluar dari kepolisian” ucap David.
“Apa? Jangan asal ngomong kak” Lita tidak suka dengan ucapan David tersebut.
“Kakakmu tidak asal ngomong Lita, suamimu bilang sama Papa dia sudah keluar dan akan bergabung bersama kita di perusahaan”
Lita terdiam, dia benar-benar terkejut dengan ucapan Papa serta kakaknya yang mengatakan kalau Fahri sudah berhenti dari kepolisian. Tapi kenapa fahri tidak bilang padanya. Lalu dimana dia sekarang, kenapa jam segini belum pulang, batin Lita berubah menjadi gelisah memikirkan Fahri.
“Kenapa kamu diam, jangan bilang kamu tidak tahu. Dia tidak bilang padamu, suami macam apa dia tidak bilang dengan istrinya. Kau sudah kubilang jangan menikah dengan orang yang kamu kenal tiga bulan, dia aneh menurutku” tegas David menatap adiknya itu.
“Bukan urusan kakak, urus saja adikmu yang pacaran tidak jelas” kesal Lita menatap David.
“Kenapa kalian malah bertengkar begini, David jangan asal bicara. Fahri orang yang baik” ucap Aryo menegur putra sulungnya.
“Lita, kau juga adikku mengerti.” Tukas David menekankan kata adikku.
“Tapi aku tidak pernah menganggap mu Kakak, bukankah dulu kau begitu padaku” pungkas Lita tajam.
David langsung terdiam, ia ingat dulu perlakuannya pada Lita saat mereka sama-sama masih kecil. Dulu dia tidak pernah menganggap Lita adiknya karena Shena anak dari selingkuhan Papanya..
“Kenapa diam? ingat apa yang kau lakukan padaku dulu” sergah Lita menatap kakaknya yang terdiam.
“Lita..Jangan seperti itu dengan kakakmu” tegur Aryo.
“Kenapa? Apa yang ku bicarakan salah. Kalau kau tidak selingkuh dulu, mungkin aku tidak akan terlahir, mending aku tidak terlahir daripada dibenci keluarga besar mu” Lita menatap Papanya.
“Kamu bisa menutup mulutmu, kenapa kau seakan marah pada papa?” ucap Aryo meninggikan suaranya.
“Bagaimana aku tidak marah, gara-gara dirimu aku dicap anak selingkuhan. Meskipun kau tutupi dari media manapun. Dan jika kau tidak ingin aku marah padamu bilang siapa ibuku”
“dia pergi meninggalkanmu, entah kemana sekarang dia. Tidak usah kau cari ibumu itu, dia bukan wanita baik-baik” pungkas David menggantikan Papanya yang bicara.
“Cihh, meninggalkanku atau kalian yang menyuruhnya bukan menyuruhnya saja, mungkin sudah kalian habisi” ucap Lita menatap sinis kedua orang didepannya.
“Talita,..” bentak Aryo berdiri dari duduknya hendak menampar Lita.
“Papa,.” David juga ikut berdiri menahan Papanya tersebut.
“Tenanglah Pa,.” Tambah David sambil melihat Lita yang tampak diam dan santai.
“Sebenarnya kalian kenapa sih kesini,?” Lita melipat kedua tangannya di dada.
“Kita kesini ingin bertamu saja ke rumahmu. Tapi malah begini, kalau begitu kita pulang saja Pa. Sepertinya Lita sedang ada pikiran” ucap david mengajak papanya pulang saja.
“Ya sudah silahkan,” ucap Lita enteng.
“Bilang pada suamimu, besok dia suruh ke kantor jika berniat bergabung dengan kita” ucap David pada adiknya itu.
“Papa tegaskan padamu Lita, jangan pernah cari Mamamu. Mengerti..” pungkas Aryo sebelum pergi.
“Dengarkan apa kata Papa dan kataku. Lupakan dia, Mamaku juga Mamamu mengerti dan dia sangat menyayangimu” ucap David sebelum pergi menyusul Aryo yang sudah pergi terlebih dahulu.
“Bukan urusanmu kalau aku mencari Mamaku” ucap Lita dengan cukup keras agar David yang berlari keluar mendengarnya.
Setelah kedua orang itu pergi Lita langsung menutup pintu rumahnya, dia berjalan masuk kedalam hendak ke kamarnya saat ini. Tapi kemudian bel pintu berbunyi lagi, membuat Lita langsung melangkah untuk membukakan pintunya lagi.
“Sayang kamu sudah pulang?” ucap Lita saat sudah membuka pintu melihat Fahri yang berdiri sempoyongan.
“jangan sentuh aku” Fahri langsung menepis tangan Lita yang akan memegangnya agar tidak sempoyongan.
Mata Lita langsung membulat,
“Sayang kamu kenapa? Kau mabuk” ucap Lita saat mencium bau alkohol dari mulut Fahri.
“Minggir,.” Fahri mendorong Lita membuat Lita terdorong kuat.
“Arkh..” rintih Lita saat perutnya membentur sofa.
“Sayang kamu kenapa sih, kenapa kamu kasar begini padaku” Lita mendekat lagi pada Fahri.
“Kau berisik sekali, bisa diam tidak.” Tegas Fahri berjalan meninggalkan Lita yang mematung.
Lita mengejar Fahri yang akan terjatuh, ia menahan lengan suaminya itu agar tidak terjatuh.
“Kenapa kau minum sih sayang, dan kenapa kau bersikap seperti ini padaku” ucap Lita masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Fahri padanya.
Fahri menatap tajam Lita, dia memelintir tangan Lita begitu kuat. Sehingga membuat Lita kesakitan.
“Arkkh, Arkhh sakit sayang” erang Lita kesakitan.
Fahri seakan tidak perduli, dia malah mendorong tubuh Lita membenturkannya pelan kedinding sambil terus memelintir tangan Lita.
“Dengarkan aku, aku membencimu. Dan aku jijik saat dirimu memanggilku sayang dengan mulutmu ini” Ucap Fahri membalikkan paksa tubuh Lita yang menahan sakit. Tidak puas dengan itu Fahri mencengkram kuat rahang Lita. Perempuan itu terus mengerang sakit dengan apa yang dilakukan Fahri saat ini.
“Sakit sayang..”rintihannya dan tak terasa air matanya menetes dengan apa yang dilakukan Fahri padanya.
“Aku salah apa padamu, kenapa sedari kita sah menjadi suami istri kemarin kamu bersikap kasar begini padaku” masih dengan menangis dia menatap suaminya yang tengah menatapnya marah.
“Kau pembunuh, aku membencimu. Sampai kapanpun aku membencimu” Fahri melampiaskan kekesalannya dengan memaki Lita berkali-kali dan dia mendorong perempuan itu kuat hingga terkantuk lantai dan dia langsung pergi begitu saja.
“Arkhh,.” Lita memegangi dahinya, tangannya memegang itu ia lihat sekilas telapak tangannya. Tangannya berdarah, dan itu berasal dari dahinya saat ini.
Lita menangis, dia merasa bingung dengan perkataan Fahri tadi apa maksudnya dia pembunuh, dan kenapa Fahri tadi menatapnya dengan penuh kebencian. Sungguh dia tidak mengerti dengan itu, sebenarnya apa salahnya disini.
°°°
T.B.C
“Apa? Kenapa kau keluar dari polisi” orang tua Fahri tampak terkejut dengan itu.
Fahri bangun dari tidurnya, badannya terasa berat seperti ada yang mengikat tubuhnya saat ini. Dia membuka matanya secara perlahan, melihat apa sebenarnya yang membuat tubuhnya terikat. Matanya yang terbuka langsung berubah menjadi tajam, saat melihat apa yang mengikatnya. Ternyata itu Lita yang tidur dengan memeluknya saat ini, sungguh dia tidak suka berdekatan dengan perempuan yang telah sah menjadi istrinya beberapa hari ini. Dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita pada tubuhnya dan langsung menendang perempuan itu hingga terjatuh ke lantai. Talita tentu saja terbangun dengan kesakitan, karena tendangan Fahri dan juga karena dia terjatuh begitu keras kelantai saat ini. “Arkkk,.” Ucapnya saat terjatuh. Lita mendongak sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit melihat Fahri yang duduk di tempat tidur sambil melihatnya marah.
Lita yang kondisi tubuhnya sedang tidak enak badan semakin begitu terasa malam ini. Dia menjadi mengigil, melihat kesamping nya Fahri yang sudah tidur dengan nyenyak berselimutkan tebal tanpa menyisah kan untuknya barang sepucuk saja. “Mas, selimutnya jangan dipakai sendiri. Aku kedinginan sekarang” ucap Lita memegang bahu Fahri membangunkannya. Fahri hanya diam saja tidak menggubris bareng sedikitpun, lagi Lita mencoba membangunkan Fahri dan menarik pelan selimutnya. “Mas, aku benar-benar kedinginan.” Lirih Lita menarik selimutnya dari Fahri. Fahri terbangun karena tarikan itu, dia menatap Lita dengan setengah mengantuk tapi pandangan matanya menyiratkan ketidak sukaan dirinya pada sang istri. “Kamu berisik ya, mengganggu orang tidur saja. Kenapa?” bentak Fahri
“Hey bangun, aku bilang bangun” ucap Fahri setelah memberi nafas buatan untuk Lita yang belum juga sadar. Dia terus-terus memompa dada Lita mengeluarkan air dari dalam tubuh perempuan tersebut. “Aku bilang bangun, kau akan membuatku dipenjara” ucap Fahri berkali-kali, dia juga terus-terusan memberikan nafas buatan untuk Talita. Uhuhukkkk Akhirnya setelah berkali-kali Fahri memberi nafas buatan untuk Talita, perempuan tersebut memuntahkan air dari dalam mulutnya dia terbatuk-batuk dan perlahan membuka matanya. Didepannya saat ini ada Fahri yang melihatnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia artikan sama sekali.“Bangun, kau merepotkan saja” Fahri menarik Lita agar duduk. “Syukurlah kau tidak mati” tukasnya lagi langsung berdiri.
Hembusan angin disiang hari begitu kencang menemani Lita yang berjalan turun dari mobilnya. Ia memandang rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumahnya. Rumah yang terlihat begitu nyaman didepannya saat ini.“Kamu harus melakukan ini Fa, ayo harus kuat siap menerima apapun itu” ucap Lita mencoba menguatkan dirinya dia menghembuskan nafasnya melonggarkan dadanya agar tidak tegang memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju pintu rumah didepannya. Ini rumah keluarga fahri, dia harus mencari informasi soal Fahri pada kedua orang tua pria itu.Lita mengetuk pintu rumah tersebut dengan was-was, tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang pelayan yang memakai seragam hitam dan putihnya.“Iya mbak, cari siapa ya?” ucap pelayan tersebut saat melihat Lita yang tercengang karena melihat orang yang sebelumnya tidak pernah Lihat. Hatinya menjadi
Lita pagi-pagi sekali sudah keluar dari rumah, dia saat ini sedang mengendarai mobilnya sendiri. Tujuannya kini yaitu mencari ibu kandungnya entah dimana dia saat ini. Rasa penasarannya tentang ibu kandung begitu memuncak, ia ingin sekali menemui sosok ibu kandungnya yang selama ini belum pernah ia temui sama sekali dalam hidupnya. Ayahnya itu terlalu pintar untuk menyembunyikan masa lalunya dari media atau apapun.Sebelum dia mengorek tentang kehidupan Fahri, ia lebih memilih untuk mencari keberadaan ibu kandungnya itu dimana saat ini.Dari informasi yang ia dengar ibunya itu tinggal disebuah kota yang agak jauh dari tempat tinggalnya sekarang dan dari informannya juga ia baru mengetahui kalau ibunya bernama Julie Safitri.“Aku akan menemui mu Bu, aku penasaran dengan wajahmu. Kenapa kau tidak pernah menemui ku selama hidupku ini, apa Papa yang melarang mu untuk menemui ku?” ucap Lita sambil fokus menyetir seb
Malam sudah tiba, waktu magrib juga sudah terlewat beberapa menit. Lita sendiri saat ini baru pulang dari keluar bersama kakaknya David. Kakaknya iru mengajak dirinya untuk menghabiskan waktu bersama ke Mal dan kemanapun yang membuat hatinya saat ini lebih baik daripada pagi tadi saat dia bertemu dengan Mama kandungnya.Benar kata Mama Nafa, kalau kakaknya David memang menyayangi dirinya. Dia selama ini bersikap begitu juga demi dirinya agar tidak tersakiti.Lita turun dari mobilnya saat ini, setelah menghentikannya di depan rumah. Seorang sopir di rumahnya mendatangi dirinya segera saja Lia memberikan kunci mobilnya tersebut pada Mang dadang supir dirumahnya itu.Lita segera berjalan menuju pintu rumahnya saat ini, magrib sudah berlalu kemungkinan Fahri sudah pulang kalau pria itu tidak minum-minuman seperti kemarin.Lita membuka pintu rumahnya yang tertutup secara perlahan, matanya melihat ruang tamunya saat ini dia
"Saya terima nikahnya Talita Devina Ravero binti Aryo Dinata Ravero dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pria yang diketahui bernama Fahri itu dengan cukup lantang. "Bagaimana para Saksi Sah.." ucap penghulu memperhatikan beberapa orang yang ada di situ. "SAH" ucap mereka semua dengan serempak. "Alhamdullilah" sahut semua dan dilanjutkan dengan doa. Selesai doa Fahri segera mencium kening istrinya dengan lembut. Lita tersenyum tipis dengan apa yang dilakukan Fahri, hatinya saat ini sangat berbunga karena pria yang ia cintai telah menikahinya secara sah. "Fahri saya serahkan putriku padamu, tolong jaga dia dan lindungi dia seperti aku melindunginya selama ini" ucap Aryo pada pria yang telah menikahi anaknya. "Iya Pa, pasti aku akan menjaganya seperti Papa yang menjaga dan melindungi Lita" pungkas Fahri pada Aryo yang sudah menjadi mertuanya. Mereka bertiga berdiri agak jauh dari orang-orang, "Terimakasih s
Talita bangun pagi-pagi sekali, bahakan matahari pun belum menampakkan wujudnya. Dia terbangun karena getar ponselnya yang ada di nakas meja sebelah dirinya saat ini. Segera saja dia langsung mematikan bunyi alarm di Hpnya agar suaminya yang sedang tidur membelakangi tidak terbangun. “Setengah lima, aku harus bangun dan menyiapkan semua buat mas Fahri” ucap Talita, dia segera bangkit dari tempat tidur secara hati-hati tentunya. “Mana ya kopernya mas Fahri, baju dinasnya diakan masih ada di dalam koper” pungkas dena berjalan kearah koper yang ada disudut kamar. Lita segera membuka koper milik suaminya, untuk mengambil baju dinas polisi disitu. ia akan menyetrikanya. Sehingga ketika suaminya berangkat dinas nanti bajunya sudah siap. Ternyata bajunya ada tepat di atas sendiri sehingga memudahkan Lita untuk tidak mengobrak-abrik dalam koper Fahri. Ia mengambil baju berwarna coklat itu beserta celananya dan membawanya pergi dari kamar saat ini. Dil
Malam sudah tiba, waktu magrib juga sudah terlewat beberapa menit. Lita sendiri saat ini baru pulang dari keluar bersama kakaknya David. Kakaknya iru mengajak dirinya untuk menghabiskan waktu bersama ke Mal dan kemanapun yang membuat hatinya saat ini lebih baik daripada pagi tadi saat dia bertemu dengan Mama kandungnya.Benar kata Mama Nafa, kalau kakaknya David memang menyayangi dirinya. Dia selama ini bersikap begitu juga demi dirinya agar tidak tersakiti.Lita turun dari mobilnya saat ini, setelah menghentikannya di depan rumah. Seorang sopir di rumahnya mendatangi dirinya segera saja Lia memberikan kunci mobilnya tersebut pada Mang dadang supir dirumahnya itu.Lita segera berjalan menuju pintu rumahnya saat ini, magrib sudah berlalu kemungkinan Fahri sudah pulang kalau pria itu tidak minum-minuman seperti kemarin.Lita membuka pintu rumahnya yang tertutup secara perlahan, matanya melihat ruang tamunya saat ini dia
Lita pagi-pagi sekali sudah keluar dari rumah, dia saat ini sedang mengendarai mobilnya sendiri. Tujuannya kini yaitu mencari ibu kandungnya entah dimana dia saat ini. Rasa penasarannya tentang ibu kandung begitu memuncak, ia ingin sekali menemui sosok ibu kandungnya yang selama ini belum pernah ia temui sama sekali dalam hidupnya. Ayahnya itu terlalu pintar untuk menyembunyikan masa lalunya dari media atau apapun.Sebelum dia mengorek tentang kehidupan Fahri, ia lebih memilih untuk mencari keberadaan ibu kandungnya itu dimana saat ini.Dari informasi yang ia dengar ibunya itu tinggal disebuah kota yang agak jauh dari tempat tinggalnya sekarang dan dari informannya juga ia baru mengetahui kalau ibunya bernama Julie Safitri.“Aku akan menemui mu Bu, aku penasaran dengan wajahmu. Kenapa kau tidak pernah menemui ku selama hidupku ini, apa Papa yang melarang mu untuk menemui ku?” ucap Lita sambil fokus menyetir seb
Hembusan angin disiang hari begitu kencang menemani Lita yang berjalan turun dari mobilnya. Ia memandang rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumahnya. Rumah yang terlihat begitu nyaman didepannya saat ini.“Kamu harus melakukan ini Fa, ayo harus kuat siap menerima apapun itu” ucap Lita mencoba menguatkan dirinya dia menghembuskan nafasnya melonggarkan dadanya agar tidak tegang memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju pintu rumah didepannya. Ini rumah keluarga fahri, dia harus mencari informasi soal Fahri pada kedua orang tua pria itu.Lita mengetuk pintu rumah tersebut dengan was-was, tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang pelayan yang memakai seragam hitam dan putihnya.“Iya mbak, cari siapa ya?” ucap pelayan tersebut saat melihat Lita yang tercengang karena melihat orang yang sebelumnya tidak pernah Lihat. Hatinya menjadi
“Hey bangun, aku bilang bangun” ucap Fahri setelah memberi nafas buatan untuk Lita yang belum juga sadar. Dia terus-terus memompa dada Lita mengeluarkan air dari dalam tubuh perempuan tersebut. “Aku bilang bangun, kau akan membuatku dipenjara” ucap Fahri berkali-kali, dia juga terus-terusan memberikan nafas buatan untuk Talita. Uhuhukkkk Akhirnya setelah berkali-kali Fahri memberi nafas buatan untuk Talita, perempuan tersebut memuntahkan air dari dalam mulutnya dia terbatuk-batuk dan perlahan membuka matanya. Didepannya saat ini ada Fahri yang melihatnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia artikan sama sekali.“Bangun, kau merepotkan saja” Fahri menarik Lita agar duduk. “Syukurlah kau tidak mati” tukasnya lagi langsung berdiri.
Lita yang kondisi tubuhnya sedang tidak enak badan semakin begitu terasa malam ini. Dia menjadi mengigil, melihat kesamping nya Fahri yang sudah tidur dengan nyenyak berselimutkan tebal tanpa menyisah kan untuknya barang sepucuk saja. “Mas, selimutnya jangan dipakai sendiri. Aku kedinginan sekarang” ucap Lita memegang bahu Fahri membangunkannya. Fahri hanya diam saja tidak menggubris bareng sedikitpun, lagi Lita mencoba membangunkan Fahri dan menarik pelan selimutnya. “Mas, aku benar-benar kedinginan.” Lirih Lita menarik selimutnya dari Fahri. Fahri terbangun karena tarikan itu, dia menatap Lita dengan setengah mengantuk tapi pandangan matanya menyiratkan ketidak sukaan dirinya pada sang istri. “Kamu berisik ya, mengganggu orang tidur saja. Kenapa?” bentak Fahri
Fahri bangun dari tidurnya, badannya terasa berat seperti ada yang mengikat tubuhnya saat ini. Dia membuka matanya secara perlahan, melihat apa sebenarnya yang membuat tubuhnya terikat. Matanya yang terbuka langsung berubah menjadi tajam, saat melihat apa yang mengikatnya. Ternyata itu Lita yang tidur dengan memeluknya saat ini, sungguh dia tidak suka berdekatan dengan perempuan yang telah sah menjadi istrinya beberapa hari ini. Dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita pada tubuhnya dan langsung menendang perempuan itu hingga terjatuh ke lantai. Talita tentu saja terbangun dengan kesakitan, karena tendangan Fahri dan juga karena dia terjatuh begitu keras kelantai saat ini. “Arkkk,.” Ucapnya saat terjatuh. Lita mendongak sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit melihat Fahri yang duduk di tempat tidur sambil melihatnya marah.
Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian. “Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini. “Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam. Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya. “Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri. “Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv. “Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini. “Loh Shena mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.
Talita bangun pagi-pagi sekali, bahakan matahari pun belum menampakkan wujudnya. Dia terbangun karena getar ponselnya yang ada di nakas meja sebelah dirinya saat ini. Segera saja dia langsung mematikan bunyi alarm di Hpnya agar suaminya yang sedang tidur membelakangi tidak terbangun. “Setengah lima, aku harus bangun dan menyiapkan semua buat mas Fahri” ucap Talita, dia segera bangkit dari tempat tidur secara hati-hati tentunya. “Mana ya kopernya mas Fahri, baju dinasnya diakan masih ada di dalam koper” pungkas dena berjalan kearah koper yang ada disudut kamar. Lita segera membuka koper milik suaminya, untuk mengambil baju dinas polisi disitu. ia akan menyetrikanya. Sehingga ketika suaminya berangkat dinas nanti bajunya sudah siap. Ternyata bajunya ada tepat di atas sendiri sehingga memudahkan Lita untuk tidak mengobrak-abrik dalam koper Fahri. Ia mengambil baju berwarna coklat itu beserta celananya dan membawanya pergi dari kamar saat ini. Dil
"Saya terima nikahnya Talita Devina Ravero binti Aryo Dinata Ravero dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pria yang diketahui bernama Fahri itu dengan cukup lantang. "Bagaimana para Saksi Sah.." ucap penghulu memperhatikan beberapa orang yang ada di situ. "SAH" ucap mereka semua dengan serempak. "Alhamdullilah" sahut semua dan dilanjutkan dengan doa. Selesai doa Fahri segera mencium kening istrinya dengan lembut. Lita tersenyum tipis dengan apa yang dilakukan Fahri, hatinya saat ini sangat berbunga karena pria yang ia cintai telah menikahinya secara sah. "Fahri saya serahkan putriku padamu, tolong jaga dia dan lindungi dia seperti aku melindunginya selama ini" ucap Aryo pada pria yang telah menikahi anaknya. "Iya Pa, pasti aku akan menjaganya seperti Papa yang menjaga dan melindungi Lita" pungkas Fahri pada Aryo yang sudah menjadi mertuanya. Mereka bertiga berdiri agak jauh dari orang-orang, "Terimakasih s