Talita bangun pagi-pagi sekali, bahakan matahari pun belum menampakkan wujudnya. Dia terbangun karena getar ponselnya yang ada di nakas meja sebelah dirinya saat ini. Segera saja dia langsung mematikan bunyi alarm di Hpnya agar suaminya yang sedang tidur membelakangi tidak terbangun.
“Setengah lima, aku harus bangun dan menyiapkan semua buat mas Fahri” ucap Talita, dia segera bangkit dari tempat tidur secara hati-hati tentunya.
“Mana ya kopernya mas Fahri, baju dinasnya diakan masih ada di dalam koper” pungkas dena berjalan kearah koper yang ada disudut kamar.
Lita segera membuka koper milik suaminya, untuk mengambil baju dinas polisi disitu. ia akan menyetrikanya. Sehingga ketika suaminya berangkat dinas nanti bajunya sudah siap.
Ternyata bajunya ada tepat di atas sendiri sehingga memudahkan Lita untuk tidak mengobrak-abrik dalam koper Fahri. Ia mengambil baju berwarna coklat itu beserta celananya dan membawanya pergi dari kamar saat ini.
Diluar kamar, tanpa sengaja Lita berpapasan dengan mbok Jum yanga akan menuju ke dapur.
“Loh sudah bangun non Lita,.” Mbok Jum tampak terkejut melihat Lita yang jam segini sudah bangun.
“Sudah mbok, aku mau menyetrika baju dinas mas Fahri. Setrikaannya dimana ya?” Lita menunjukkan baju itu pada Mbok Jum.
“Sudah sini biar mbok saja yang menyetrikanya, kamu tidur lagi saja sana. Ini masi terlalu pagi” Mbok Jum berniat mengambil baju itu dari tangan Lita tapi Lita mencegahnya.
“Tidak mbok, aku yang akan menyetrikanya. Ini tugas pertamaku menjadi istri” ucap Lita.
“Ya sudah kalau itu keinginanmu, Mbok ke dapur dulu ya. Buat ngarahin Sekar sama Tari” Mbok Jum langsung meninggalkan Shena setelah perempuan itu mengangguk.
“Oh iya mbok lupa, belum ngasih tahu kamu tempat setrika” Mbok Jum berbalik sambil menepuk jidatnya.
“Dasar mbok,.” Senyum Lita.
“Tempatnya di sebelah kamar tamu ya non” ucap Mbok Jum memberitahu.
“Oke Mbok” Lita langsung pergi setelah mbok jum pergi.
……………
Fahri sudah bangun dan dia sudah begitu rapi akan berangkat Dinas. Baju yang Lita setrika tadi sudah terpakai ditubuh Fahri saat ini. Dia berjalan kemeja makan, dengan hidangan yang sudah siap semua di atas meja.
Fahri mendudukkan dirinya, matanya menelisik ke seluruh sudut rumah yang sekarang menjadi rumahnya juga.
“Dia dimanjakan kemewahan seperti ini” senyum meremehkan keluar begitu saja dari bibir seorang Fahri. Entah kenapa dia berkata serta tersenyum sinis begitu.
“Mas Fahri sudah bangun, Baru aja aku mau bangunin mas. Ini aku bawakan teh hangat” Lita baru keluar dari dapur sambil membawa secangkir teh dan meletakkannya di depan pria yang sudah menyandang status sebagai suaminya.
“Ya,..” hanya kata singkat itu yang keluar dari mulut Fahri. Dia langsung menyeruput teh itu,
Syurrr..
Fahri menyemburkan teh itu tepat di wajah Shena yang langsung terkejut menerima semburan tiba-tiba dari suaminya.
“Kau bisa membuat teh atau tidak, kenapa rasanya asin begini”
“Ma..masak mas. Aku memasukkan gula bukan garam, apa aku yang salah. Mau aku buatkan lagi mas”
“Tidak usah, aku akan berangkat dinas. Kau merusak pagi ku saja,” Fahri langsung berdiri dari duduknya.
Lita terkejut dengan itu,
“Mas nggak makan dulu mas, aku sudah membuatkan makanan kesukaanmu” Lita mengejar Fahri yang berjalan melewatinya begitu saja.
“Mas,.” Lita menahan tangan Fahri karena pria itu mengabaikan ucapannya.
“Lepaskan tanganmu,” Fahri menatap tajam Lita yang menahannya.
“Makan dulu mas, aku sudah..”
“Aku tidak lapar, minggir lah. Kau membuatku terlambat berdinas” Fahri mendorong Lita yang menghalangi jalannya.
Hal itu membuat Lita terdorong dan untungnya dia tidak terjatuh kelantai. Lita menatap kepergian suaminya dengan nanar, ia merasa sesak dan tercabik-cabik hatinya atas sikap Fahri barusan
“Sebenarnya mas Fahri kenapa? Kenapa dia marah begitu padaku sedari semalam?” ucap Lita merasa tidak tahu salahnya apa. Ini hari pertamanya menjalani pernikahan, seharusnya ia bahagia tapi kenapa situasinya begini. ada apa dengan Fahri yang ia kenal kenapa menjadi kasar begitu.
.............
Fahri sudah berada di tempat kerjanya dia duduk sendiri di bangku bawah pohon sambil memegang secarik kertas warna putih yang sudah terlipat rapi.
“Maaf Dira, aku harus mengambil keputusan ini. Untuk membalaskan apa yang terjadi padamu” gumam Fahri menatap pilu kertas tersebut.
“Briptu Fahri, Kapolres sudah bisa ditemui” seorang pria berseragam polisi mendatangi Fahri yang sedang duduk sendiri.
Fahri langsung menoleh melihat rekannya yang baru datang itu.
“Siap, kalau begitu aku menemui komandan dulu” Fahri langsung berdiri dari duduknya, menepuk pundak rekannya sambil tersenyum sebelum pergi.
“Kenapa Fahri sekarang jadi lebih dingin semenjak Dira tiada,?” heran polisi yang bernama Rendi. Dia menatap rekan sekaligus sahabatnya sejak kecil yang melangkah pergi begitu saja.
Fahri masuk kedalam ruangan pimpinannya,
“Hormat Ndan,.” Ucap Fahri.
“Ya, silahkan duduk Briptu Fahri. Ada apa ya ingin menemui saya?”
“Saya ingin menyerahkan ini pada komandan” Fahri yang sudah duduk menyodorkan kertas putih yang sedari tadi sudah ia pegang ke arah atasannya.
“Apa ini?”
“Lapor, itu surat pengunduran diri saya sebagai anggota kepolisian Ndan” pungkas Bara menatap serius atasannya itu yang tampak terkejut.
“Pengunduran diri? Maksudnya?”
“Saya ingin keluar dari kepolisian ndan”
“Ini keputusan dari dalam hatimu atau ada penekanan dari luar?”
“Siap keputusan saya sendiri”
“Kalau memang ini keputusanmu sendiri, saya terima. Entah apa alasan yang mendasari dirimu untuk keluar dari kepolisian. Aku harap kamu selalu berjaya di manapun” atasan Fahri seakan berat melepas salah satu anak buahnya.
“Siap terima kasih Ndan, kalau begitu saya ijin keluar dari ruangan”
“Iya silahkan”
Fahri langsung keluar dari ruangan atasannya tersebut, dia menutup pintu atasannya. Dia menghela nafasnya dengan berat.
“Semoga ini keputusan yang tepat” ucapnya dalam hati, dia langsung melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
...................
Lita duduk di meja makan seorang diri sambil memegang tangannya yang tadi agi tidak sengaja teriris pisau demi membuatkan sarapan untuk Fahri. Ini hal pertama yang dia coba ingin lakukan yaitu memasak.
Selama ini dia tidak pernah memasak karena selalu tersedia di meja makan saat dia sudah bangun tidur. Dia tadi bangun pagi-pagi sekali demi belajar memasak pada mbok Jum agar bisa membuatkan sarapan untuk Fahri. Tapi pria itu malah tidak menyentuh makanannya sama sekali.
FLASHBACK ON
Fahri dan Lita duduk disebuah rumah makan kecil di pinggir jalan. Shena duduk sangat dekat dengan Fahri saat ini yang nyaman menyantap makanannya.
Lita sendiri tampak gelisah, ia melihat sekeliling rumah makan itu yang terlihat tidak rapi membuatnya merasa risih.
“Kenapa tidak makan?” ucap Fahri saat menyadari Lita yang belum melahap makanannya sama sekali.
“Kita pindah tempat makan saja yuk, aku tidak nyaman disini” ucap Lita meminta pindah tempat.
“Kenapa? Makanan disini enak. Cobalah “
“Aku tidak suka tempatnya dan makanannya, aku tidak suka makan sayur lodeh” pungkas Lita melihat kearah fahri.
“Lihat aku, dan dengarkan apa yang ku katakan sayang. Jangan menilai sesuatu itu dari Covernya tapi dari dalamnya yaitu dari rasanya. Cobalah, aku suapi ya”
“Aku tidak mau sayang,” tolak Lita.
“Sayang, ayo. Jangan menyia-nyiakan makanan. Banyak orang diluar sana yang tidak bisa makan loh.” Lita terdiam, memikirkan perkataan Fahri itu dan secara perlahan ia menerima suapan dari Fahri.
FLASH BACK OFF.
“Kau yang bilang padaku jangan menyia-nyiakan makanan. Tapi apa ini, kamu sendiri yang menyia-nyiakan makanan buatan ku” ucap Lita melihat makanannya yang masih utuh belum terjamah sama sekali.
“Non Shena kenapa? Kok sedih begitu?” mbok Jum datang menghampiri Lita yang menatap pilu masakan didepannya.
“Tidak apa bi,” ucapnya mencoba menguatkan hatinya sendiri.
“loh kok makanannya masih utuh non. Den Fahri tidak makan?’
“tidak mbok, dan tolong ya mbok Jum suruh Sekar sama Tari buat beresin ini. Aku mau ke kamar” ucap Lita dan langsung melangkah pergi dari meja makan.
Mbok Jum hanya melihatnya saja. Tapi dia menangkap keanehan dalam diri Lita yang tidak seperti biasanya terlihat lesu begitu Lita yang ia kenal selama ini selalu ceri tidak murung seperti ini. Apa ada masalah dengannya, batin mbok Jum.
°°°
T.B.C
...............
Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian. “Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini. “Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam. Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya. “Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri. “Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv. “Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini. “Loh Shena mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.
Fahri bangun dari tidurnya, badannya terasa berat seperti ada yang mengikat tubuhnya saat ini. Dia membuka matanya secara perlahan, melihat apa sebenarnya yang membuat tubuhnya terikat. Matanya yang terbuka langsung berubah menjadi tajam, saat melihat apa yang mengikatnya. Ternyata itu Lita yang tidur dengan memeluknya saat ini, sungguh dia tidak suka berdekatan dengan perempuan yang telah sah menjadi istrinya beberapa hari ini. Dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita pada tubuhnya dan langsung menendang perempuan itu hingga terjatuh ke lantai. Talita tentu saja terbangun dengan kesakitan, karena tendangan Fahri dan juga karena dia terjatuh begitu keras kelantai saat ini. “Arkkk,.” Ucapnya saat terjatuh. Lita mendongak sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit melihat Fahri yang duduk di tempat tidur sambil melihatnya marah.
Lita yang kondisi tubuhnya sedang tidak enak badan semakin begitu terasa malam ini. Dia menjadi mengigil, melihat kesamping nya Fahri yang sudah tidur dengan nyenyak berselimutkan tebal tanpa menyisah kan untuknya barang sepucuk saja. “Mas, selimutnya jangan dipakai sendiri. Aku kedinginan sekarang” ucap Lita memegang bahu Fahri membangunkannya. Fahri hanya diam saja tidak menggubris bareng sedikitpun, lagi Lita mencoba membangunkan Fahri dan menarik pelan selimutnya. “Mas, aku benar-benar kedinginan.” Lirih Lita menarik selimutnya dari Fahri. Fahri terbangun karena tarikan itu, dia menatap Lita dengan setengah mengantuk tapi pandangan matanya menyiratkan ketidak sukaan dirinya pada sang istri. “Kamu berisik ya, mengganggu orang tidur saja. Kenapa?” bentak Fahri
“Hey bangun, aku bilang bangun” ucap Fahri setelah memberi nafas buatan untuk Lita yang belum juga sadar. Dia terus-terus memompa dada Lita mengeluarkan air dari dalam tubuh perempuan tersebut. “Aku bilang bangun, kau akan membuatku dipenjara” ucap Fahri berkali-kali, dia juga terus-terusan memberikan nafas buatan untuk Talita. Uhuhukkkk Akhirnya setelah berkali-kali Fahri memberi nafas buatan untuk Talita, perempuan tersebut memuntahkan air dari dalam mulutnya dia terbatuk-batuk dan perlahan membuka matanya. Didepannya saat ini ada Fahri yang melihatnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia artikan sama sekali.“Bangun, kau merepotkan saja” Fahri menarik Lita agar duduk. “Syukurlah kau tidak mati” tukasnya lagi langsung berdiri.
Hembusan angin disiang hari begitu kencang menemani Lita yang berjalan turun dari mobilnya. Ia memandang rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumahnya. Rumah yang terlihat begitu nyaman didepannya saat ini.“Kamu harus melakukan ini Fa, ayo harus kuat siap menerima apapun itu” ucap Lita mencoba menguatkan dirinya dia menghembuskan nafasnya melonggarkan dadanya agar tidak tegang memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju pintu rumah didepannya. Ini rumah keluarga fahri, dia harus mencari informasi soal Fahri pada kedua orang tua pria itu.Lita mengetuk pintu rumah tersebut dengan was-was, tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang pelayan yang memakai seragam hitam dan putihnya.“Iya mbak, cari siapa ya?” ucap pelayan tersebut saat melihat Lita yang tercengang karena melihat orang yang sebelumnya tidak pernah Lihat. Hatinya menjadi
Lita pagi-pagi sekali sudah keluar dari rumah, dia saat ini sedang mengendarai mobilnya sendiri. Tujuannya kini yaitu mencari ibu kandungnya entah dimana dia saat ini. Rasa penasarannya tentang ibu kandung begitu memuncak, ia ingin sekali menemui sosok ibu kandungnya yang selama ini belum pernah ia temui sama sekali dalam hidupnya. Ayahnya itu terlalu pintar untuk menyembunyikan masa lalunya dari media atau apapun.Sebelum dia mengorek tentang kehidupan Fahri, ia lebih memilih untuk mencari keberadaan ibu kandungnya itu dimana saat ini.Dari informasi yang ia dengar ibunya itu tinggal disebuah kota yang agak jauh dari tempat tinggalnya sekarang dan dari informannya juga ia baru mengetahui kalau ibunya bernama Julie Safitri.“Aku akan menemui mu Bu, aku penasaran dengan wajahmu. Kenapa kau tidak pernah menemui ku selama hidupku ini, apa Papa yang melarang mu untuk menemui ku?” ucap Lita sambil fokus menyetir seb
Malam sudah tiba, waktu magrib juga sudah terlewat beberapa menit. Lita sendiri saat ini baru pulang dari keluar bersama kakaknya David. Kakaknya iru mengajak dirinya untuk menghabiskan waktu bersama ke Mal dan kemanapun yang membuat hatinya saat ini lebih baik daripada pagi tadi saat dia bertemu dengan Mama kandungnya.Benar kata Mama Nafa, kalau kakaknya David memang menyayangi dirinya. Dia selama ini bersikap begitu juga demi dirinya agar tidak tersakiti.Lita turun dari mobilnya saat ini, setelah menghentikannya di depan rumah. Seorang sopir di rumahnya mendatangi dirinya segera saja Lia memberikan kunci mobilnya tersebut pada Mang dadang supir dirumahnya itu.Lita segera berjalan menuju pintu rumahnya saat ini, magrib sudah berlalu kemungkinan Fahri sudah pulang kalau pria itu tidak minum-minuman seperti kemarin.Lita membuka pintu rumahnya yang tertutup secara perlahan, matanya melihat ruang tamunya saat ini dia
"Saya terima nikahnya Talita Devina Ravero binti Aryo Dinata Ravero dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pria yang diketahui bernama Fahri itu dengan cukup lantang. "Bagaimana para Saksi Sah.." ucap penghulu memperhatikan beberapa orang yang ada di situ. "SAH" ucap mereka semua dengan serempak. "Alhamdullilah" sahut semua dan dilanjutkan dengan doa. Selesai doa Fahri segera mencium kening istrinya dengan lembut. Lita tersenyum tipis dengan apa yang dilakukan Fahri, hatinya saat ini sangat berbunga karena pria yang ia cintai telah menikahinya secara sah. "Fahri saya serahkan putriku padamu, tolong jaga dia dan lindungi dia seperti aku melindunginya selama ini" ucap Aryo pada pria yang telah menikahi anaknya. "Iya Pa, pasti aku akan menjaganya seperti Papa yang menjaga dan melindungi Lita" pungkas Fahri pada Aryo yang sudah menjadi mertuanya. Mereka bertiga berdiri agak jauh dari orang-orang, "Terimakasih s
Malam sudah tiba, waktu magrib juga sudah terlewat beberapa menit. Lita sendiri saat ini baru pulang dari keluar bersama kakaknya David. Kakaknya iru mengajak dirinya untuk menghabiskan waktu bersama ke Mal dan kemanapun yang membuat hatinya saat ini lebih baik daripada pagi tadi saat dia bertemu dengan Mama kandungnya.Benar kata Mama Nafa, kalau kakaknya David memang menyayangi dirinya. Dia selama ini bersikap begitu juga demi dirinya agar tidak tersakiti.Lita turun dari mobilnya saat ini, setelah menghentikannya di depan rumah. Seorang sopir di rumahnya mendatangi dirinya segera saja Lia memberikan kunci mobilnya tersebut pada Mang dadang supir dirumahnya itu.Lita segera berjalan menuju pintu rumahnya saat ini, magrib sudah berlalu kemungkinan Fahri sudah pulang kalau pria itu tidak minum-minuman seperti kemarin.Lita membuka pintu rumahnya yang tertutup secara perlahan, matanya melihat ruang tamunya saat ini dia
Lita pagi-pagi sekali sudah keluar dari rumah, dia saat ini sedang mengendarai mobilnya sendiri. Tujuannya kini yaitu mencari ibu kandungnya entah dimana dia saat ini. Rasa penasarannya tentang ibu kandung begitu memuncak, ia ingin sekali menemui sosok ibu kandungnya yang selama ini belum pernah ia temui sama sekali dalam hidupnya. Ayahnya itu terlalu pintar untuk menyembunyikan masa lalunya dari media atau apapun.Sebelum dia mengorek tentang kehidupan Fahri, ia lebih memilih untuk mencari keberadaan ibu kandungnya itu dimana saat ini.Dari informasi yang ia dengar ibunya itu tinggal disebuah kota yang agak jauh dari tempat tinggalnya sekarang dan dari informannya juga ia baru mengetahui kalau ibunya bernama Julie Safitri.“Aku akan menemui mu Bu, aku penasaran dengan wajahmu. Kenapa kau tidak pernah menemui ku selama hidupku ini, apa Papa yang melarang mu untuk menemui ku?” ucap Lita sambil fokus menyetir seb
Hembusan angin disiang hari begitu kencang menemani Lita yang berjalan turun dari mobilnya. Ia memandang rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumahnya. Rumah yang terlihat begitu nyaman didepannya saat ini.“Kamu harus melakukan ini Fa, ayo harus kuat siap menerima apapun itu” ucap Lita mencoba menguatkan dirinya dia menghembuskan nafasnya melonggarkan dadanya agar tidak tegang memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju pintu rumah didepannya. Ini rumah keluarga fahri, dia harus mencari informasi soal Fahri pada kedua orang tua pria itu.Lita mengetuk pintu rumah tersebut dengan was-was, tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang pelayan yang memakai seragam hitam dan putihnya.“Iya mbak, cari siapa ya?” ucap pelayan tersebut saat melihat Lita yang tercengang karena melihat orang yang sebelumnya tidak pernah Lihat. Hatinya menjadi
“Hey bangun, aku bilang bangun” ucap Fahri setelah memberi nafas buatan untuk Lita yang belum juga sadar. Dia terus-terus memompa dada Lita mengeluarkan air dari dalam tubuh perempuan tersebut. “Aku bilang bangun, kau akan membuatku dipenjara” ucap Fahri berkali-kali, dia juga terus-terusan memberikan nafas buatan untuk Talita. Uhuhukkkk Akhirnya setelah berkali-kali Fahri memberi nafas buatan untuk Talita, perempuan tersebut memuntahkan air dari dalam mulutnya dia terbatuk-batuk dan perlahan membuka matanya. Didepannya saat ini ada Fahri yang melihatnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia artikan sama sekali.“Bangun, kau merepotkan saja” Fahri menarik Lita agar duduk. “Syukurlah kau tidak mati” tukasnya lagi langsung berdiri.
Lita yang kondisi tubuhnya sedang tidak enak badan semakin begitu terasa malam ini. Dia menjadi mengigil, melihat kesamping nya Fahri yang sudah tidur dengan nyenyak berselimutkan tebal tanpa menyisah kan untuknya barang sepucuk saja. “Mas, selimutnya jangan dipakai sendiri. Aku kedinginan sekarang” ucap Lita memegang bahu Fahri membangunkannya. Fahri hanya diam saja tidak menggubris bareng sedikitpun, lagi Lita mencoba membangunkan Fahri dan menarik pelan selimutnya. “Mas, aku benar-benar kedinginan.” Lirih Lita menarik selimutnya dari Fahri. Fahri terbangun karena tarikan itu, dia menatap Lita dengan setengah mengantuk tapi pandangan matanya menyiratkan ketidak sukaan dirinya pada sang istri. “Kamu berisik ya, mengganggu orang tidur saja. Kenapa?” bentak Fahri
Fahri bangun dari tidurnya, badannya terasa berat seperti ada yang mengikat tubuhnya saat ini. Dia membuka matanya secara perlahan, melihat apa sebenarnya yang membuat tubuhnya terikat. Matanya yang terbuka langsung berubah menjadi tajam, saat melihat apa yang mengikatnya. Ternyata itu Lita yang tidur dengan memeluknya saat ini, sungguh dia tidak suka berdekatan dengan perempuan yang telah sah menjadi istrinya beberapa hari ini. Dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita pada tubuhnya dan langsung menendang perempuan itu hingga terjatuh ke lantai. Talita tentu saja terbangun dengan kesakitan, karena tendangan Fahri dan juga karena dia terjatuh begitu keras kelantai saat ini. “Arkkk,.” Ucapnya saat terjatuh. Lita mendongak sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit melihat Fahri yang duduk di tempat tidur sambil melihatnya marah.
Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian. “Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini. “Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam. Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya. “Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri. “Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv. “Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini. “Loh Shena mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.
Talita bangun pagi-pagi sekali, bahakan matahari pun belum menampakkan wujudnya. Dia terbangun karena getar ponselnya yang ada di nakas meja sebelah dirinya saat ini. Segera saja dia langsung mematikan bunyi alarm di Hpnya agar suaminya yang sedang tidur membelakangi tidak terbangun. “Setengah lima, aku harus bangun dan menyiapkan semua buat mas Fahri” ucap Talita, dia segera bangkit dari tempat tidur secara hati-hati tentunya. “Mana ya kopernya mas Fahri, baju dinasnya diakan masih ada di dalam koper” pungkas dena berjalan kearah koper yang ada disudut kamar. Lita segera membuka koper milik suaminya, untuk mengambil baju dinas polisi disitu. ia akan menyetrikanya. Sehingga ketika suaminya berangkat dinas nanti bajunya sudah siap. Ternyata bajunya ada tepat di atas sendiri sehingga memudahkan Lita untuk tidak mengobrak-abrik dalam koper Fahri. Ia mengambil baju berwarna coklat itu beserta celananya dan membawanya pergi dari kamar saat ini. Dil
"Saya terima nikahnya Talita Devina Ravero binti Aryo Dinata Ravero dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pria yang diketahui bernama Fahri itu dengan cukup lantang. "Bagaimana para Saksi Sah.." ucap penghulu memperhatikan beberapa orang yang ada di situ. "SAH" ucap mereka semua dengan serempak. "Alhamdullilah" sahut semua dan dilanjutkan dengan doa. Selesai doa Fahri segera mencium kening istrinya dengan lembut. Lita tersenyum tipis dengan apa yang dilakukan Fahri, hatinya saat ini sangat berbunga karena pria yang ia cintai telah menikahinya secara sah. "Fahri saya serahkan putriku padamu, tolong jaga dia dan lindungi dia seperti aku melindunginya selama ini" ucap Aryo pada pria yang telah menikahi anaknya. "Iya Pa, pasti aku akan menjaganya seperti Papa yang menjaga dan melindungi Lita" pungkas Fahri pada Aryo yang sudah menjadi mertuanya. Mereka bertiga berdiri agak jauh dari orang-orang, "Terimakasih s