"Saya terima nikahnya Talita Devina Ravero binti Aryo Dinata Ravero dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pria yang diketahui bernama Fahri itu dengan cukup lantang.
"Bagaimana para Saksi Sah.." ucap penghulu memperhatikan beberapa orang yang ada di situ.
"SAH" ucap mereka semua dengan serempak.
"Alhamdullilah" sahut semua dan dilanjutkan dengan doa.
Selesai doa Fahri segera mencium kening istrinya dengan lembut. Lita tersenyum tipis dengan apa yang dilakukan Fahri, hatinya saat ini sangat berbunga karena pria yang ia cintai telah menikahinya secara sah.
"Fahri saya serahkan putriku padamu, tolong jaga dia dan lindungi dia seperti aku melindunginya selama ini" ucap Aryo pada pria yang telah menikahi anaknya.
"Iya Pa, pasti aku akan menjaganya seperti Papa yang menjaga dan melindungi Lita" pungkas Fahri pada Aryo yang sudah menjadi mertuanya.
Mereka bertiga berdiri agak jauh dari orang-orang,
"Terimakasih sudah merestui ku" ucap Lita tampak kaku pada Papanya.
"Iya, Papa akan merestui setiap keinginan putri Papa" ucap Aryo lembut mengusap kepala putrinya.
"Jaga adikku, jangan sampai kau menyakitinya. Maka aku yang akan langsung turun tangan" ucap Seorang pria yang baru saja datang memegang bahu Fahri.
Pria itu David Pratama Ravero, kakak dari Lita. Dia yang dulu tidak menyayangi Litaa sebagai adik kini, ia sangat menyayangi adiknya itu. Walaupun mereka tidak terlahir dari rahim yang sama. Sayangnya memang sedikit terlambat setelah Lita berubah menjadi orang yang arogan serta selalu berbicara ketus padanya.
"Ya akan aku jaga dia" singkat Fahri.
Talita Devina Ravero sendiri adalah anak hasil perselingkuhan Aryo dengan perempuan muda yang tidak jelas asal usulnya. Selama ini Lita disembunyikan Aryo dari media. Profil kehidupan Lita sendiri dipalsukan menjadi anak dari Aryo dan istri sahnya. Dengan begitu media mengetahuinya kalau Lita anak kedua dari Aryo dan istrinya.
Hal itu yang melakukan Waluyo, dia tidak ingin citra keluarganya rusak cuman gara-gara anak haram hasil dari perselingkuhan putranya.
Karena hal itulah yang membuat Lita menjadi perempuan dingin, Arogan, egois, tidak mau mengalah, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dia selama ini mengetahui kalau ia bukanlah anak sah dari pernikahan ayahnya dan kakak dan adiknya bukanlah saudara yang terlahir dari ibu yang sama dengannya.
Itu semua ia ketahui saat ia menginjak umur 12 tahun. Dimana dia sudah kelas enam SD saat itu, mulai dari situlah ia mulai berubah. Sekarang dia mengetahui alasan kakak dan Mamanya yang ia kira ibu kandungnya membenci dirinya selama ini. Serta alasan mereka sekeluarga tinggal di Australia dulu.
Lita juga mengetahui kalau kakek dan Neneknya juga tidak baik dengannya. Mereka selama ini hanya berpura-pura saja karena untuk mendapatkan perhatian media agar keluarga mereka dikira harmonis. Semenjak Lita mengetahui semua, dia berubah menjadi seorang yang kasar dan selalu bertentangan dengan yang lain, contohnya dengan Papanya sendiri.
Aryo Dinata Ravero Papa Lita merupakan putra sulung serta pewaris dari RV Group perusahaan konglomerat yang telah dibangun oleh ayah dari Aryo yaitu Waluyo Ravero.
………………
Lita dan juga Fahri masuk kedalam rumah yang begitu besar dan megah. Rumah itu pemberian dari Aryo untuk Lita sebagai kado pernikahan untuk mereka.
Sebenarnya Fahri menolak itu, tapi Aryo terus memaksanya. Dengan sangat terpaksa ia menerima pemberian mertuanya tersebut.
Mereka berada diruang tengah yang cukup besar,.
"Bagaimana dengan rumahnya, Kamu menyukainya sayang" ucap Lita pada Fahri yang mengamati seluruh isi rumah itu.
"Bawakan koperku, aku mau mandi" bukannya menjawab pertanyaan Lita Fahri malah berkata dingin dengan perempuan yang telah menyandang sebagai istrinya.
Tentu saja Lita terkejut mendengar ucapan Fahri barusan.
"Kamu serius menyuruhku yang membawanya?" ucap Lita seakan dia telah salah dengar.
"Apa kau tuli,? kau tidak mendengar apa yang aku katakan" Fahri menatap tajam Lita yang langsung membeku menerima tatapan mengerikan tersebut. Ada apa sebenarnya dengan Fahri kenapa dia bersikap seperti iyu batin Lita melihat Fahri yang melangkah menaiki tangga dengan cepat.
"Lita, kenapa diam nak. Sini mbok bantu" seorang perempuan paru baya datang bersama dengan dua perempuan lain dengan seragam hitam putih.
"Mbok Jum,." kaget Lita saat melihat perempuan itu.
"Kok disini mbok?" lanjut Lita matanya berbinar tampak senang melihat perempuan itu.
Mbok Jum, adalah pengasuh Lita dulu sekaligus pembantu rumah tangga keluarganya di Australia hingga saat ini. Herannya kenapa bisa ada di sini bukannya mbok Jum di rumah Papanya.
"Iya mbok disuruh tuan Aryo untuk kesini tinggal dengan kamu" jelas mbok Jum.
"Serius mbok" Lita tampak senang dan langsung memeluk perempuan tua itu.
"Iya serius" jawabnya didalam pelukan Lita.
"Tolong Sekar dan Tari bawa koper non Lita ke kamarnya" perintah mbok Jum pada dua pelayan itu.
"Aku senang deh kalau mbok Jum disini, mbok sudah seperti ibuku sendiri" mata Lita tampak berkaca-kaca.
"Sama, mbok juga udah anggep kamu kayak anak sendiri" sahut mbok Jum.
"Sudah sana, kamu keatas layani suami kamu. Dia nanti nunggu kamu loh" pinta mbok Jum menyuruh Lita untuk segera keatas.
"Iya mbok, aku keatas dulu ya. Pasti mas Fahri sudah nunggu aku" Lita mengahapus setetes air mata haru yang menetes.
Dia segera berlalu pergi meninggalkan mbok Jum disitu.
"Mbok harap kamu bisa bahagia Lita" gumam mbok Jum mengiringi langkah bahagia Lita yang menaiki tangga agar segera sampai kelantai atas.
………………
Lita masuk kedalam kamarnya dan juga Fahri.
"Sayang.." panggil Lita mencari keberadaan Fahri karena kamar itu kosong.
Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Fahri yang baru saja selesai mandi. Rambutnya yang basah serta bagian atas tubuhnya yang terekspos menandakan kalau pria itu selesai mandi.
"Kok kamu sudah mandi sih sayang, kan kita belum malam pertama" pungkas Lita langsung memeluk Fahri.
Fahri yang menerima pelukan itu menatap dingin Lita, dia seakan tidak suka dipeluk begitu.
"Lepas, aku mau tidur" dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita.
"Kok sudah mau tidur sih, tunggu aku ganti baju ya" Lita masih berbicara sedikit manja seakan menggoda Fahri.
"Untuk apa aku menunggumu," ketus pria itu.
Fahri segera berjalan kearah tempat tidur dia merebahkan dirinya disitu.
"Cepat mandi, jangan diam saja seperti patung. Setelah mandi matikan lampunya" kata-kata Fahri begitu ketus pada Lita membuat Lita bingung sendiri dengan sikap Fahri yang berubah dingin padanya.
"Kamu lelah ya sayang, jadinya ketus begitu padaku" ucap Lita menatap Fahri yang sudah berbaring di tempat tidur.
"Kamu cerewet sekali sih, cepat mandi sana" pungkas Fahri menatap jengah Lita.
"Baiklah, aku mandi" Dengan langkah berat Lita berjalan menuju kamar mandi saat ini. Padahal dia ingin mesra-mesraan dengan suaminya dulu baru mandi. Ya sudahlah itu bisa dilakukan besok saja mungkin Fahri sedang lelah.
°°°°°
Lita sudah selesai mandi dan dia juga sudah berganti pakaian dengan baju tidur yang transparan. Naik keatas tempat tidur membaringkan dirinya disebelah Fahri yang sudah tidur membelakangi dirinya.
Lita memperhatikan punggung kokoh seorang Fahri, suaminya itu begitu Perfect menurutnya.
Lita langsung memeluk pinggang suaminya, dari belakang.
Fahri yang merasakan ada yang memeluknya dari belakang langsung membalikkan tubuhnya begitu saja. Kini wajahnya tepat berada didepan Lita yang tampak cantik didepannya.
Fahri menatap dalam diam, begitu juga dengan Lita.
Lita tersenyum menggoda Fahri, dengan mengedipkan sebelah matanya seakan memberi tanda.
"Apa yang kau lakukan, menjauh lah dariku. Jangan ganggu aku, aku mau tidur" mendengar perkataan ketus itu keluar dari mulut Fahri membuat senyum menggoda Lita langsung luntur.
Fahri kembali memalingkan tubuhnya membelakangi Lita.
"Fahri, aku ada salah padamu? kamu marah padaku?" Lita akhirnya mengatakan pertanyaan yang ada di kepalanya.
"Diam lah, ini sudah malam. Jangan berisik dan menggangguku, besok aku mau bekerja"
"Besok kamu mau bekerja tidak mengambil cuti, kamu tidak ingin bulan madu" ucap Lita.
"Kau mau aku sumpal mulutmu. Jangan berisik, tidurlah dan jangan peluk aku. Itu mengganggu" Fahri menatap Lita tajam.
Seketika Lita membeku, terkejut dengan itu. Ia belum pernah melihat Fahri semarah itu padanya. Sebenarnya ada apa dengan Fahri sekarang?
°°°
T.B.C
"Apa kau tuli,? kau tidak mendengar apa yang aku katakan" Fahri menatap taja
Talita bangun pagi-pagi sekali, bahakan matahari pun belum menampakkan wujudnya. Dia terbangun karena getar ponselnya yang ada di nakas meja sebelah dirinya saat ini. Segera saja dia langsung mematikan bunyi alarm di Hpnya agar suaminya yang sedang tidur membelakangi tidak terbangun. “Setengah lima, aku harus bangun dan menyiapkan semua buat mas Fahri” ucap Talita, dia segera bangkit dari tempat tidur secara hati-hati tentunya. “Mana ya kopernya mas Fahri, baju dinasnya diakan masih ada di dalam koper” pungkas dena berjalan kearah koper yang ada disudut kamar. Lita segera membuka koper milik suaminya, untuk mengambil baju dinas polisi disitu. ia akan menyetrikanya. Sehingga ketika suaminya berangkat dinas nanti bajunya sudah siap. Ternyata bajunya ada tepat di atas sendiri sehingga memudahkan Lita untuk tidak mengobrak-abrik dalam koper Fahri. Ia mengambil baju berwarna coklat itu beserta celananya dan membawanya pergi dari kamar saat ini. Dil
Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian. “Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini. “Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam. Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya. “Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri. “Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv. “Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini. “Loh Shena mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.
Fahri bangun dari tidurnya, badannya terasa berat seperti ada yang mengikat tubuhnya saat ini. Dia membuka matanya secara perlahan, melihat apa sebenarnya yang membuat tubuhnya terikat. Matanya yang terbuka langsung berubah menjadi tajam, saat melihat apa yang mengikatnya. Ternyata itu Lita yang tidur dengan memeluknya saat ini, sungguh dia tidak suka berdekatan dengan perempuan yang telah sah menjadi istrinya beberapa hari ini. Dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita pada tubuhnya dan langsung menendang perempuan itu hingga terjatuh ke lantai. Talita tentu saja terbangun dengan kesakitan, karena tendangan Fahri dan juga karena dia terjatuh begitu keras kelantai saat ini. “Arkkk,.” Ucapnya saat terjatuh. Lita mendongak sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit melihat Fahri yang duduk di tempat tidur sambil melihatnya marah.
Lita yang kondisi tubuhnya sedang tidak enak badan semakin begitu terasa malam ini. Dia menjadi mengigil, melihat kesamping nya Fahri yang sudah tidur dengan nyenyak berselimutkan tebal tanpa menyisah kan untuknya barang sepucuk saja. “Mas, selimutnya jangan dipakai sendiri. Aku kedinginan sekarang” ucap Lita memegang bahu Fahri membangunkannya. Fahri hanya diam saja tidak menggubris bareng sedikitpun, lagi Lita mencoba membangunkan Fahri dan menarik pelan selimutnya. “Mas, aku benar-benar kedinginan.” Lirih Lita menarik selimutnya dari Fahri. Fahri terbangun karena tarikan itu, dia menatap Lita dengan setengah mengantuk tapi pandangan matanya menyiratkan ketidak sukaan dirinya pada sang istri. “Kamu berisik ya, mengganggu orang tidur saja. Kenapa?” bentak Fahri
“Hey bangun, aku bilang bangun” ucap Fahri setelah memberi nafas buatan untuk Lita yang belum juga sadar. Dia terus-terus memompa dada Lita mengeluarkan air dari dalam tubuh perempuan tersebut. “Aku bilang bangun, kau akan membuatku dipenjara” ucap Fahri berkali-kali, dia juga terus-terusan memberikan nafas buatan untuk Talita. Uhuhukkkk Akhirnya setelah berkali-kali Fahri memberi nafas buatan untuk Talita, perempuan tersebut memuntahkan air dari dalam mulutnya dia terbatuk-batuk dan perlahan membuka matanya. Didepannya saat ini ada Fahri yang melihatnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia artikan sama sekali.“Bangun, kau merepotkan saja” Fahri menarik Lita agar duduk. “Syukurlah kau tidak mati” tukasnya lagi langsung berdiri.
Hembusan angin disiang hari begitu kencang menemani Lita yang berjalan turun dari mobilnya. Ia memandang rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumahnya. Rumah yang terlihat begitu nyaman didepannya saat ini.“Kamu harus melakukan ini Fa, ayo harus kuat siap menerima apapun itu” ucap Lita mencoba menguatkan dirinya dia menghembuskan nafasnya melonggarkan dadanya agar tidak tegang memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju pintu rumah didepannya. Ini rumah keluarga fahri, dia harus mencari informasi soal Fahri pada kedua orang tua pria itu.Lita mengetuk pintu rumah tersebut dengan was-was, tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang pelayan yang memakai seragam hitam dan putihnya.“Iya mbak, cari siapa ya?” ucap pelayan tersebut saat melihat Lita yang tercengang karena melihat orang yang sebelumnya tidak pernah Lihat. Hatinya menjadi
Lita pagi-pagi sekali sudah keluar dari rumah, dia saat ini sedang mengendarai mobilnya sendiri. Tujuannya kini yaitu mencari ibu kandungnya entah dimana dia saat ini. Rasa penasarannya tentang ibu kandung begitu memuncak, ia ingin sekali menemui sosok ibu kandungnya yang selama ini belum pernah ia temui sama sekali dalam hidupnya. Ayahnya itu terlalu pintar untuk menyembunyikan masa lalunya dari media atau apapun.Sebelum dia mengorek tentang kehidupan Fahri, ia lebih memilih untuk mencari keberadaan ibu kandungnya itu dimana saat ini.Dari informasi yang ia dengar ibunya itu tinggal disebuah kota yang agak jauh dari tempat tinggalnya sekarang dan dari informannya juga ia baru mengetahui kalau ibunya bernama Julie Safitri.“Aku akan menemui mu Bu, aku penasaran dengan wajahmu. Kenapa kau tidak pernah menemui ku selama hidupku ini, apa Papa yang melarang mu untuk menemui ku?” ucap Lita sambil fokus menyetir seb
Malam sudah tiba, waktu magrib juga sudah terlewat beberapa menit. Lita sendiri saat ini baru pulang dari keluar bersama kakaknya David. Kakaknya iru mengajak dirinya untuk menghabiskan waktu bersama ke Mal dan kemanapun yang membuat hatinya saat ini lebih baik daripada pagi tadi saat dia bertemu dengan Mama kandungnya.Benar kata Mama Nafa, kalau kakaknya David memang menyayangi dirinya. Dia selama ini bersikap begitu juga demi dirinya agar tidak tersakiti.Lita turun dari mobilnya saat ini, setelah menghentikannya di depan rumah. Seorang sopir di rumahnya mendatangi dirinya segera saja Lia memberikan kunci mobilnya tersebut pada Mang dadang supir dirumahnya itu.Lita segera berjalan menuju pintu rumahnya saat ini, magrib sudah berlalu kemungkinan Fahri sudah pulang kalau pria itu tidak minum-minuman seperti kemarin.Lita membuka pintu rumahnya yang tertutup secara perlahan, matanya melihat ruang tamunya saat ini dia
Malam sudah tiba, waktu magrib juga sudah terlewat beberapa menit. Lita sendiri saat ini baru pulang dari keluar bersama kakaknya David. Kakaknya iru mengajak dirinya untuk menghabiskan waktu bersama ke Mal dan kemanapun yang membuat hatinya saat ini lebih baik daripada pagi tadi saat dia bertemu dengan Mama kandungnya.Benar kata Mama Nafa, kalau kakaknya David memang menyayangi dirinya. Dia selama ini bersikap begitu juga demi dirinya agar tidak tersakiti.Lita turun dari mobilnya saat ini, setelah menghentikannya di depan rumah. Seorang sopir di rumahnya mendatangi dirinya segera saja Lia memberikan kunci mobilnya tersebut pada Mang dadang supir dirumahnya itu.Lita segera berjalan menuju pintu rumahnya saat ini, magrib sudah berlalu kemungkinan Fahri sudah pulang kalau pria itu tidak minum-minuman seperti kemarin.Lita membuka pintu rumahnya yang tertutup secara perlahan, matanya melihat ruang tamunya saat ini dia
Lita pagi-pagi sekali sudah keluar dari rumah, dia saat ini sedang mengendarai mobilnya sendiri. Tujuannya kini yaitu mencari ibu kandungnya entah dimana dia saat ini. Rasa penasarannya tentang ibu kandung begitu memuncak, ia ingin sekali menemui sosok ibu kandungnya yang selama ini belum pernah ia temui sama sekali dalam hidupnya. Ayahnya itu terlalu pintar untuk menyembunyikan masa lalunya dari media atau apapun.Sebelum dia mengorek tentang kehidupan Fahri, ia lebih memilih untuk mencari keberadaan ibu kandungnya itu dimana saat ini.Dari informasi yang ia dengar ibunya itu tinggal disebuah kota yang agak jauh dari tempat tinggalnya sekarang dan dari informannya juga ia baru mengetahui kalau ibunya bernama Julie Safitri.“Aku akan menemui mu Bu, aku penasaran dengan wajahmu. Kenapa kau tidak pernah menemui ku selama hidupku ini, apa Papa yang melarang mu untuk menemui ku?” ucap Lita sambil fokus menyetir seb
Hembusan angin disiang hari begitu kencang menemani Lita yang berjalan turun dari mobilnya. Ia memandang rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumahnya. Rumah yang terlihat begitu nyaman didepannya saat ini.“Kamu harus melakukan ini Fa, ayo harus kuat siap menerima apapun itu” ucap Lita mencoba menguatkan dirinya dia menghembuskan nafasnya melonggarkan dadanya agar tidak tegang memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju pintu rumah didepannya. Ini rumah keluarga fahri, dia harus mencari informasi soal Fahri pada kedua orang tua pria itu.Lita mengetuk pintu rumah tersebut dengan was-was, tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang pelayan yang memakai seragam hitam dan putihnya.“Iya mbak, cari siapa ya?” ucap pelayan tersebut saat melihat Lita yang tercengang karena melihat orang yang sebelumnya tidak pernah Lihat. Hatinya menjadi
“Hey bangun, aku bilang bangun” ucap Fahri setelah memberi nafas buatan untuk Lita yang belum juga sadar. Dia terus-terus memompa dada Lita mengeluarkan air dari dalam tubuh perempuan tersebut. “Aku bilang bangun, kau akan membuatku dipenjara” ucap Fahri berkali-kali, dia juga terus-terusan memberikan nafas buatan untuk Talita. Uhuhukkkk Akhirnya setelah berkali-kali Fahri memberi nafas buatan untuk Talita, perempuan tersebut memuntahkan air dari dalam mulutnya dia terbatuk-batuk dan perlahan membuka matanya. Didepannya saat ini ada Fahri yang melihatnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia artikan sama sekali.“Bangun, kau merepotkan saja” Fahri menarik Lita agar duduk. “Syukurlah kau tidak mati” tukasnya lagi langsung berdiri.
Lita yang kondisi tubuhnya sedang tidak enak badan semakin begitu terasa malam ini. Dia menjadi mengigil, melihat kesamping nya Fahri yang sudah tidur dengan nyenyak berselimutkan tebal tanpa menyisah kan untuknya barang sepucuk saja. “Mas, selimutnya jangan dipakai sendiri. Aku kedinginan sekarang” ucap Lita memegang bahu Fahri membangunkannya. Fahri hanya diam saja tidak menggubris bareng sedikitpun, lagi Lita mencoba membangunkan Fahri dan menarik pelan selimutnya. “Mas, aku benar-benar kedinginan.” Lirih Lita menarik selimutnya dari Fahri. Fahri terbangun karena tarikan itu, dia menatap Lita dengan setengah mengantuk tapi pandangan matanya menyiratkan ketidak sukaan dirinya pada sang istri. “Kamu berisik ya, mengganggu orang tidur saja. Kenapa?” bentak Fahri
Fahri bangun dari tidurnya, badannya terasa berat seperti ada yang mengikat tubuhnya saat ini. Dia membuka matanya secara perlahan, melihat apa sebenarnya yang membuat tubuhnya terikat. Matanya yang terbuka langsung berubah menjadi tajam, saat melihat apa yang mengikatnya. Ternyata itu Lita yang tidur dengan memeluknya saat ini, sungguh dia tidak suka berdekatan dengan perempuan yang telah sah menjadi istrinya beberapa hari ini. Dengan kuat Fahri melepaskan pelukan Lita pada tubuhnya dan langsung menendang perempuan itu hingga terjatuh ke lantai. Talita tentu saja terbangun dengan kesakitan, karena tendangan Fahri dan juga karena dia terjatuh begitu keras kelantai saat ini. “Arkkk,.” Ucapnya saat terjatuh. Lita mendongak sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit melihat Fahri yang duduk di tempat tidur sambil melihatnya marah.
Fahri ke rumah orang tuanya, dia keluar mobil dengan lemah. Tapi bagaimanapun itu keputusannya dan pilihannya. Ia datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahu kalau ia telah resmi keluar dari kepolisian. “Assalamualaikum,” ucap fahri membuka pintu rumahnya saat ini. “Walakumsalam,” sahut dua suara yang berbeda dari dalam. Rumah orang tuanya juga besar tapi tidak terlalu mewah dengan rumah yang diberikan ayah mertuanya. “Fahri kamu datang kesini sendiri? Mana istrimu?” ucap Papa dari Fahri. “Tidak usah tanyakan soal dia Pa,” pungkas Fahri tidak suka, dia langsung berjalan masuk lebih dalam menuju ruang tengah. Di sana ada Mamanya yang duduk sambil menonton tv. “Ma,..” ucap Fahri berjalan mendekati mamanya yang langsung menoleh melihat dirinya saat ini. “Loh Shena mana Fahri?” tanya Wulan ibu dari Fahri.
Talita bangun pagi-pagi sekali, bahakan matahari pun belum menampakkan wujudnya. Dia terbangun karena getar ponselnya yang ada di nakas meja sebelah dirinya saat ini. Segera saja dia langsung mematikan bunyi alarm di Hpnya agar suaminya yang sedang tidur membelakangi tidak terbangun. “Setengah lima, aku harus bangun dan menyiapkan semua buat mas Fahri” ucap Talita, dia segera bangkit dari tempat tidur secara hati-hati tentunya. “Mana ya kopernya mas Fahri, baju dinasnya diakan masih ada di dalam koper” pungkas dena berjalan kearah koper yang ada disudut kamar. Lita segera membuka koper milik suaminya, untuk mengambil baju dinas polisi disitu. ia akan menyetrikanya. Sehingga ketika suaminya berangkat dinas nanti bajunya sudah siap. Ternyata bajunya ada tepat di atas sendiri sehingga memudahkan Lita untuk tidak mengobrak-abrik dalam koper Fahri. Ia mengambil baju berwarna coklat itu beserta celananya dan membawanya pergi dari kamar saat ini. Dil
"Saya terima nikahnya Talita Devina Ravero binti Aryo Dinata Ravero dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap pria yang diketahui bernama Fahri itu dengan cukup lantang. "Bagaimana para Saksi Sah.." ucap penghulu memperhatikan beberapa orang yang ada di situ. "SAH" ucap mereka semua dengan serempak. "Alhamdullilah" sahut semua dan dilanjutkan dengan doa. Selesai doa Fahri segera mencium kening istrinya dengan lembut. Lita tersenyum tipis dengan apa yang dilakukan Fahri, hatinya saat ini sangat berbunga karena pria yang ia cintai telah menikahinya secara sah. "Fahri saya serahkan putriku padamu, tolong jaga dia dan lindungi dia seperti aku melindunginya selama ini" ucap Aryo pada pria yang telah menikahi anaknya. "Iya Pa, pasti aku akan menjaganya seperti Papa yang menjaga dan melindungi Lita" pungkas Fahri pada Aryo yang sudah menjadi mertuanya. Mereka bertiga berdiri agak jauh dari orang-orang, "Terimakasih s