Beranda / Pernikahan / Istri Tuan Jackson / Bab 6 | Ini Sebuah Transaksi

Share

Bab 6 | Ini Sebuah Transaksi

Brug!

“Cepat beri hormat pada Tuan Jackson, Sophia.”

“Aaagghh!”

Tubuh kecil Sophia didorong kasar oleh Tuan Felix sampai jatuh dengan lutut tersentak ke lantai.

Sophia bersimpuh tepat di depan barisan tubuh kekar para lelaki yang mengenakan jas hitam legam.

Mereka membentuk barisan bak pilar-pilar tinggi guna menyembunyikan sosok misterius Jackson Hamilton.

Ini adalah aturan yang telah diketahui semua orang jika akan menemui seorang Jackson, tapi sikap arogan Tuan Felix merasa tak terima.

“Biarkan putriku bertemu Tuan Jackson,” imbuh Tuan Felix dengan sorot mata memaksa. Jika dihalangi seperti ini, dia jelas tak bisa mengambil keuntungan lebih. Brengsek!

“Dia akan jadi Nyonya Hamilton. Minggir kalian semua!”

“Lancang!” berang salah seorang pengawal. Tanpa aba-aba, stik baseball diayun lantas dengan cepat menghantam rahang Tuan Felix hingga lelaki itu jatuh tersungkur dengan mulut penuh darah.

Di saat itu juga Tuan Felix melepeh sesuatu dari mulut, kemudian jemarinya bergerak maju, menyentuh dua gigi depan yang terlepas berlumuran darah.

‘Astaga ... gigiku copot?’ Tuan Felix tersentak syok.

“Tak ada seorang pun yang bisa melihat Tuan Jackson, tanpa izin dari Tuan Jackson.”

“Ma-maafkan diriku, Tuan Jackson. A-aku hanya ingin lebih akrab dengan calon mantuku.”

“Tuan Felix, ingat statusmu.” Simon menyela sembari menatap dengan sorot mata penuh peringatan.

Tuan Felix mengangguk-angguk cepat tak berdaya. Dia menarik kasar lengan sang putri untuk lebih dekat dengan dirinya.

“Ba-baik. Sophia, kau juga bersimpuh!”

“Tuan Jackson, saya kemari bawa putri pertama saya. Dia bersedia jadi wanita Anda.” Lelaki itu kembali berkata, membuat jiwa penolakan Sophia bergolak mendidih.

Gadis itu meronta dari cekalan tangan sang papa, tapi semakin ia memberontak kekuatan kuncian itu akan jadi kian menyakitkan.

“Bagus. Kau tahu diri juga, Tuan Felix. Untuk seorang Felix Aland, jatuh miskin ternyata lebih menakutkan daripada kehilangan putri kandung sendiri, ya?”

“Simon, berikan dokumen kontraknya. Pastikan tak ada satu poin pun yang dilewatkan Nona Sophia.” Jari panjang kokoh Jackson mengetuk-ngetuk sisi besi kursi rodanya sembari tersenyum miring.

“... kali ini aku tidak akan berbaik hati. Ini kesempatan terakhir yang aku berikan untuk melunasi seluruh hutang-hutangmu padaku.” Lanjut Jackson berbicara penuh kuasa di balik tubuh para pengawal yang berdiri menutupi lelaki itu.

“Tunggu!” Tiba-tiba saja Sophia berteriak menyela sembari menahan bulir air mata yang akan kembali jatuh.

“Tidak sopan. Beri pelajaran pada Nona Soph—”

“Simon, biarkan dia bicara.” Berdecak pelan, Jackson kini mengusap dagu seakan menunggu apa yang dikatakan Sophia. “Kau ingin tawar-menawar lagi padaku, Nona? Atau kau ingin kabur?”

“Aku hanya ingin bertanya, kalau bukan aku yang ada di sini, apa Tuan Jackson masih mau mengampuni hutang papaku?” tanya gadis itu dengan nada tersendat-sendat.

“... di kediaman Aland masih ada satu gadis lagi. Dia juga memiliki darah sepertiku. Apa Tuan Jackson—”

“Sophia, apa-apaan kau!?” Tuan Felix memekik memberang pada sang putri, dan langsung melayangkan tamparan keras. “Amara masih harus belajar. Dia belum bisa menikah.”

“Ck! Belajar ya,” ulang mencibir Sophia dengan wajah terjatuh muram.

Rasa kebas di pipi masih begitu terasa menyakitkan, tapi hal tersebut tak separah luka hati gadis cantik itu.

“Diam! Tutup mulutmu, Gadis Sialan!” bentak Tuan Felix dengan mata melotot. Bahkan jejak darah di hidung dan sebagian sisi bibir masih berjejak basah.

“Menarik sekali. Kalau apa yang dikatakan Nona Sophia benar, aku juga bisa menerima nona kedua keluarga Aland.” Garis seringai gelap di bibir Jackson kian melebar, saat situasi di antara anak dan ayah itu kian tegang.

“Itu tidak benar, Tuan Jackson.”

“Saya pastikan Sophia akan jadi istri Tuan Jackson yang penurut dan patuh,” jawab cepat Tuan Felix bersuara gugup.

Dia takut putri kesayangannya akan terperangkap kekejaman lelaki tua seperti Jackson.

Tidak, itu tak boleh terjadi.

Tak bisa lagi membantah. Sophia menggigit kuat bibir bawah ranum basahnya, hingga merasakan ada rasa berbeda dalam tegukan ludah yang mengalir di tenggorokan.

“Baiklah, jangan terlalu banyak bicara. Aku sudah mulai bosan,” tungkas dingin Jackson. “Simon, percepat prosesnya.”

Sang asisten pribadi mengangguk patuh.

“Baik, Tuan. Tanda tangan di sini.” Simon menunjuk kolom paling bawah dokumen yang terlihat ada nama Sophia di sana.

“Nona Sophia hanya memiliki waktu sepuluh detik. Pahamilah kalau Tuan Jackson tak akan pernah kekurangan wanita jika Nona Sophia menolak.”

‘Bedebah! Kalian adalah pebisnis yang licik!’ geram mengumpat Sophia dalam hati. ‘Suatu saat nanti, aku akan pergi sejauh mungkin dari orang-orang seperti kalian.’

Tiba-tiba tubuh Sophia berjingkat kesakitan, dengan kelopak mata memejam erat saat rambut belakangnya ditarik kasar oleh sang papa.

“Kau tuli, huh?! Tuan Simon memintamu tanda tangan, bukan menangis. Apa kau mengerti, Sophia? Apa perlu Papa bantu menanda tangani, Putriku Sayang?”

“Aagh! Sa-sakit... sakit sekali. Ja-jangan tarik lagi rambut Sophia, Pa. Ampun!”

“Cepat tanda tangani, atau kau mau lihat pelayanmu mati dalam satu liang lahat bersama tulang rangka tengkorak mamamu?” bisik menekan Tuan Felix tepat di depan telinga Sophia, yang tampak menggeleng ketakutan dengan wajah memerah padam menahan rasa perih di kulit kepala.

“A-ampuni Sophia, Pa. Jangan lakukan itu. Bibi tak bersalah. Jangan sakiti dia.”

“Sophia Aland,” imbuh Tuan Felix lagi yang kian menggeram dongkol, yang mau tak mau memaksa jari gemetar Sophia menggenggam bolpoin lantas mengayun tinta hitam di atas dokumen perjanjian.

“Haah!” Napas Sophia tersengal-sengal saat genggamannya telah melepas bolpoin khusus dari keluarga Hamilton. Yang juga membuat tarikan di rambut gadis itu terbebas, dan diganti dengan usapan lembut.

Hancur sudah impian Sophia sejak ia menanda tangani perjanjian kontrak ini.

“Perjanjian kontrak sudah sah. Dengan ini, Nona Sophia telah setuju menjadi istri Tuan Jackson.” Simon berkata tenang, yang langsung membawa wajah basah pilu Sophia terangkat. “Dan melahirkan keturunan laki-laki.”

“Lalu bagaimana kalau aku hamil anak perempuan?” todong Sophia lagi dengan suara serak.

“Kalau begitu, Nona Sophia akan tetap berada di mansion Hamilton sampai Anda mengandung bayi laki-laki. Tidak hanya itu, apa pun yang diminta Tuan Jackson, Anda tidak boleh menolak.”

“... termasuk menjadi pendonor darah setiap dua minggu.” Tambah Simon sembari menutup dokumen pranikah.

Dia menoleh sekilas pada salah satu bawahannya untuk mengirim perintah membawa pergi Sophia.

Sang bawahan mengangguk patuh lantas mendekati Sophia di sana.

“Ikut kami pergi, Nona.”

“Ugh, kamu mau bawa aku ke mana?!”

“Jaga dirimu, Sophia. Ingatlah untuk pulang suatu hari nanti,” kata sendu pengantar Tuan Felix, yang jelas tak benar-benar menginginkan sang putri pulang.

Tuan Felix diam-diam kembali mencuri lirik ke arah sela tubuh kekar para pengawal Jackson.

Lelaki itu ingin melihat sendiri bagaimana sosok misterius seorang Jackson Hamilton sebelum dia juga pulang.

Kehilangan dua gigi depan dan tulang hidung yang patah seakan terlupakan begitu saja.

Sedikit lagi ... Tuan Felix akan mampu menangkap sisi wajah tampan Jackson, tapi tiba-tiba sebuah tendangan kuat menghantam tulang dadanya hingga dia terlempar dan muntah darah.

“Uhuk ... u-uhuk. Uhuk ....”

“Apa kau tahu kesalahanmu, Tuan Felix Aland?” Simon bertanya dingin, setelah menghentikan langkah tepat di depan tubuh tak berdaya Tuan Felix.

“Kita sekarang sudah jadi keluarga, kupikir tidak masalah saling terbuka satu sama lain,” tutur lemah Tuan Felix yang masih terbatuk-batuk.

Di detik itu juga dia terhenyak oleh kenangan pukulan stik baseball yang menghantam rahangnya.

“Keluarga? Tuan Jackson tak pernah menganggap siapa pun sebagai keluarga, apalagi keluarga kecil seperti Aland.”

“... kau jual putrimu, dan Tuan Jackson membeli. Ini sebuah transaksi. Jadi jangan coba melewati batasmu, Tuan Felix.”

“Tapi, Tu—”

“Pengawal, beri pelajaran untuk Tuan Felix. Terutama kedua matanya. Buat dia buta, ini pesan Tuan Jackson.”

“JANGAN!” pekik meronta Tuan Felix, “tolong ampuni aku.”

“Baik, Tuan Simon.”

***

“Sophia Aland .... Kau tidurlah di tempat itu.”

Kelopak mata kecil Sophia mengerjap-ngerjap linglung. Dan sesaat kemudian gadis itu menoleh ke sekeliling.

“Di sana? Kenapa aku harus tidur di sana, sedang kamar pelayan rumah ini jauh lebih layak dari tempat itu,” tutur Sophia memprotes.

Ia jelas tak sudi menghabiskan seluruh waktu malamnya di gudang gelap gulita nan berdebu.

“Kenapa, kau ingin tidur satu kamar denganku?” tanggap Jackson sembari menautkan jemari, dengan tatapan melurus ke depan. “Kau hanyalah seorang budak yang kubeli. Tak pantas berdekatan denganku.”

‘Bu-budak? Bukankah aku istri Jackson Hamilton?’ cicit batin Sophia terperangah.

Di mansion mewah Hamilton ternyata posisi nyonya muda tak berlaku untuk seorang Sophia. Nyatanya ia disatukan dengan para pelayan kelas bawah di rumah ini.

“Kau pasti berpikir tentang buku nikah itu.”

“... jangan berharap terlalu banyak, Sophia. Kau hidup hanya demi nyawa wanitaku. Jadi kalau kau mati suatu saat nanti, posisimu akan langsung digantikan wanitaku.” Jackson berkata tajam, seakan Sophia hanya sebuah boneka yang akan dibuang jika sudah berubah usang.

“Baik, Tuan Jackson. Aku mengerti posisiku. Aku akan tidur di tempat itu.” Tak ingin memperkeruh suasana, Sophia memilih menerima nasibnya. Ia sudah lelah dengan segala luka luar dan dalam.

“Ya, kau memang harus mengerti posisimu. Tugasmu akan dijelaskan Ella. Ella, maju.”

“Saya Ella.” Seorang wanita separuh baya berdiri setengah membungkuk penuh hormat di deretan paling depan para pelayan. “Siap membantu Nyonya.”

“Panggil dia Sophia,” tegas Jackson yang tak ingin panggilan terhormat untuk sang kekasih dipakai oleh Sophia.

“Kami mengerti, Tuan Jackson.” Para pelayan kompak menjawab.

“Ada sebuah kamar yang tak boleh kau masuki. Kalau kau berani melanggar, kupastikan kau akan terus mengingat peringatanku hari ini.”

“... satu lagi Sophia Aland, status menjadi istriku tak akan berguna di rumah ini. Jadi, jangan pernah berpikir kau akan mampu mengganti posisi wanitaku. Karena kau hanyalah benda bodoh yang kubeli. Mengerti?!”

Degh!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status