“Sophia!” Tuan Felix memekik dengan intonasi sangat tinggi. Dia benar-benar tersulut api amarah pada jawaban sang putri sulung. “Sejak kapan kau jadi gadis pembantah seperti ini?”
Garis senyum getir ditunjukkan ke arah sang papa, yang terlihat semakin berapi-api menghadapi pemberontakan Sophia.“Sejak Mama Belinda membodohi Papa dan masuk ke keluarga kita.”“Beraninya kau, Sophia!”PLAK!Ayunan tangan kencang Tuan Felix menghempas salah satu pipi Sophia, membuat gadis itu jatuh tersungkur memeluk batu nisan yang sudah setengah hancur.Sophia tertunduk dengan sorot mata muram. Ini bukan lagi kali pertama sang papa menampar Sophia, dan ... kali ini tamparan itu terjadi karena Sophia menyinggung si wanita licik.“Sophia, Papa sudah berkali-kali memperingatkanmu, jangan lagi menyalahkan Mama Belinda. Tapi, kau tetap mempersulit hidupmu sendiri.”‘Tamparan hari ini, sudah cukup membuatku sadar. Jika rumah ini ... sudah bukan lagi tempat ternyamanku. Maafkan Sophia, Ma ....’ Sophia bermonolog lirih dalam hati, bertekad bulat untuk keluar dari keluarga Aland.“Kakak, sudah pulang?”Tiba-tiba wajah dan mata sembab Sophia terangkat, saat mendengar suara Amara, sang adik tiri.Amara sengaja mengeluarkan desis khawatir. Namun, hal itu tak selaras dengan sorot mata dan senyum mengejek yang terukir tipis di bibir saat gadis itu ketika memandang ke arah Sophia yang tak bertenaga.“Aku sungguh gelisah menunggu Kakak pulang. Tapi, kata Mama ... Kakak sedang bersenang-senang. Jadi aku tak lagi khawatir. Apa Kakak sedang berkencan?”“Tidak hanya berkencan, Honey. Kakakmu sebentar lagi akan menikah.” Tak perlu menebak lagi, itu suara Nyonya Belinda. Ternyata kedatangan Amara ditemani sang mama tiri.“Apa?” Kembali berakting, Amara menutup mulut yang terbuka dengan tangan kiri berpura-pura terkejut. “Benarkah apa yang dikatakan Mama, Kak?”“Benar. Sophia akan segera menikah. Dia akan tetap menjadi istri Tuan Jackson.” Kini Felix kembali menyambar, tak peduli separah apa luka di tubuh Sophia. Hutang-hutangnya pada Jackson Hamilton harus lunas dengan menukar sang putri sulung.“Kamu dengar itu, Sophia? Papamu juga menginginkanmu menikahi Tuan Jackson Hamilton. Kalau kamu menikah, keluarga kita akan terbebas dari seluruh hutang.” Tambah bersemangat Nyonya Belinda, yang sengaja memprovokasi Tuan Felix, agar tak lemah melihat wajah pucat pasi Sophia.“Sophia, kali ini dengarkan Papa. Dan semoga tamparan yang Papa berikan, bisa membuat matamu terbuka. Papa baru saja menerima surat peringatan dari orang Tuan Jackson Hamilton... mereka akan membunuh Papa, kalau Papa tidak membawa satu dari dua putri Papa.” Tuan Felix memberitahu surat yang baru saja lelaki itu terima dari orang Hamilton.“Kau harus menikah dengan Tuan Jackson, Sophia.” Kini suara lelaki itu terdengar lirih, seakan meminta tolong pada sang putri kandung.“Jadi, Papa takut mati? Tapi, justru mengorbankan masa depan Sophia, seperti itu? Apa Papa tahu, kenapa pria itu ingin menikahi salah satu putri dari keluarga Aland?”Semua orang di sana seketika terdiam membisu sembari memandang Sophia dengan tatapan lekat penuh arti. Mereka seakan meminta gadis itu untuk melanjutkan perkataannya.“Kakak ... ada apa denganmu, kamu membuat keluarga kita dalam keadaan sulit. Aku yakin, pria itu akan lebih bisa membahagiakan Kakak.” Amara! Sophia benar-benar ingin sekali mencekik sang adik tiri saat ini juga.Ia sudah terlalu jengah mengalah untuk Amara. Kali ini Sophia akan berjuang menolak pernikahan konyol ini.“Amara, sepertinya kamu juga harus mendengarkan ini. Bukankah kamu salah satu dari putri Felix Aland?”“A-apa maksud Kakak?” Seketika sorot mata panik memenuhi pandangan mata Amara. Gadis itu diam-diam meremas kuat kepalan tangan di belakang tubuh.“... Jackson Hamilton sudah memiliki calon istri sendiri yang sedang mengidap Anemia Sel Sabit. Dia ingin menjadikan salah satu putri keluarga Aland sebagai alat pendonor sampai wanita itu sembuh. Bukankah darah Sophia dan Amara memang sama?”“Tuan Jackson sudah merencanakan ini semua.” Lanjut sendu Sophia, yang saat ini sedikit tertunduk sembari menggenggam serpihan batu nisan mendiang sang mama.Belum juga kalimat Sophia terselesaikan, Tuan Felix sudah lebih dulu menyela, membuat bahu kecil Sophia seketika merosot jatuh.“Lalu kenapa kalau Tuan Jackson sudah memiliki wanita lain? Dia adalah pria konglomerat nomor satu di Madrid. Bukankah sangat aneh jika pria seperti Jackson Hamilton tidak mempunyai koleksi wanita?”“A-apa?” Tatapan berkaca-kaca Sophia tampak kosong memandang sang papa, yang tak ubahnya seperti Jackson Hamilton, “pria itu ingin menukar nyawaku demi membangkitkan nyawa wanita lain. Dan Papa tidak marah?”“Heh, pertanyaan konyol apa itu?”“Kau yang harus menikahi pria itu, Sophia. Bukan adikmu!” tekan Tuan Felix pada sang putri sulung.“Papa yang konyol. Di keluarga ini ada dua nona. Kenapa tidak Amara yang Papa nikahkan dengan pria itu? Kenapa harus Sophia!? Kenapa!”“... dia!” Sophia menunjuk melurus ke arah sang adik tiri dengan napas memburu sesak, “selama ini Sophia terus berkorban dan menahan siksaan Mama Belinda, hanya demi memanjakan Amara. Lalu kenapa sekarang, Sophia juga harus kembali berkorban untuk dia!”“Kak, kenapa kamu menyalahkan aku? ... aagh, ke-kepalaku tiba-tiba sangat sakit, Ma. Aagh, tolong aku ....”“Amara!” Nyonya Belinda memekik khawatir saat tangannya reflek menangkap tubuh sang putri kandung, yang limbung dengan tangan memegang sisi kepala. “Sophia, apa yang kamu katakan, hah? Kamu tahu adikmu memiliki tubuh lemah, mana mungkin bisa menikahi Tuan Jackson.”‘Amara ... kamu lagi-lagi membuatku jijik dengan aktingmu!’ geram Sophia dalam hati sembari menatap nyalang sang adik tiri, yang dengan jelas mengulas senyum mengejek ke arah dirinya.“Ti-tidak apa, Ma. Biarkan Amara saja yang menggantikan Kakak untuk melunasi hutang keluarga kita. Amara ....”“Tidak boleh. Kamu tidak akan menikahi pria itu. Yang akan menikahi Tuan Jackson tetap Sophia.” Tuan Felix menyambar, dengan sorot mata memerah nyalang menatap Sophia.“Kau tidak bisa menolak, Sophia. Atau ... kau ingin melihat pelayan pribadimu mati tertembak?” imbuhnya mengancam.Dan benar saja, pelayan yang sejak kecil telah mengasuh Sophia, kini terlihat berjalan maju dengan menahan isak tangis ketakutan, saat sebuah ujung pistol menyentuh pelipis mata.“Bibi!”“No-Nona ... saya mohon, jangan pedulikan saya. Sa-saya rela mati demi kebebasan Nona Sophia dari keluarga Aland.”“... saya sudah berjanji pada mendiang Nyonya Cintya untuk menjaga Nona Sophia dengan nyawa saya,” tambahnya dengan terbata-bata.Buru-buru Sophia bangkit berdiri, hendak ingin mendekati sang pelayan, tapi suara lantang sang papa kembali membuat langkah itu bergerak mundur.“Dasar pelayan sialan! Sesuai dengan keinginanmu. Biarkan kau menyusul nyonyamu ke Ne—”“Cukup! Jangan sakiti dia, Pa. O-oke, Sophia setuju. Sophia akan menikahi Tuan Jackson demi melunasi hutang Papa. Apa sekarang kalian puas, hah?!”Brug! “Cepat beri hormat pada Tuan Jackson, Sophia.” “Aaagghh!” Tubuh kecil Sophia didorong kasar oleh Tuan Felix sampai jatuh dengan lutut tersentak ke lantai. Sophia bersimpuh tepat di depan barisan tubuh kekar para lelaki yang mengenakan jas hitam legam. Mereka membentuk barisan bak pilar-pilar tinggi guna menyembunyikan sosok misterius Jackson Hamilton. Ini adalah aturan yang telah diketahui semua orang jika akan menemui seorang Jackson, tapi sikap arogan Tuan Felix merasa tak terima. “Biarkan putriku bertemu Tuan Jackson,” imbuh Tuan Felix dengan sorot mata memaksa. Jika dihalangi seperti ini, dia jelas tak bisa mengambil keuntungan lebih. Brengsek! “Dia akan jadi Nyonya Hamilton. Minggir kalian semua!” “Lancang!” berang salah seorang pengawal. Tanpa aba-aba, stik baseball diayun lantas dengan cepat menghantam rahang Tuan Felix hingga lelaki itu jatuh tersungkur dengan mulut penuh darah. Di saat itu juga Tuan Felix melepeh sesuatu dari mulut, kemudian jemarinya
“Sophia ... kamu yakin mau hidup di tempat ini?” “Wajahmu nggak pantas jadi pelayan seperti kami.” Bibi Ella tampak tak tega pada gadis secantik Sophia, yang harus tinggal di tempat tak layak seperti gudang tua ini. Todongan pertanyaan itu membuat Sophia mengulum senyum getir di tengah rasa lelah yang membakar punggung kecilnya. Andai ia bisa memilih, tentu saja jawabannya tidak. Namun, apa Sophia memiliki pilihan? “Aku budak yang dibeli Tuan Jackson, Bibi Ella. Jadi aku memang harus hidup sampai mati di sini.” “Ya Tuhan ....” Bibi Ella menutup mulut yang terbuka terkejut dengan satu tangan. Wanita separuh baya itu buru-buru melepas gagang sapu, lantas berlari kecil ke arah Sophia. Air mata pilunya menganak pinak di sudut mata. “Jangan katakan itu lagi.” Sebuah pelukan hangat menyergap tubuh dingin Sophia yang terhenyak, tapi di detik itu juga bahu kecilnya ikut bergetar. Sophia membalas pelukan hangat Bibi Ella dengan erat. Sejak kematian sang mama, So
“Ak ... ah, maaf. Maksudnya, saya?” Jari telunjuk Sophia menunjuk kaku ke diri sendiri.Merasa tak percaya diri, gadis itu mulai mengerjap-ngerjapkan kelopak mata.Sophia tak salah dengar kan?“Iya, itu kamu yang dipanggil,” timpal berbisik lirih Bella, yang sengaja berpura berdempetan dengan lengan Sophia.Menarik napas perlahan, kemudian menahan di dada. Bella ini mengapa sangat bawel? Apa dia pikir cara berbisiknya tak didengar Tuan Simon?Astaga!“Namamu jelas Sophia. Cepat bilang, iya. Nanti Tuan Jackson jadi marah.” Tambah Bella mengimbuhi.Dia sengaja memprovokasi sembari berakting menatap ke depan.Sophia meringis tak enak hati ke arah Tuan Simon, yang ikut tersenyum dengan melirik Bella dari sudut mata.“Nona rupanya sudah akrab dengan pelayan lain.”“Begitulah, Tuan Simon,” jawab Sophia canggung.Siku Sophia terus menyenggol lengan Bella yang tak peka, agar segera memberi sapaan.Namun, ternyata memang tak semudah itu.Bella sedang asik-asiknya menatapi ketamp
“Sophia, jangan melawan. Kamu harus melunasi hutang perusahaan dengan menukar tubuhmu. Jadi, layani Tuan Jackson sebaik mungkin!”“Apa?” Langkah terseok-seok Sophia Aland seketika memaksa berhenti di tengah jalan. Ruangan besar milik sebuah klub malam di tengah kota Madrid membuat tubuhnya membeku dalam hitungan detik.“Mama bilang, kamu harus nikah saat ini juga. Nikahi pria yang ada di foto ini. Kamu tak tuli bukan?” tandas jengah Belinda, sang mama tiri Sophia memperlihatkan foto di tangan penuh kedongkolan. Raut wajah memerah padam dengan menekan gatal deretan gigi yang dilakukan sang mama tiri, sangat jelas tersaji di pantulan mata berkaca-kaca Sophia.Perlahan, pandangan panas gadis itu turun, menamati dari ujung sepatu sampai pada gaun pendek cantik berwarna putih yang ia kenakan malam ini. Ini semua pilihan sang mama tiri. Saat itu, tiba-tiba saja Sophia diberi kotak kado berisikan gaun cantik sepulang dari lokasi syuting, dan diminta untuk menemani ke acara kondangan t
“Nona Sophia Aland?” Menarik napas dalam, wajah basah memerah sang pemilik nama mendongak dengan melempar tatapan bergetarnya ke pusat suara serak. “Benarkah kau salah satu putri Nyonya Belinda? Jadi, kau masih menunggu anak buah Tuan Jackson?” “Astaga, aku pas-pasti sedang mabuk ... haha, aku memang mabuk! Ka-kau sangat cantik, Nona,” sambung lelaki gemuk itu dengan nada terputus-putus akibat tawa kekehan mengejek untuk dirinya sendiri. Dia berjalan sempoyongan mendekati gadis yang terlihat menggoda di pantulan mata hijaunya. “Ja-jangan dekati aku!” pekik Sophia penuh peringatan, ketika mendadak ia merasai ada sentuhan menjijikkan dari punggung jemari gemuk lelaki separuh baya yang telah gadis itu sangka sebagai ‘Tuan Jackson’. “Cih! Jual mahal sekali dirimu, Nona. Kau tahu, Tuan Jackson tak pernah memedulikan seorang wanita. Apalagi gadis kecil sepertimu ini. Kau datang ke sini untuk menukar tubuh dengan hutang keluargamu, dan Tuan Simon memintaku memeriksa barang yang
“Tapi, Tuan Jackson ... hanya darah gadis itu yang cocok.” Dengan sorot mata sendu, Simon mencicit ragu untuk mengingatkan kembali pada tuan mudanya.“Dia sudah memilih jalan mati lebih cepat.”“Kirim data hutang, pengakusisian perusahaan, dan seluruh aset keluarga Aland. Percepat proses dalam satu malam.” Sembari memberi perintah, ekor mata dingin Jackson menangkap hamburan beberapa kertas berkas kontrak pernikahan antara dirinya dan Sophia.‘Sejak kapan ada orang yang berani berteriak di depan wajahku? Brengsek!’ umpat tak terima Jackson dalam hati. Gadis itu sudah mulai menyulut api kemurkaan seorang Jackson Hamilton. Sungguh sangat bernyali besar, pikirnya geram.“Kau sangat berani, Sophia Aland ....”***Sementara itu, akhirnya Sophia mampu keluar dari klub malam menakutkan tersebut dengan berlari tergopoh-gopoh, sampai menemukan sebuah taksi.Kepala belakang dilempar kasar di sandaran kursi penumpang, sembari memejamkan mata basahnya. Lagi, dan lagi, bulir bening mencur
“Terus hancurkan kuburan itu, buat rata dengan tanah. Beraninya dia membuatku malu.”“... dasar anak sialan! Dia seharusnya menyusul mamanya ke Neraka!” Suara umpatan kebencian itu seketika membuat suasana di sana kian mencekam. Tak ada lagi udara dingin malam hari, semua menjadi panas dan mencekik.“Hapus jejak Nyonya Pertama!”“Ja-jangan!” teriak kencang Sophia dalam hati. Dadanya kembang kempis menahan rasa sesak, bersamaan dengan kepalan tangan gadis itu meremas kuat di sisi tubuh, “kenapa aku ... tidak bisa mengeluarkan suara?” sambungnya merintih lirih tak berdaya. “Tidak, tidak. Papa tidak boleh menyentuh kuburan mama.”“Shopia sudah membuat Tuan Jackson marah besar. Seharusnya aku sendiri yang menyeret anak pembangkang itu! Sialan, sialan.”“... hancurkan semuanya! Tanaman bunga-bunga busuk milik Sophia, juga hancurkan!” Kembali, titah itu meraung, dan terlihat para anak buah keluarga Aland mengangguk patuh dengan kompak.Nyawa dalam tubuh gadis itu terasa hampir ter