Share

182. Jujur

Penulis: Santi_Sunz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mata Kian semakin melebar. Ekspresinya berubah. “Kenapa kamu berkata seperti itu?”

“Sudahlah. Aku sudah tahu. Sejak awal, kamu memang tidak mencintaiku. Kamu bersikap baik dan manis padaku hanya di depan keluargamu saja. Kamu sempat merasa kalau aku mencintaimu, jadi kamu tersentuh. Tapi sebenarnya hatimu tidak pernah jadi milikku. Seperti perjanjian awal kita, kita menikah karena kamu ingin supaya aku melahirkan seorang anak laki-laki untukmu. Sayangnya, badanku tidak sekuat itu.”

“Ini bukan tentang hal itu!” seru Kian tiba-tiba hingga Laureta terkejut.

Laureta membuka mulutnya untuk bicara, tapi Kian mengangkat tangannya.

“Jangan membuat asumsi sendiri, Laura. Aku tidak suka. Itu sama sekali tidak benar. Aku tidak pernah ingin bercerai denganmu.”

“Lalu untuk apa kamu masih mempertahankanku sebagai istrimu? Buktinya kamu masih bertemu dengan Helga. Ada sesuatu hal yang tidak bisa kamu hilangkan sepenuhnya darinya. Dia sepertinya selalu ada dalam bayang-bayang pikiranmu.”

Kian meringi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   183. Ciuman Romantis

    “Apa yang kamu lakukan?!” teriak Laureta yang tenggorokannya perih karena sejak tadi berteriak-teriak terus.Kian menunduk dengan wajah pucat dan ia jelas tidak tampak seperti Kian yang Laureta kenal. Awal ia bertemu dengan pria itu, ia ingat bahwa Kian adalah pria sombong yang menjunjung tinggi statusnya dan menyelesaikan segala perkara cukup dengan uang saja.Lalu Laureta dipaksa untuk menikah dengannya karena sebuah kondisi di mana Laureta tak sanggup membayar utang ayahnya. Namun, bukan berarti jika ia tidak bisa membayar utang, maka Kian boleh bertindak sesuka hatinya.Haruskah Kian mempermainkan perasaannya terus menerus? Lalu pria itu berlutut di hadapannya. Laureta benar-benar bingung dan tak tahu harus bagaimana bersikap.“Berdiri!” Laureta menarik tangan Kian, tapi pria itu mengeraskan dirinya. “Aku bilang berdiri! Tidak usah berlutut di hadapanku! Aku tidak mau!”“Aku tidak akan berdiri sampai kamu memaafkanku!” ujar Kian dengan nada tegas yang tidak bisa dibantah.Laureta

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   184. Tidak Bisa Hidup Tanpamu

    Jika memang harus berlutut, Kian akan berlutut. Apa pun akan ia lakukan untuk bisa mendapatkan hati Laureta kembali. Jika ditanya, apakah ia sudah gila? Ya, Kian memang sudah gila.Godaan itu datang ketika ia lengah. Kian memang menyalahkan Laureta karena istrinya itu tidak memberinya jatah selama dua bulan lebih.Andai kata ia mengemis, mungkin ia bisa mendapatkannya. Hanya saja, bukan karena soal mengemis, tapi Laureta sedang berduka dan kepedihannya itu benar-benar terasa nyata dan mendalam.Kian tak mungkin melakukannya dengan Laureta dalam keadaan seperti itu. Ia memang sangat membutuhkannya, bahkan semua pria di dunia ini sama. Lantas apa lagi yang harus ia lakukan? Menunggu sampai Laureta mau?Kemudian tiba-tiba Helga datang dan menawarkan diri dengan senang hati. Kian pun jatuh dalam dosa. Semudah itu ia tergoda. Betapa lemah imannya.Malam itu, Kian dan Laureta pulang ke rumah. Ia baru saja memarkirkan mobilnya. Lalu ia melihat Erwin dan R

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   185. Hukuman Untuk Kian

    Kian terkejut mendengar ucapan Laureta. Bagaimana bisa istrinya itu menyalahkan dirinya sendiri?“Jangan, jangan. Memang aku yang salah karena tidak bisa menguasai diriku sendiri dari tindakan dosa itu. Itu murni kesalahanku.”“Aku yang telah membuatmu jadi seperti itu,” ujar Laureta tegas. “Kalau saja aku bisa melupakan kejadian itu, aku mungkin tidak perlu berlarut-larut terus dalam kesedihanku. Maafkan aku, Kian.”Kian menatap Laureta tak percaya. Wanita yang ada di hadapannya ini memang wanita luar biasa. Di tengah kepedihannya karena kehilangan anaknya, lalu Kian mengaku telah berselingkuh dengan Helga, Kian bahkan sempat menyalahkannya atas semua ini, lalu kini Laureta mau berkata maaf.Sungguh, Kian terkesima menatap Laureta. Tak pernah ada dalam dunia ini, ada wanita yang mau mengakui kesalahannya di saat yang berat seperti ini.Kian benar-benar sedang menatap seorang malaikat yang Tuhan kirim da

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   186. Si Sulung Yang Penuh Kepahitan

    Sesungguhnya, tidak perlu menunggu sampai satu bulan hingga Laureta mau memaafkan dirinya dan menghapus hukumannya. Jujur saja, sebenarnya Kian merasa tidak pantas. Ia adalah suami yang berengsek karena tidak bisa menjaga dirinya dengan baik.Sudah berkali-kali ia dicobai dan berhasil menyingkirkan Helga. Namun, begitu wanita itu tidak mengejarnya lagi, ia justru merasa dirinya seperti yang ditantang. Dan ternyata semudah itu Kian jatuh dalam dosa.Ia berusaha menguatkan dirinya, tapi cobaan itu terlalu kuat. Ternyata Kian membutuhkan Helga. Dalam hatinya, ia masih belum bisa melupakan wanita itu.Namun, setelah Adinda menamparnya dengan keras, maka ia pun tersadar. Ia mulai mempertanyakan dalam dirinya, hal apa yang sebenarnya ia cari dalam hidupnya.Kian pun tidak ingin berlabuh ke tempat yang lain lagi selain pada Laureta. Ia tidak ingin menikah lagi selain dengan Laureta. Sudah cukup permainannya selama ini dengan Helga. Yang lama biarlah usai, tak perlu ia cari lagi, tak perlu ia

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   187. Surat Penting

    Tak mudah bagi Adinda untuk memaafkan Kian, kakaknya. Baginya, pria yang berselingkuh dari istrinya itu adalah pria yang paling bejat di dunia. Di antara semua pria di bumi, mengapa harus Kian yang menjadi salah satu pria yang berselingkuh.Kian adalah kakaknya yang paling ia sayangi di antara semuanya. Dan justru Kian yang menyakiti hatinya begitu dalam. Ia merasa seperti suaminya sendiri yang berselingkuh. Semenjak kejadian hari itu, Adinda jadi menaruh curiga pada suaminya. Semua itu salah Kian.Beruntung, Andre adalah suami yang sangat baik. Suaminya tidak pernah mengeluh meski Adinda meminta ponselnya untuk mengecek semua pesan, galeri, dan sosial medianya. Dengan santai, Andre menyerahkan kata sandi ponselnya. Bahkan semua urusan kartu ATM dan kartu kredit, Adinda yang memegangnya.Sungguh, ia sama sekali tidak perlu mencurigai suaminya karena suaminya adalah pria yang bisa dipercaya. Adinda pikir, ia pun bisa mempercayai kakaknya tersayang, ternyata tidak.Sudah berbulan-bulan

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   188. Di Rumah Sakit

    “Ada apa, Ma? Kenapa wajahmu tertekuk begitu?” tanya Andre pada Adinda.“A-aku …, aku baru saja bertemu dengan sekretarisnya Kak Kian,” jawab Adinda sambil duduk dengan wajah tegang.“Oh, siapa namanya? Hmmm, Clara bukan ya?”“Ya, betul. Namanya Clara.”Andre mengangguk, lalu ia menautkan alisnya. “Lalu kenapa? Apa yang terjadi? Apa kamu baik-baik saja, Ma?”“Pa, sepertinya aku harus bertemu dengan Kak Marisa.” Lalu Adinda menoleh pada suaminya. “Clara memberiku surat ini.”Adinda menunjukkan surat itu pada suaminya. Seketika Andre pun terkejut setelah membacanya.“Mama yakin surat ini asli?!” seru Andre.“Yakin sekali. Itu adalah tulisan tangannya Kak Kian.”“Wah! Berarti selama ini, Kak Kian dan Laureta itu hanya nikah kontrak?”Adinda menatap Andre seperti ia tidak pernah menatap suaminya sebelumnya. “Jadi, itu sebabnya Kak Kian berselingkuh dengan wanita itu. Hmmm.”“Selingkuh?” Andre meremas tangan Adinda. “Yang benar, Ma kalau bicara. Kak Kian selingkuh dengan siapa?”Adinda men

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   189. Robek Jadi Dua

    Tangan Elisa masih terasa sakit setelah Laureta memelintir tangannya. Ia kesal bukan main. Hari itu juga, ia langsung menagih janji Clara yang akan memberikan surat perjanjian pernikahan Kian dan Laureta.Satu-satunya jalan supaya wanita itu mau bergerak adalah dengan mengancamnya. Kali ini, cara Elisa sepertinya berhasil.Clara benar-benar datang ke tempat ini. Elisa sudah menunggunya sejak tadi. Ia menatap Clara dari bawah ke atas, memperhatikan saat wanita itu memasuki ruangan privat di restoran itu. Elisa tidak mau ambil resiko. Lebih baik mereka bertemu di tempat yang tertutup.Wajah Clara tampak pucat pasi. Ia seperti orang yang sakit. Wanita itu pasti ketakutan karena Elisa telah mengancamnya. Sebenarnya, Elisa tidak pernah benar-benar berniat untuk menyakiti apalagi membunuh ibunya Clara. Semua itu hanya omong kosong. Lucunya, Clara mempercayai kata-kata Elisa.“Bu,” sapa Clara sambil mengangguk.Elisa menyeringai. Ia menyipitkan matanya sambil menatap Clara tajam. Wanita itu

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   190. Surat Pengunduran Diri

    Kian baru saja selesai makan siang di kantor. Ia tidak akan ke The Prince hari ini karena sorenya ia harus ke rumah sakit untuk berganti jaga dengan Marisa.Ia sedang membuang bungkus bekas makanan ke tong sampah, lalu keluar dari ruangan untuk ke toilet. Pintu lift terbuka, lalu Clara muncul dari sana.Wajahnya tampak memerah dan matanya berair seperti yang baru saja habis menangis. Rambutnya awut-awutan seperti yang terkena angin ribut. Kian memiringkan kepalanya sambil melihat sekretarisnya itu berjalan melewatinya tanpa menyapanya sama sekali.Tidak biasanya Clara seperti itu. Kian pun mendekati Clara sambil menautkan alisnya.“Clara, apa kamu baik-baik saja?” tanya Kian.“Tidak!” seru Clara yang kemudian menangis. “Aku tidak baik-baik saja! Aku ingin meledak rasanya!”“Hei, santai saja, Clara. Apa yang sebenarnya terjadi?”Kian mengulurkan tangannya dan menepuk bahu Clara beberapa kali. Namun kemudian ia menarik lagi tangannya. Ia tidak ingin membuat sekretarisnya itu merasa mend

Bab terbaru

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   EPILOG

    Zion adalah anak yang sangat lucu dan pintar. Di usianya yang menginjak lima bulan, anak itu sudah bisa diajak bercanda. Siapa pun yang bertemu dengannya pasti akan gemas dengan tingkah lakunya.Hari itu adalah pertama kalinya Kian bertemu dengan Zion. Kian tampak tegang sekali seperti hendak bertemu dengan presiden. Laureta terkekeh sejak tadi menertawakan sikap Kian.Laureta baru saja pulang kerja dan Kian yang menjemputnya. Pria itu menyetir mobil menuju ke rumahnya tanpa Laureta perlu menunjukkan arah seolah ia sudah tahu alamatnya di mana.“Bagaimana kamu bisa tahu alamat rumahku? Ah, kamu memang memata-mataiku, ya kan.”Kian tidak menggubris candaannya. Pria itu fokus menyetir hingga berhenti di depan rumahnya.“Aku memang pernah mengikuti Ivan sampai ke rumah ini. Aku ingin tahu apakah benar kamu tinggal bersama dengannya di sini,” ungkap Kian.Laureta pun tersenyum. “Ya sudah. Kali ini aku akan memaafkan

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   259. Untuk Selamanya

    Kian memutar tubuh Laureta, lalu wanita itu pun menengadahkan kepalanya sambil mengangkat kakinya hingga berada dalam dekapan Kian. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.Kian pun mendekatkan bibirnya dan mencium Laureta dengan lembut. Laureta pikir lututnya akan goyah hingga ia tidak sanggup untuk berpijak di bumi. Namun, Kian menopangnya, mendekapnya dengan erat.Laureta pun membalas ciuman itu. Ia yakin sekali jika dalam hidupnya, ia hanya mencintai satu pria, yaitu Kian seorang. Susah payah ia menutupi perasaannya, tapi ia tak akan sanggup. Kian benar-benar telah mencuri hatinya.Usai ciuman yang memabukkan itu, Kian pun melepaskan diri. Napas mereka sama-sama saling memburu. Kian mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu berlutut di hadapan Laureta.“Laureta Widya, maukah kamu menikah denganku? Lagi?”Laureta terkesima menatap cincin berlian di dalam kotak mungil berwarna merah. Ia pun mengangguk dan berkata, “Ya, aku

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   258. Bertaruh

    Laureta tersenyum membaca pesan singkat dari Ivan. “Pacar?” gumamnya.“Ada apa?” tanya Kian.“Uhm, tidak ada apa-apa.”“Ayolah! Aku ingin tahu. Kamu tadi bilang pacar. Pacar siapa?”Kian merebut ponselnya dari tangannya. Ia malu sekali saat Kian membaca pesan itu dari Ivan. Kian pun tertawa lepas.“Astaga! Jadi, apakah aku harus memanggil Ivan kakak mulai sekarang? Dia itu kakakmu kan?”Laureta terkekeh. “Mungkin begitu. Dia pernah menyuruhku untuk memanggilnya kakak, tapi aku tidak mau.”“Kenapa? Sepertinya usianya lebih tua darimu.” Kian menautkan alisnya, tapi Laureta menggelengkan kepala. “Kamu saja selalu memanggilku nama padahal usia kita terpaut delapan belas tahun. Atau mungkin sekarang aku punya panggilan baru?”“Apa itu?”“Papa?”Laureta terkejut. “Papa? Kamu kan bukan ayahku!&rdq

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   257. Acara Pesta

    “Kamu siap?” tanya Ivan sambil mengulurkan tangannya pada Laureta.Ia tersenyum dan kemudian menyerahkan tangannya pada Ivan. Ia baru saja turun dari mobil. Lalu mereka berjalan bergandengan, masuk ke dalam gedung mewah. Di dalam sana sedang ada acara pernikahan seorang anak pengusaha importir, rekan kerjanya Ivan.Sebenarnya, Laureta tidak perlu datang ke sini karena ia sama sekali tidak mengenal siapa pun di sini. Namun, Ivan bersikeras mengajaknya karena menurutnya Laureta pasti akan senang mencicipi berbagai macam makanan yang unik-unik di sana.Laureta pun terpaksa ikut. Ia melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri. Ivan membelikannya gaun yang ia pakai sekarang. Gaun itu berwarna biru tua dengan belahan rok yang tinggi hingga menampilkan kakinya yang tampak jenjang berbalut sepatu hak tinggi bertali hingga ke betisnya.Banyak sekali tamu yang datang ke acara pernikahan itu. Semua wanitanya mengenakan gaun yang sangat cantik dan para

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   256. Meleleh

    Laureta menatap kedua tangannya yang gemetar. Ia pikir ia sudah gila karena menyerahkan amplop berisi cek satu setengah milyar. Laureta menepi di pinggir jalan, lalu menangis sejadi-jadinya. Ia tak kuasa lagi menahan semua emosi yang ada di dalam dadanya.Demi Tuhan, ia baru saja bertemu dengan Kian Aleandro, pria yang pernah menjadi suaminya. Meski pertemuannya hanya berlangsung selama beberapa menit, tapi efeknya luar biasa. Sekujur tubuhnya gemetar dan ia kesusahan untuk menginjak gas di kakinya.Dengan susah payah, Laureta menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Lalu ia pun kembali menangis sambil menutup muka dengan kedua tangannya.Kian begitu tampan mempesona. Tatapan matanya begitu tajam seperti biasanya dan seakan Laureta bisa tenggelam di dalamnya. Lalu pria itu memeluknya begitu saja.Hati Laureta dilingkupi oleh kehangatan yang tak pernah ia rasakan selama lebih dari satu tahun ini. Perasaannya jungkir balik seolah kakinya ber

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   255. Pertemuan Pertama

    Kian mendongak dan semua seolah terjadi dalam adegan lambat. Ia melihat Laureta masuk ke dalam ruangan dalam balutan kaus hitam ketat dengan potongan leher berbentuk kotak. Bagian lengannya berbahan tile halus hingga kulitnya jadi terlihat samar-samar. Bagian bawahnya ia mengenakan celana cargo dengan banyak kantung yang membuatnya tampak sangat keren.Kian terkesima melihat wanita yang pernah menjadi istrinya itu muncul lagi dalam hidupnya. Laureta tidak pernah terlihat secantik dan seanggun itu dalam hidupnya. Laureta terlihat tomboy, tapi juga elegan dalam waktu bersamaan.“Maaf aku terlambat,” ucapnya dengan suara yang terdengar amat merdu di kuping Kian.Tergerak untuk langsung melompat dari kursi dan memeluk wanita itu, Kian pun menahan dirinya.“Kamu memotong rambutmu,” ucap Kian yang masih melongo.Kalimat pertama yang ia ucapkan malah terdengar konyol dan tidak penting sama sekali. Ia jadi terlihat sangat bodoh di h

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   254. Usaha Kian

    Betapa sedihnya Kian karena ia harus menerima kenyataan jika Laureta memang tidak mau bertemu lagi dengannya.“Ya. Kamu sudah membuatnya merasa terbuang dari rumahmu itu. Semua orang membencinya karena kalian menyebutnya anak perampok. Dia tidak mau menghalangimu untuk menikah dengan wanita yang kamu cintai. Ha! Kamu pun menikah dengan Helga, tapi kamu menyia-nyiakannya hingga dia harus mengembuskan napas terakhirnya.”“Aku tidak mencintai Helga. Aku menikah dengannya karena ayahku yang memaksa. Dan satu hal lagi, aku tidak pernah menyebut Laura dengan sebutan anak perampok. Akulah yang memintanya untuk menikah denganku meski aku tahu ayahnya seperti apa.”“Kamu terpaksa menikahi Laureta karena kamu ingin dia membayar utang ayahnya!” hardik Ivan. “Kamu pikir uang satu setengah milyar cukup untuk membayar seorang wanita untuk memuaskan nafsumu dan melahirkan seorang anak?”Kian pun terdiam. Ivan benar-benar t

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   253. Mencari Laureta

    Semalaman itu Kian benar-benar tidak bisa tidur. Ia mengingat tatapan Laureta saat melihatnya. Wanita itu jelas-jelas terkejut melihatnya. Lalu seperti ada sorot ketakutan yang membuatnya langsung memutuskan untuk kabur dari Kian.Lalu anak bayi itu. Anak siapakah itu? Bagaimana mungkin Ivan menikah dengan Laureta dan melahirkan anaknya? Kian pikir, Ivan masih mencintai Helga. Jika dilihat dari usia bayi itu dan waktu untuk mengandung selama sembilan bulan, Ivan mungkin sudah lama menikah dengan Laureta.Mana mungkin? Batin Kian menolak semua pemikiran itu.Entah sudah berapa kali Kian menghubungi Ivan hingga ponselnya pun tidak aktif lagi. Ivan benar-benar menghindarinya.Ia melihat jam di dinding dan memutuskan untuk bangun. Ia menyiapkan diri dan segera turun untuk sarapan. Marisa sudah ada di ruang makan lebih dulu.“Pagi, Kian,” sapa Marisa.“Pagi,” jawab Kian singkat yang langsung menuangkan kopi ke dalam cangki

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   252. Terlambat

    Desti tampak bingung mendengar pernyataan Kian.“Tante Laureta? Kenapa? Bukankah kalian sudah berpisah lama?”Kian mendesah. “Aku selalu mencintai Laura, lebih dari apa pun. Aku menikah dengan Helga karena terpaksa, hanya untuk memenuhi keinginan kakekmu.”“Kenapa Om mau menurut?”“Ya, banyak hal yang membuatku harus menurut pada keinginan kakek.”Desti mengangguk dengan bibir yang tertekuk ke bawah. “Om pasti sedih sekali ya ditinggal wanita yang Om cintai.”“Kenapa kita tidak membahas tentangmu? Siapa itu Erik? Teman atau teman?”Desti tersenyum. “Teman, Om. Benar! Aku dan dia belum jadian.”“Baguslah! Tidak usah berpacaran dengan laki-laki yang meninggalkanmu di mall yang besar seperti ini! Nanti kamu menyesal. Cari lagi pria lain yang sepadan denganmu.”“Aku sebenarnya suka pria yang lebih tua dariku, seperti Om Kian

DMCA.com Protection Status