“Biar Ayana yang buka pintunya, Bu,” kata Ayana, lantas beranjak dari kursinya.Ia tidak tahu apakah ia salah dengar, tetapi bagaimana mungkin Leon datang menjemputnya di tengah hujan deras seperti ini?Dalam situasi normal saja, Leon tidak pernah peduli dengan Ayana, tetapi sekarang?Ayana membuka pintu dan benar saja, itu adalah Leon yang sedang memegang payung.“Ma-mas Leon?” Ayana menatap tidak percaya. Diperhatikannya rambut, wajah, juga pakaian suaminya yang telah basah karena diterpa hujan. Angin kencang terus berembus dari segala arah dan payung Leon sebenarnya sama sekali tidak berfungsi.Ayana memperhatikan bagaimana tangan Leon yang memegang payung agak gemetar dan pria itu menggeretakkan giginya karena kedinginan.“Ah, silakan masuk, Mas,” ujar Ayana, ia cepat-cepat membuka pintu agar Leon bisa masuk.Leon tanpa protes mengikuti apa yang Ayana katakan, sebab tubuhnya sudah menggigil sejak tadi. Air hujan yang turun mengguyur terasa seperti air es.Dengan canggung, Ayana me
Leon meraih buku pemeriksaan yang tergeletak itu dan melihat nama Ayana tertulis di sana.Ayana Salsabilla.Keningnya berkerut dan ia memperhatikan buku itu dengan seksama. Tetapi belum sempat ia membukanya, Ayana sudah muncul di belakangnya dan mengambil alih buku itu.“Mas, aku udah nyiapin kasurnya. Lebih baik Mas Leon langsung istirahat saja,” ucap Ayana, dengan gugup menyembunyikan buku itu di belakang punggungnya. “Bukannya Mas harus ke kantor pagi-pagi? Mas Leon nggak boleh terlalu lelah.”Ayana harap Leon mau mendengarkan ucapannya, sebab ia tidak ingin Leon sampai bertanya tentang buku kehamilan itu. Entah kenapa rasanya aneh jika Leon mengetahui tentang kondisi anaknya atau bertanya tentang hal itu.Apa mungkin karena Ayana yang tidak terbiasa diperhatikan oleh Leon?Entahlah, Ayana juga tidak tahu jawabannya. Sikap Leon malam ini saja sudah kelewat aneh baginya dan ia tidak ingin ada perhatian lain yang membuat perasaannya jadi tidak karuan.Ayana yakin hanya Ayana yang mer
Kenapa ibu mertuanya tiba-tiba berada di sini?Chelsi membelalak ketika melirik Ayana yang masih kesakitan sambil memegangi pipinya. Bahkan Ayana masih terisak kecil karena Chelsi benar-benar menamparnya dengan sekuat tenaga.Rita menaikkan satu alisnya melihat kondisi Ayana yang kacau, kemudian menatap Chelsi yang kondisinya jauh berbanding terbalik.“Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut?” tanya Rita dengan heran.Ayana membuka mulut untuk bicara, tetapi Chelsi lebih dulu memotongnya, “Ah, ini Ma, Ayana. Tadi dia, dia abis jatoh sampai pipinya bengkak gitu, Ma,” kata Chelsi dengan suara sedih dibuat-buat. Ia mengusap pundak Ayana yang hanya bisa termangu di tempat. “Kasihan Ayana, Ma. Jadi, aku ke sini buat ngecek kondisi dia.”Ayana tertunduk dengan perasaan sendu yang menyelimuti hatinya. Ia tahu kalau Chelsi bisa melontarkan kebohongan dengan mulusnya, sementara ibu mertuanya akan percaya begitu saja. Hal itu benar-benar membuatnya tidak berdaya.“Jatuh toh, kirain apa,” ucap Rita tida
“Ya Allah, Nak, itu pipi kamu kenapa sampai memerah begitu?”Hana segera menghampiri Ayana yang baru tiba. Ekspresinya dipenuhi kekhawatiran saat menatap pipi kanan Ayana yang telah memerah dan agak bengkak, sangat kontras dengan kulitnya yang putih.Ayana langsung menutupi pipi kanannya. Ia lupa untuk menutupinya dengan alas bedak karena terlalu buru-buru pergi, takut tertinggal bus yang biasa ia tumpangi.“Ah, itu ... Ayana tadi sempat jatuh dan pipi Ayana kebentur di dinding, Bu,” ucap Ayana, mengungkapkan kebohongan dengan terpaksa. Ia malah teringat dengan alasan yang dibuat Chelsi dan memilih mengatakan itu pada ibunya. “Tapi Ibu nggak perlu khawatir, Ayana nggak kenapa-kenapa kok.”Bukannya Ayana suka membohongi ibunya, tetapi ia tidak ingin ibunya merasa cemas. Jika ibunya sampai tahu bahwa ada yang menamparnya, maka beban pikirannya pasti akan bertambah.Apalagi jika ibunya tahu bahwa pelakunya adalah Chelsi, wanita yang selama ini ibunya anggap sebagai penolong.“Terjatuh? J
Leon berdiri menjulang di hadapan Ayana dengan setelan kerjanya yang masih lengkap, hanya saja dasinya telah dilonggarkan. Dia menatap Ayana dengan tatapan yang entah apa artinya dan untuk sesaat Ayana terjebak di sana.Angin dingin berembus melewati keduanya, dengan lembut menyapu tubuh Leon hingga aroma parfumnya yang maskulin tercium di hidung Ayana. Masih sama seperti dulu—aroma woody yang menenangkan.“Ayana?” panggil Leon dan Ayana berkedip-kedip.“Ah ... Mas Leon, Mas Leon ada apa ke sini?” tanya Ayana spontan. Pasalnya, mengherankan sekali Leon datang menemuinya di rumah ibunya. Karena dia biasanya lebih memilih untuk pulang dan menemui Chelsi, lalu membiarkan Ayana untuk pulang sendiri.Apalagi hari ini tidak sedang hujan deras.Leon menggeleng untuk sejenak, tatapannya terpaku pada pipi Ayana yang terlihat agak bengkak. Apa yang terjadi? Apa Ayana habis terjatuh? “Tidak ada, aku hanya ingin menjemput kamu pulang, sekalian melihat bagaimana kondisi Ibu,” ujarnya kemudian.Ay
“Sayang!” Leon segera menghampiri Chelsi begitu melihat wanita itu terdiam dengan wajah cemberutnya. Tanpa perlu bertanya, Leon tahu benar kalau Chelsi tidak suka melihat kedatangannya bersama Ayana.“Sayang, kamu dari mana aja? Dan Ayana, apa kamu jemput dia dulu?” tanya Chelsi, berusaha keras untuk tidak menunjukkan kekesalannya secara jelas. Ia mengamit lengan Leon dan menyipitkan matanya pada Ayana yang menunduk takut di tempat.“Maaf ya, tadi macet banget di jalan,” jelas Leon berbohong. “Dan Ayana, tadi aku nggak sengaja lihat Ayana di jalan, jadi sekalian aku nawarin dia tumpangan buat pulang bersama.”Leon melirik Ayana yang tidak mengatakan apa-apa dan dalam hati entah kenapa merasa bersalah. Tetapi jika ia berkata jujur, maka Chelsi pasti akan sakit hati.Leon terpaksa melakukannya demi kebaikan mereka bersama.Ia sangat lelah dan tidak ingin ada perdebatan yang memusingkan lagi dan lagi. Te
“Apa Papa sama Mama udah gila?”Alih-alih tersinggung, David malah tertawa keras, sementara Natalie tersenyum.“Nak, itu hal yang wajar, kamu nggak perlu terkejut begitu,” kata David dengan santainya. Ia menyesap tehnya dan menatap Chelsi. “Kamu 'kan sudah memberikan keturunan untuk dia yang sudah sekian lama menanti. Salah satu anak cabang perusahaan bukanlah hal yang seberapa bagi orang seperti Leon.”Namun Chelsi tetap saja kurang setuju dengan hal itu. “Tapi Pa, kehamilan aku 'kan baru berjalan selama tiga bulan. Mana mungkin aku bisa minta hal kayak gitu sama Leon? Apa kata Leon nanti?”Natalie mendesah jengkel. “Astaga Sayang, Leon itu kan suami kamu. Jelas dong kamu bisa minta apa pun sama dia, apalagi itu semata-mata buat anak kalian!”“Aduh Ma, gimana kalau Leon mikir aku cuma mikirin harta aja?” Chelsi masih saja tidak ingin mengikuti permintaaan orang tuanya yang ter
“Apa?! Ayana Pingsan?!”“Iya, Nak. Tolong bantu Ibu bawa ke rumah sakit!”“Iya, Tante. Darel bisa! Darel bakal ke sana secepatnya, Tante jangan khawatir, ya!”Darel langsung menutup telepon dan meraih kunci mobilnya di atas meja. Ia melangkah terburu-buru menuju garasi, nyaris berlari karena panik dan takut yang menjalari tubuhnya.Kenapa Ayana bisa pingsan?Darel benar-benar khawatir, mengingat kondisi Ayana yang tengah hamil besar. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan yang untungnya tidak sedang macet.Darel tiba dalam beberapa menit di rumah Ayana dan melompat keluar dari mobilnya. Pintu rumah Ayana terlihat terbuka lebar, dan ketika Darel mendekat, ia bisa mendengar suara cemas Hana yang berusaha menyadarkan Ayana.“Nak, badan kamu panas banget! Ya Allah, kenapa bisa begini?” Hana mengusap keringat yang membasahi dahi dan tengkuk Ayana dengan wajah yang t
Setelah keluar dari rumah sakit, keadaan Rita perlahan mulai membaik. Walaupun Rita masih harus menggunakan kursi roda dan berjalan dengan dipapah, tetapi hal itu setidaknya jauh lebih baik dibanding terus terbaring di atas ranjang.Rita merasa lega karena bisa kembali ke rumah dan menghirup udara segar tanpa bau antiseptik yang menyengat. Meskipun begitu, hari-hari yang ia lalui selama di rumah sakit telah memberikan banyak pelajaran baginya.Terutama mengenai hal kejam yang selama ini Rita lakukan pada Ayana.Saat baru tiba di rumah, hal pertama yang Rita ingin lakukan adalah meminta maaf secara langsung pada Ayana dan Hana.Sore itu, Ayana dan ibunya datang dengan wajah yang masih terlihat agak takut. Rita semakin dirundung rasa bersalah melihat hal itu, menyadari trauma yang ia berikan pada keduanya sangat besar.“Aku tahu aku ini wanita yang sangat buruk dan perlakuanku mungkin tidak bisa dimaafkan, tapi aku mohon terimalah maaf dariku,” ucap Rita dengan wajah tertunduk malu. Kil
David menyeringai lebar penuh kepuasan, merasa kalau Leon akan sangat terkejut dan menyesal setelah mendengar ucapannya. Tetapi, apa yang terjadi selanjutnya membuat seringai David memudar.“Ah, benarkah?” kata Leon dengan ekspresi acuh tak acuh, sama sekali tidak terlihat peduli dan malah tersenyum miring. “Sepertinya kalian ketinggalan informasi penting, ya? Apa anak yang kalian banggakan itu lupa bicara tentang bayi yang dikandungnya?”David dan Natalie mengernyit heran. Keduanya menatap Leon dengan tatapan bertanya-tanya.“Apa maksud kamu, hah? Kamu ini nggak ada sopan-sopannya, ya?” David menggeram kesal. Tangannya mulai menunjuk-nunjuk wajah Leon. “Walaupun Chelsi selingkuh, tetap aja anaknya itu anak kamu juga. Apa mungkin kamu nggak mau tanggung jawab?”Leon tertawa keras mendengar hal itu dan menggeleng-geleng. David tampak semakin kesal dan wajahnya berkerut masam. Kedua tangannya sudah terkepal erat di sisi tubuhnya, sementara Natalie menatap dengan sinis.Saat tawa Leon be
“Apa? Mama masuk rumah sakit? Stroke kamu bilang?” tanya Leon panik. Leon yang tadinya ingin menemui klien malah dikejutkan oleh telepon tidak terduga dari sang adik.“Iya Kak, cepetan Kakak ke sini, soalnya Mama cariin Kakak terus,” balas Rara di seberang telepon. Suaranya terdengar sangat gusar dan membuat perasaan Leon semakin tidak karuan.“Iya, Kakak bakal segera ke sana. Kamu jaga Mama, ya,” ucap Leon cepat sebelum memutuskan sambungan.Leon menyimpan kembali ponselnya di saku dan menatap Frans yang berdiri di seberang meja kerjanya. “Frans, batalkan semua janjiku hari ini. Aku harus pulang sekarang, Mamaku masuk rumah sakit.”Frans langsung mengangguk patuh. “Baik, Tuan.”Leon lantas meraih jasnya dan bergegas kembali ke rumah ibu Ayana. Ia berniat untuk mengajak Ayana sekalian menjenguk ibunya.Begitu tiba di rumah, Ayana yang melihat kepulangan Leon secara mendadak sontak menatapnya khawatir. Apalagi wajah Leon terlihat sangat cemas. “Mas Leon kenapa?”“Mama masuk rumah sakit
“Cepetan! Kamu tunggu apalagi?! Kamu mau kita berdua masuk penjara kalau dia sampai mati?!” desak Angel pada Raka yang masih bergeming di tempat.“Iya, iya!” sahut Raka, agak terpaksa. Ia memasang kaosnya dengan asal, lalu mendekati Chelsi yang matanya sudah setengah terbuka. “Astaga.”Tangan Raka gemetar hebat saat membawa tubuh Chelsi yang nyaris tidak sadarkan diri itu ke dalam gendongannya. Ia takut setengah mati dan menyesal telah mendorong Chelsi terlalu keras.‘Sial! Seharusnya aku langsung seret saja Chelsi keluar. Kalau begini, aku juga yang bakal dapat masalah nanti,’ batin Raka gusar.Chelsi terus merintih kesakitan, meskipun matanya hampir tertutup sempurna. Darah yang keluar dari sela pahanya telah mengotori pakaiannya dan meninggalkan bekas merah di lantai keramik Angel.Raka melirik Angel yang memasang pakaian dengan buru-buru, lantas wanita itu mengisyaratkan Raka untuk bergegas turun menuju mobilnya.Keduanya berjalan tergesa-gesa menuju garasi, lalu menempatkan Chels
“Raka?! Kamu ...?”Chelsi tercengang di tempat dan membelalak melihat kehadiran Raka di rumah Angel sepagi ini.‘Sekarang baru jam enam pagi, dan apa yang mungkin Raka lakuin di rumah Angel?! Kenapa dia juga nggak pakai baju dan cuma memakai boxer?!’Chelsi termangu di tempat dan menelisik penampilan Raka yang begitu kacau dari atas sampai ke bawah. Rambutnya acak-acakan, wajah bantalnya masih kentara, dadanya yang telanjang tampak basah karena keringat, dan terakhir, celana boxer yang dia kenakan tampak dipasang secara buru-buru melihat posisinya yang miring.Chelsi bahkan tidak perlu berpikir keras untuk tahu kalau Raka bermalam di rumah Angel, atau mungkin lebih dari itu.Apa mungkin Raka dan Angel memiliki suatu hubungan istimewa selain dari pertemanan ketiganya?‘Bukan, tapi apa mungkin Raka dan Angel berselingkuh dan menjalin hubungan di belakangku?! Kalau bukan itu, memangnya apalagi yang Raka lakuin sepagi ini di sini?’“KENAPA KAMU BISA ADA DI SINI, HAH?!” jerit Chelsi, tidak
“Ayana? Nak? Ayana?”Ayana yang tengah melamun sontak tersentak saat sebuah tangan mengguncang pundaknya dengan ringan. Ia menoleh dan melihat ibunya sudah duduk di kursi sebelahnya.“Nak, kamu kenapa? Kok melamun begitu? Ibu panggil dari tadi lho,” kata Hana khawatir. Ia telah memanggil Ayana sejak berdiri di sudut ruang tengah, tetapi Ayana sama sekali tidak menggubrisnya. Barulah ketika ia mengguncang bahunya, Ayana baru tersadar. “Apa yang kamu pikirin sampai melamun begitu, Nak? Apa terjadi sesuatu?”“Ah, itu ....” Ayana mengubah posisinya sejenak dan meraih tangan ibunya. “Nggak Bu, ini bukan tentang Ayana, tapi tentang Mas Leon sama Mbak Chelsi.”“Memangnya ada apa dengan mereka, Nak? Apa ini berkaitan sama kejadian sebelumnya?” tanya Hana cemas. Ia takut Ayana kembali mendapat ancaman dari Chelsi dan Leon ikut terlibat di dalamnya.Ayana menggeleng dan menghela napas. “Itu ... katanya, mas Leon mau ... menceraikan mbak Chelsi, Bu,” ucap Ayana dengan suara pelan. Leon sedang me
“Kenapa kamu masih diam saja di situ? Ayo cepat pergi!”Rita sekali lagi mendorong bahu Chelsi yang masih terpaku di tempatnya. Rambut Chelsi terurai ke samping, menutupi wajahnya yang terus tertunduk ke bawah. Chelsi tidak bisa mengatakan sepatah kata pun karena merasa terguncang.Bagaimana mungkin dalam beberapa jam saja, hidup Chelsi hancur seperti ini? Tidak hanya kehilangan Raka, tetapi Leon dan keluarganya juga.“Pembantu! Bereskan barang-barang Chelsi, cepat!” teriak Rita, sementara para pembantu yang sejak tadi telah mengintip bergegas keluar.“Ya, Nyonya,” sahut mereka secara bersamaan.“Cepat, jangan lama!” Rita memberi perintah, lalu melirik Chelsi dengan sinis. “Aku tidak mau melihat wanita hina itu lama-lama di sini. Cih.”Para pembantu mengangguk dan bergegas pergi untuk mengemas pakaian Chelsi ke dalam koper.Rita menghela napas berat dan hampir tidak bisa menahan diri untuk menampar Chelsi saat ini juga. Kilasan ketika Chelsi terus berusaha bersikap manis padanya membu
Chelsi terdiam di tepi jalan dengan rambut acak-acakan. Ia telah berada di ujung jurang dan jika ia tidak kunjung menemukan solusi, maka ia akan jatuh dan mati.Ia benar-benar akan menjadi kepingan tanpa dukungan Raka lagi.Mengingat pertemuan tadi membuat hati Chelsi kembali sakit. Ia tidak pernah menyangka bahwa Raka akan mengkhianatinya, setelah semua hal yang telah ia korbankan untuk pria itu. Raka lebih memilih wanita lain, daripada ia yang telah menemaninya selama ini.‘Siapa wanita itu? Siapa wanita istimewa yang lebih Raka pilih? Seberapa cantik dan seksi dia? Apa dia kaya?’“Raka sialan. Raka brengsek! Bajingan!” umpat Chelsi dengan air mata yang kembali mengalir di kedua pipinya. Ia menghela napas panjang dan tersadar bahwa masalah terbesar yang harus ia hadapi saat ini adalah Leon.Leon sudah tahu segalanya.Chelsi berlari kembali ke mobilnya dengan perasaan panik luar biasa. Satu-satunya orang yang bisa membantunya sekarang adalah ibu mertuanya.“Ya, aku harus minta tolong
‘Itu pasti Raka. Memangnya siapa lagi?’Leon tetap berdiri di depan pintu dalam diam dan terus mendengarkan segala hal yang Chelsi ucapkan selama beberapa menit. Ia merasa akan mual saat mendengar betapa manisnya nada suara Chelsi saat mengatakan ‘Sayang’ pada selingkuhannya itu.Tidak ada lagi sakit hati yang ia rasakan, hanya amarah dan keinginan untuk membalas Chelsi dengan apa yang telah ia rencanakan. Tetapi sekarang, amarahnya kian memuncak saat mengetahui bagaimana Chelsi ikut mengancam Ayana.Dia juga pasti yang telah mempengaruhi ibunya, pikir Leon.“Sayang, aku akan ke sana sekarang. Kamu tunggu aku, aku nggak bakal lama!” sahut Chelsi, terdengar panik di dalam kamar.Suara langkah terdengar mendekat dan Leon buru-buru bersembunyi dibalik tembok. Ia memperhatikan betapa gelisah dan buru-burunya Chelsi saat setengah berlari menyusuri lorong.“Apakah ada sesuatu yang terjadi? Kenapa dia tergesa-gesa sekali ...?” gumam Leon dan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Kening