“Apa Papa sama Mama udah gila?”
Alih-alih tersinggung, David malah tertawa keras, sementara Natalie tersenyum.
“Nak, itu hal yang wajar, kamu nggak perlu terkejut begitu,” kata David dengan santainya. Ia menyesap tehnya dan menatap Chelsi. “Kamu 'kan sudah memberikan keturunan untuk dia yang sudah sekian lama menanti. Salah satu anak cabang perusahaan bukanlah hal yang seberapa bagi orang seperti Leon.”
Namun Chelsi tetap saja kurang setuju dengan hal itu. “Tapi Pa, kehamilan aku 'kan baru berjalan selama tiga bulan. Mana mungkin aku bisa minta hal kayak gitu sama Leon? Apa kata Leon nanti?”
Natalie mendesah jengkel. “Astaga Sayang, Leon itu kan suami kamu. Jelas dong kamu bisa minta apa pun sama dia, apalagi itu semata-mata buat anak kalian!”
“Aduh Ma, gimana kalau Leon mikir aku cuma mikirin harta aja?” Chelsi masih saja tidak ingin mengikuti permintaaan orang tuanya yang ter
“Apa?! Ayana Pingsan?!”“Iya, Nak. Tolong bantu Ibu bawa ke rumah sakit!”“Iya, Tante. Darel bisa! Darel bakal ke sana secepatnya, Tante jangan khawatir, ya!”Darel langsung menutup telepon dan meraih kunci mobilnya di atas meja. Ia melangkah terburu-buru menuju garasi, nyaris berlari karena panik dan takut yang menjalari tubuhnya.Kenapa Ayana bisa pingsan?Darel benar-benar khawatir, mengingat kondisi Ayana yang tengah hamil besar. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan yang untungnya tidak sedang macet.Darel tiba dalam beberapa menit di rumah Ayana dan melompat keluar dari mobilnya. Pintu rumah Ayana terlihat terbuka lebar, dan ketika Darel mendekat, ia bisa mendengar suara cemas Hana yang berusaha menyadarkan Ayana.“Nak, badan kamu panas banget! Ya Allah, kenapa bisa begini?” Hana mengusap keringat yang membasahi dahi dan tengkuk Ayana dengan wajah yang t
Setelah mendapat alamat tempat rumah sakit Ayana dirawat, Leon segera menyambar jaket dan kunci mobilnya.Ia melangkah tergesa-gesa menuju pintu utama ketika Rara baru muncul dari dapur. Melihat wajah panik saudaranya, Rara sontak memanggilnya.“Kak Leon! Kak Leon! Kak Leon mau ke mana? Kok kayak dikejar-kejar setan gitu?”Leon membuang napas kasar dan berbalik badan. “Kakak buru-buru mau ke rumah sakit.”“Hah, kenapa?”“Ayana sedang dirawat di sana.”Rara membelalak terkejut. “Kak Ayana kenapa, Kak?”“Kakak juga nggak tahu. Udah, kamu jangan tanya lagi. Kakak mau berangkat sekarang,” kata Leon cepat. Ia sudah hendak melangkah pergi namun Rara kembali memanggilnya.“Eh, Kak Leon, tunggu sebentar!”Leon berdecak kesal. “Apalagi sih?”“Rara mau ikut jenguk kak Ayana. Tunggu bentar ya Kak, Rara mau ganti baju dulu. K
‘Pria ini benar-benar cari masalah! Dia pikir dia siapa?!’Leon mengepalkan tangannya kuat-kuat, rasanya ia ingin sekali memukul wajah pria menyebalkan yang berdiri di hadapannya. Kalau bukan karena keberadaan Hana dan Ayana, maka ia tidak akan segan-segan melakukannya.“Aku suaminya Ayana,” tekan Leon dengan suara kesal. “Dan jika ada yang harus kembali, itu adalah kamu. Aku bisa menjaga istriku sendiri tanpa bantuanmu.”Darel menarik salah satu sudut bibirnya, tanpa takut balas menatap Leon dengan tatapan tajam yang sama, seolah tengah menantang Leon.Ia tidak yakin Leon bisa menjaga Ayana dengan baik, mengingat bagaimana Hana memilih menghubunginya dibanding Leon. Tetapi melihat amarahnya sekarang, Darel bertanya-tanya bagaimana sebenarnya perasaan Leon pada Ayana.“Aku juga bisa menjaga Ayana di sini. Ayana sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri,” kata Darel.Leon mendecih dan menatap ti
“Mama?” Leon termangu menatap ibunya yang datang secara mendadak bersama Chelsi.Apakah mereka mendapat alamatnya dari Rara?Tetapi belum sempat ia bertanya, Rita sudah mendekat dengan wajah yang merah padam. Ia berhenti tepat di depan Ayana dan menunjuk wajahnya. “Kamu! Kamu sengaja 'kan pura-pura sakit untuk menarik simpati anakku? Iya 'kan?!” tuduh Rita dengan suara tajam. “Dasar wanita nggak tahu diri kamu!”Ayana sontak menggeleng panik. “Nggak Bu, Ayana beneran sakit. Ayana bahkan baru aja tau kalau Mas Leon ke sini pagi ini. Ayana nggak mungkin—”“Halah, nggak usah banyak alasan kamu!” sela Rita dengan suara sinis. Ia lalu beralih pada Leon yang masih mendekap Ayana. “Leon, ayo kita pulang sekarang. Kamu harus ke kantor 'kan? Kamu nggak perlu nemenin wanita miskin ini di sini!”Leon menghela napas berat. “Tapi Ma—”Rita menggeleng keras. &l
Ayana menatap bulan yang bersinar dibalik jendela ruangannya. Langit juga dipenuhi taburan bintang yang berkerlap-kerlip dengan indah, dan membuat bibirnya otomatis melengkung ke atas.Leon yang melihat hal itu tanpa sadar ikut tersenyum. Hari ini, ia telah memperhatikan kalau kebahagiaan Ayana itu sangat sederhana.Ayana akan tersenyum melihat bunga yang mekar dengan indah di halaman rumah sakit. Ayana akan tersenyum melihat anak-anak yang bermain di taman seberang rumah sakit. Dan sekarang, Ayana bisa tersenyum bahagia hanya dengan memandangi langit malam yang dipenuhi taburan bintang.Leon jadi bertanya-tanya apakah kesedihan Ayana juga berasal dari hal-hal yang sederhana? Ia tidak tahu apakah Ayana adalah wanita yang sensitif?Tetapi mengingat perjuangannya waktu itu, sepertinya Ayana adalah tipe wanita yang tegar dan kuat.‘Apa yang sebenarnya aku ketahui tentang Ayana?’ batin Leon, tiba-tiba merasa gamang.Ia baru sadar kal
‘Chelsi berselingkuh?’Leon membeku di tempat, untuk sejenak tidak bisa mempercayai pendengarannya sendiri.“Tidak mungkin.” Leon menggeleng-geleng dan menatap adiknya dengan tatapan tidak percaya.Hal terakhir yang ia dengar adalah Chelsi yang berselingkuh darinya. Itu mustahil! Bagaimana mungkin Chelsi yang begitu lembut dan perhatian padanya bisa melakukan itu?Rara pasti hanya bercanda.“Rara, kamu jangan asal bicara. Ini bukan hal yang bisa kamu jadikan bahan candaan,” ucap Leon, memberi adiknya tatapan peringatan. Ia tahu Rara terkadang bersikap bar-bar, tetapi bukan berarti dia bisa bicara seenaknya. “Kakak nggak suka kamu bicara kayak gitu.”“Ish! Astaga, Kak!” Rara berdecak frustrasi, hampir saja berteriak di depan saudaranya yang sudah buta hati itu. “Kakak pikir aku bohong? Kakak pikir ini candaan? Aku serius, Kak! Mana mungkin aku bohong.”Leon kembali
Hana dan Ayana terdiam untuk waktu yang lama, merasa syok dengan jumlah yang harus mereka bayar.Ayana sudah mengira kalau biayanya akan mahal, tetapi tidak menyangka akan sebanyak itu.‘Ya Allah, dari mana aku bisa dapat uang sebanyak itu saat ini juga? Lima belas juta bukan uang yang sedikit.’Ayana jadi kebingungan di tempat, sementara petugas administrasi terus menatap keduanya, menunggu respon.Hana yang melihat hal itu buru-buru buka suara, “Mm, maaf Mbak, tapi saya cuma punya uang 10 juta sekarang, jadi apa bisa dicicil, Mbak? Nanti setelah saya mendapatkan uangnya, saya pasti akan langsung bayar lunas,” ujar Hana cepat dengan pandangan mengiba. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana.Sayangnya, petugas administrasi menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Maaf ya Bu, tapi sesuai peraturan di rumah sakit ini, pasien harus melunasi biayanya terlebih dahulu. Kalau tidak, pasien yang bersangkutan tidak boleh pergi dari r
Leon bergegas turun menuju bagian administrasi untuk menanyakan informasi tentang Ayana. Ia yakin kalau Ayana telah kembali, tetapi ia hanya ingin memastikan segalanya.“Iya Pak, ada yang bisa dibantu?” kata petugas administrasi dengan ramah ketika Leon mendekat.“Saya mau tahu, apa pasien yang bernama Ayana Salsabilla sudah pulang hari ini, Mbak?” tanya Leon.Petugas itu mengangguk dan segera memeriksa komputernya. Leon menunggu dengan tidak sabar sambil memikirkan alasan kenapa Ayana tidak memberitahukan apa-apa padanya.Apakah ia tidak sepenting itu di mata Ayana?Padahal Leon telah menemaninya selama seharian penuh, jadi ia kira Ayana setidaknya peduli untuk menelepon Leon terkait kabarnya.Entah kenapa Leon merasa terluka dan kecewa dengan hal itu.Tetapi kemudian, kilasan mengenai Leon yang selama ini mengabaikan Ayana dan menyiksanya secara mental mendadak terngiang. Perasaan kecewa Leon dengan cepat berubah menjadi perasaan bersalah.Leon merasa begitu egois, sebab selama ini
Setelah keluar dari rumah sakit, keadaan Rita perlahan mulai membaik. Walaupun Rita masih harus menggunakan kursi roda dan berjalan dengan dipapah, tetapi hal itu setidaknya jauh lebih baik dibanding terus terbaring di atas ranjang.Rita merasa lega karena bisa kembali ke rumah dan menghirup udara segar tanpa bau antiseptik yang menyengat. Meskipun begitu, hari-hari yang ia lalui selama di rumah sakit telah memberikan banyak pelajaran baginya.Terutama mengenai hal kejam yang selama ini Rita lakukan pada Ayana.Saat baru tiba di rumah, hal pertama yang Rita ingin lakukan adalah meminta maaf secara langsung pada Ayana dan Hana.Sore itu, Ayana dan ibunya datang dengan wajah yang masih terlihat agak takut. Rita semakin dirundung rasa bersalah melihat hal itu, menyadari trauma yang ia berikan pada keduanya sangat besar.“Aku tahu aku ini wanita yang sangat buruk dan perlakuanku mungkin tidak bisa dimaafkan, tapi aku mohon terimalah maaf dariku,” ucap Rita dengan wajah tertunduk malu. Kil
David menyeringai lebar penuh kepuasan, merasa kalau Leon akan sangat terkejut dan menyesal setelah mendengar ucapannya. Tetapi, apa yang terjadi selanjutnya membuat seringai David memudar.“Ah, benarkah?” kata Leon dengan ekspresi acuh tak acuh, sama sekali tidak terlihat peduli dan malah tersenyum miring. “Sepertinya kalian ketinggalan informasi penting, ya? Apa anak yang kalian banggakan itu lupa bicara tentang bayi yang dikandungnya?”David dan Natalie mengernyit heran. Keduanya menatap Leon dengan tatapan bertanya-tanya.“Apa maksud kamu, hah? Kamu ini nggak ada sopan-sopannya, ya?” David menggeram kesal. Tangannya mulai menunjuk-nunjuk wajah Leon. “Walaupun Chelsi selingkuh, tetap aja anaknya itu anak kamu juga. Apa mungkin kamu nggak mau tanggung jawab?”Leon tertawa keras mendengar hal itu dan menggeleng-geleng. David tampak semakin kesal dan wajahnya berkerut masam. Kedua tangannya sudah terkepal erat di sisi tubuhnya, sementara Natalie menatap dengan sinis.Saat tawa Leon be
“Apa? Mama masuk rumah sakit? Stroke kamu bilang?” tanya Leon panik. Leon yang tadinya ingin menemui klien malah dikejutkan oleh telepon tidak terduga dari sang adik.“Iya Kak, cepetan Kakak ke sini, soalnya Mama cariin Kakak terus,” balas Rara di seberang telepon. Suaranya terdengar sangat gusar dan membuat perasaan Leon semakin tidak karuan.“Iya, Kakak bakal segera ke sana. Kamu jaga Mama, ya,” ucap Leon cepat sebelum memutuskan sambungan.Leon menyimpan kembali ponselnya di saku dan menatap Frans yang berdiri di seberang meja kerjanya. “Frans, batalkan semua janjiku hari ini. Aku harus pulang sekarang, Mamaku masuk rumah sakit.”Frans langsung mengangguk patuh. “Baik, Tuan.”Leon lantas meraih jasnya dan bergegas kembali ke rumah ibu Ayana. Ia berniat untuk mengajak Ayana sekalian menjenguk ibunya.Begitu tiba di rumah, Ayana yang melihat kepulangan Leon secara mendadak sontak menatapnya khawatir. Apalagi wajah Leon terlihat sangat cemas. “Mas Leon kenapa?”“Mama masuk rumah sakit
“Cepetan! Kamu tunggu apalagi?! Kamu mau kita berdua masuk penjara kalau dia sampai mati?!” desak Angel pada Raka yang masih bergeming di tempat.“Iya, iya!” sahut Raka, agak terpaksa. Ia memasang kaosnya dengan asal, lalu mendekati Chelsi yang matanya sudah setengah terbuka. “Astaga.”Tangan Raka gemetar hebat saat membawa tubuh Chelsi yang nyaris tidak sadarkan diri itu ke dalam gendongannya. Ia takut setengah mati dan menyesal telah mendorong Chelsi terlalu keras.‘Sial! Seharusnya aku langsung seret saja Chelsi keluar. Kalau begini, aku juga yang bakal dapat masalah nanti,’ batin Raka gusar.Chelsi terus merintih kesakitan, meskipun matanya hampir tertutup sempurna. Darah yang keluar dari sela pahanya telah mengotori pakaiannya dan meninggalkan bekas merah di lantai keramik Angel.Raka melirik Angel yang memasang pakaian dengan buru-buru, lantas wanita itu mengisyaratkan Raka untuk bergegas turun menuju mobilnya.Keduanya berjalan tergesa-gesa menuju garasi, lalu menempatkan Chels
“Raka?! Kamu ...?”Chelsi tercengang di tempat dan membelalak melihat kehadiran Raka di rumah Angel sepagi ini.‘Sekarang baru jam enam pagi, dan apa yang mungkin Raka lakuin di rumah Angel?! Kenapa dia juga nggak pakai baju dan cuma memakai boxer?!’Chelsi termangu di tempat dan menelisik penampilan Raka yang begitu kacau dari atas sampai ke bawah. Rambutnya acak-acakan, wajah bantalnya masih kentara, dadanya yang telanjang tampak basah karena keringat, dan terakhir, celana boxer yang dia kenakan tampak dipasang secara buru-buru melihat posisinya yang miring.Chelsi bahkan tidak perlu berpikir keras untuk tahu kalau Raka bermalam di rumah Angel, atau mungkin lebih dari itu.Apa mungkin Raka dan Angel memiliki suatu hubungan istimewa selain dari pertemanan ketiganya?‘Bukan, tapi apa mungkin Raka dan Angel berselingkuh dan menjalin hubungan di belakangku?! Kalau bukan itu, memangnya apalagi yang Raka lakuin sepagi ini di sini?’“KENAPA KAMU BISA ADA DI SINI, HAH?!” jerit Chelsi, tidak
“Ayana? Nak? Ayana?”Ayana yang tengah melamun sontak tersentak saat sebuah tangan mengguncang pundaknya dengan ringan. Ia menoleh dan melihat ibunya sudah duduk di kursi sebelahnya.“Nak, kamu kenapa? Kok melamun begitu? Ibu panggil dari tadi lho,” kata Hana khawatir. Ia telah memanggil Ayana sejak berdiri di sudut ruang tengah, tetapi Ayana sama sekali tidak menggubrisnya. Barulah ketika ia mengguncang bahunya, Ayana baru tersadar. “Apa yang kamu pikirin sampai melamun begitu, Nak? Apa terjadi sesuatu?”“Ah, itu ....” Ayana mengubah posisinya sejenak dan meraih tangan ibunya. “Nggak Bu, ini bukan tentang Ayana, tapi tentang Mas Leon sama Mbak Chelsi.”“Memangnya ada apa dengan mereka, Nak? Apa ini berkaitan sama kejadian sebelumnya?” tanya Hana cemas. Ia takut Ayana kembali mendapat ancaman dari Chelsi dan Leon ikut terlibat di dalamnya.Ayana menggeleng dan menghela napas. “Itu ... katanya, mas Leon mau ... menceraikan mbak Chelsi, Bu,” ucap Ayana dengan suara pelan. Leon sedang me
“Kenapa kamu masih diam saja di situ? Ayo cepat pergi!”Rita sekali lagi mendorong bahu Chelsi yang masih terpaku di tempatnya. Rambut Chelsi terurai ke samping, menutupi wajahnya yang terus tertunduk ke bawah. Chelsi tidak bisa mengatakan sepatah kata pun karena merasa terguncang.Bagaimana mungkin dalam beberapa jam saja, hidup Chelsi hancur seperti ini? Tidak hanya kehilangan Raka, tetapi Leon dan keluarganya juga.“Pembantu! Bereskan barang-barang Chelsi, cepat!” teriak Rita, sementara para pembantu yang sejak tadi telah mengintip bergegas keluar.“Ya, Nyonya,” sahut mereka secara bersamaan.“Cepat, jangan lama!” Rita memberi perintah, lalu melirik Chelsi dengan sinis. “Aku tidak mau melihat wanita hina itu lama-lama di sini. Cih.”Para pembantu mengangguk dan bergegas pergi untuk mengemas pakaian Chelsi ke dalam koper.Rita menghela napas berat dan hampir tidak bisa menahan diri untuk menampar Chelsi saat ini juga. Kilasan ketika Chelsi terus berusaha bersikap manis padanya membu
Chelsi terdiam di tepi jalan dengan rambut acak-acakan. Ia telah berada di ujung jurang dan jika ia tidak kunjung menemukan solusi, maka ia akan jatuh dan mati.Ia benar-benar akan menjadi kepingan tanpa dukungan Raka lagi.Mengingat pertemuan tadi membuat hati Chelsi kembali sakit. Ia tidak pernah menyangka bahwa Raka akan mengkhianatinya, setelah semua hal yang telah ia korbankan untuk pria itu. Raka lebih memilih wanita lain, daripada ia yang telah menemaninya selama ini.‘Siapa wanita itu? Siapa wanita istimewa yang lebih Raka pilih? Seberapa cantik dan seksi dia? Apa dia kaya?’“Raka sialan. Raka brengsek! Bajingan!” umpat Chelsi dengan air mata yang kembali mengalir di kedua pipinya. Ia menghela napas panjang dan tersadar bahwa masalah terbesar yang harus ia hadapi saat ini adalah Leon.Leon sudah tahu segalanya.Chelsi berlari kembali ke mobilnya dengan perasaan panik luar biasa. Satu-satunya orang yang bisa membantunya sekarang adalah ibu mertuanya.“Ya, aku harus minta tolong
‘Itu pasti Raka. Memangnya siapa lagi?’Leon tetap berdiri di depan pintu dalam diam dan terus mendengarkan segala hal yang Chelsi ucapkan selama beberapa menit. Ia merasa akan mual saat mendengar betapa manisnya nada suara Chelsi saat mengatakan ‘Sayang’ pada selingkuhannya itu.Tidak ada lagi sakit hati yang ia rasakan, hanya amarah dan keinginan untuk membalas Chelsi dengan apa yang telah ia rencanakan. Tetapi sekarang, amarahnya kian memuncak saat mengetahui bagaimana Chelsi ikut mengancam Ayana.Dia juga pasti yang telah mempengaruhi ibunya, pikir Leon.“Sayang, aku akan ke sana sekarang. Kamu tunggu aku, aku nggak bakal lama!” sahut Chelsi, terdengar panik di dalam kamar.Suara langkah terdengar mendekat dan Leon buru-buru bersembunyi dibalik tembok. Ia memperhatikan betapa gelisah dan buru-burunya Chelsi saat setengah berlari menyusuri lorong.“Apakah ada sesuatu yang terjadi? Kenapa dia tergesa-gesa sekali ...?” gumam Leon dan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Kening