“Ehh, anu, itu Ma ... I-ini Chelsi lagi teleponan sama teman Chelsi, Ma! Iya!” Chelsi bicara dengan terbata-bata dan tertawa hambar, berusaha menutupi kegugupannya.Jantungnya berdentum layaknya genderang, rasanya ia hampir mengalami serangan panik karena dipergoki secara tiba-tiba. Apalagi sekarang, tatapan Rita yang terarah padanya dipenuhi kecurigaan.Ekspresinya bahkan sama sekali belum berubah saat mendengar jawaban Chelsi. Malahan, Rita terlihat tidak percaya. “Teman siapa?” tanyanya lagi.Rita mendekat dan tidak melepas sedikit pun pandangannya dari Chelsi. Rasanya aneh mendengar Chelsi memanggil temannya dengan sebutan ‘Sayang’ dengan nada seperti orang jatuh cinta.Chelsi memaksakan dirinya untuk tersenyum manis. “Ah, Mama kayak nggak tahu aja. Ini teman sesama model aku, Ma,” jelas Chelsi dengan suara mendayu-dayu, seperti biasa berusaha merayu ibu mertuanya. “Namanya Clara, Ma. Dia teman dekatnya Angel juga.”Kecurigaan Rita sedikit memudar, dan kini digantikan oleh raut pe
“Eh, Kak Ayana udah pulang?“Rara yang melihat Ayana baru kembali ke rumah mereka dengan cepat mendekat. Senyumnya mengembang dan ia tidak bisa menahan diri untuk berlari menghampiri kakak iparnya itu.Rara mungkin terlalu antusias sampai-sampai ia hampir terpeleset saat mencoba berhenti di depan Ayana. Leon yang melihat hal itu dengan gesit berdiri di depan Ayana dan menahan tangan Rara.“Astaga Rara, hati-hati! Kalau kamu ceroboh kayak gitu, nanti kamu bisa melukai Ayana.” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Leon yang mulai protektif.Rara menaikkan satu alisnya heran, kemudian merotasikan bola matanya malas.‘Sejak kapan Kak Leon jadi seperhatian ini sampai-sampai jadi over protektif?’Rara sebenarnya merasa gemas dan geli di saat bersamaan. Walaupun, tidak bisa dipungkiri bahwa ia menyukai perubahan sikap Leon pada Ayana yang tidak lagi kasar.“Iya, iya, Rara juga tau kok, Kak. Mana mungkin Rara mau nyelakain Kak Ayana,” ucap Rara. Ia bukan Chelsi yang selalu bermuka dua
“Le-leon?”Chelsi terbelalak kaget dan napasnya tercekat. Tubuhnya menegang, sementara degup jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan seperti akan meledak. Dalam sekejap, tangannya mendingin dan ia gugup bukan main.‘Sial! Kenapa Leon tiba-tiba muncul di sini?’Chelsi mencoba mengatur ekspresi dan napasnya yang memburu. Ia tidak menyangka kalau Leon akan melihatnya ketika hendak menampar Ayana. Ia bahkan tidak mendengar suara langkah kaki pria itu di belakangnya.‘Apakah mungkin Leon mengikutiku sejak tadi sampai ke sini? Astaga, bagaimana ini? Aku bisa mati!’ Chelsi menjerit dalam hati.Sebisa mungkin ia menjaga ekspresinya terlihat tetap tenang, meskipun ia mulai merasa kelabakan di tempat. Terlebih dengan tatapan membara penuh amarah yang dilayangkan Leon padanya. Sementara itu, Ayana yang tadinya memejamkan mata perlahan membuka matanya mendengar suara Chelsi. Ia tadinya bingung karena tidak merasakan apa pun, tetapi kemudian Chelsi menyebut nama Leon. Suaranya terdengar sang
“Mama!” Chelsi segera menghampiri Rita saat melihat sang ibu mertua yang terus berteriak memanggil Leon. “Mama udahlah, Leon nggak akan dengar.”Dengan lembut, Chelsi membalik tubuh Rita dan mencoba menenangkannya. Rita terus berdecak kesal dengan wajah memerah padam karena amarah yang tidak bisa dia kontrol.“Nggak bisa, Sayang! Mama nggak habis pikir sama Leon! Dia berubah! Dan itu pasti karena wanita miskin nggak tahu diri itu, ck!” Rita mendecak dengan emosi yang membumbung tinggi.Rita masih saja tidak bisa berhenti mengomel. Kemarahannya sudah berada di puncak dan baru kali ini Leon tidak mendengar ucapannya. Dan ia yakin itu semua pasti karena pengaruh Ayana.“Ma, udahlah. Apa yang dikatakan sama Leon itu benar, itu semua sudah menjadi keputusan kami,” kata Chelsi dan dalam sedetik kemudian memasang wajah sendunya. Ia mendadak melepaskan tangannya dari pundak ibu mertuanya, lalu mengusap kedua matanya dengan dramatis. “Ya, walaupun Chelsi sebenarnya nggak rela, tapi mau bagaima
Ayana meremas kuat tas belanjanya dengan perasaan sedih, sementara Leon mengepalkan tangannya dengan geram.Apa mereka baru saja menggosispi istrinya di depan matanya sendiri? Apa kebiasaan tetangga Ayana memang seperti ini?Leon menatap tajam sekumpulan orang-orang itu dan tawa mereka seketika berhenti. Mereka saling menyenggol satu sama lain, baru sadar kalau Leon benar-benar emosi mendengar ucapan mereka.“Apa kalian bilang?!”Leon melangkah mendekat dengan cepat dan ibu-ibu yang tadinya mengosipi Ayana langsung duduk dengan tegang. Mereka merapatkan diri satu sama lain melihat ekspresi Leon yang murka dan seolah akan meledak. “Beraninya kalian menggosipi istriku seperti itu! Memangnya apa yang sudah dia lakukan pada kalian, hah?!”Ibu-ibu itu menciut di tempat dan beberapa mulai menunduk. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani menjawab Leon.‘Ibu-ibu penggosip seperti ini hanya bisa berkicau dan menggonggong! Kalau sudah didekati nyalinya malah mengkerut!’ batin Leon kesal.Jik
Darel mendekat dan menatap tumpukan barang di atas mobil pick up. “Wah, ada apa ini? Kenapa ada banyak sekali barang-barang di sini?” tanya Darel seraya memperhatikan tumpukan kardus dan kantong di hadapannya.“Itu ... Nak Leon yang membelikannya Nak Darel,” sahut Hana, menunjuk Leon yang terang-terangan menatap Darel tidak suka. “Jadi, Nak Leon akan tinggal di sini selama seminggu ke depan bersama Ayana. Hari ini Nak Leon baru aja kembali dari pasar bersama Ayana,” jelas Hana tanpa diminta.“Ah, begitu rupanya,” ucap Darel sembari mengangguk mengerti. Ia beralih pada Leon dan memberi tatapan tajam yang sama. “Baiklah, kalau begitu, biar Darel bantu masukin barang-barangnya ke rumah ya, Tante.”Hana mengangguk senang dengan senyum kecil. “Terima kasih banyak ya Nak Darel atas bantuannya.”“Iya, tidak masalah, Tante,” kata Darel dengan senyum simpul.Darel lantas mendekat dan mengabaikan sejenak permusuhannya dengan Leon agar keduanya bisa bersama-sama mengangkat barang dari atas mobil
Rita menatap sekeliling rumah yang sepi dan mengerutkan kening heran. Sejak pagi setelah bangun dan berkeliling, ia merasa bingung karena tidak melihat Chelsi di mana pun.Ke mana wanita itu?Rita bertanya-tanya sendiri. Sebelumnya, Rita mengira kalau Chelsi mengurung diri di kamar karena merasa sedih dengan kepergian Leon, tetapi sekarang, jam telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Biasanya, Chelsi selalu bangun jam lima atau enam pagi.‘Apa Chelsi masih di kamar, ya? Kasihan menantuku itu. Apa sebaiknya aku bangunkan saja, ya?’Rita terdiam dan menimbang-nimbang untuk melakukan hal itu. Ia hendak melangkah ke kamar Chelsi ketika pintu depan terdengar terbuka, disusul suara hak sepatu yang mengetuk lantai dengan keras.“Chelsi?” gumam Rita seraya melangkah ke pintu utama. Dan benar saja, itu adalah Chelsi. Rita menaikkan satu alisnya bingung. “Chelsi, Nak? Kamu dari mana saja? Kenapa kamu muncul dari sana?” tanya Rita secara beruntun.Chelsi yang telah menyiapkan alasan sejak semalam pu
Ayana berdiri di dekat jendela sembari menatap halaman samping rumah yang disinari cahaya bulan. Bunga-bunga liar yang tumbuh di sana tampak bergoyang ringan tertiup angin. Wajah Ayana mulai terasa dingin, tetapi ia merasa enggan untuk beranjak dari tempatnya.Sejujurnya, ia merasa gugup.Leon tampak sibuk dengan laptopnya, sementara Ayana ingin membicarakan sesuatu dengannya.Dengan sabar, Ayana menunggu di tempatnya sampai terdengar suara laptop yang ditutup. Ayana lantas menoleh pada sang suami.“Mas Leon,” panggilnya dengan hati-hati.Leon mendongak dari tempatnya dan menatap Ayana. “Iya?”“Aku mau bicara sesuatu, Mas. Apa boleh?” tanya Ayana dengan lembut. Ia tahu Leon merasa sangat lelah setelah seharian bekerja, dan jika pria itu ingin langsung tidur, maka Ayana takut akan mengganggunya.“Tentu saja boleh,” kata Leon, menatap Ayana tidak habis pikir. “Kamu bisa bicara kapan saja.”Ayana mengangguk dan menempatkan diri di samping Leon. Pandangan Leon seketika tertuju pada bekas
Setelah keluar dari rumah sakit, keadaan Rita perlahan mulai membaik. Walaupun Rita masih harus menggunakan kursi roda dan berjalan dengan dipapah, tetapi hal itu setidaknya jauh lebih baik dibanding terus terbaring di atas ranjang.Rita merasa lega karena bisa kembali ke rumah dan menghirup udara segar tanpa bau antiseptik yang menyengat. Meskipun begitu, hari-hari yang ia lalui selama di rumah sakit telah memberikan banyak pelajaran baginya.Terutama mengenai hal kejam yang selama ini Rita lakukan pada Ayana.Saat baru tiba di rumah, hal pertama yang Rita ingin lakukan adalah meminta maaf secara langsung pada Ayana dan Hana.Sore itu, Ayana dan ibunya datang dengan wajah yang masih terlihat agak takut. Rita semakin dirundung rasa bersalah melihat hal itu, menyadari trauma yang ia berikan pada keduanya sangat besar.“Aku tahu aku ini wanita yang sangat buruk dan perlakuanku mungkin tidak bisa dimaafkan, tapi aku mohon terimalah maaf dariku,” ucap Rita dengan wajah tertunduk malu. Kil
David menyeringai lebar penuh kepuasan, merasa kalau Leon akan sangat terkejut dan menyesal setelah mendengar ucapannya. Tetapi, apa yang terjadi selanjutnya membuat seringai David memudar.“Ah, benarkah?” kata Leon dengan ekspresi acuh tak acuh, sama sekali tidak terlihat peduli dan malah tersenyum miring. “Sepertinya kalian ketinggalan informasi penting, ya? Apa anak yang kalian banggakan itu lupa bicara tentang bayi yang dikandungnya?”David dan Natalie mengernyit heran. Keduanya menatap Leon dengan tatapan bertanya-tanya.“Apa maksud kamu, hah? Kamu ini nggak ada sopan-sopannya, ya?” David menggeram kesal. Tangannya mulai menunjuk-nunjuk wajah Leon. “Walaupun Chelsi selingkuh, tetap aja anaknya itu anak kamu juga. Apa mungkin kamu nggak mau tanggung jawab?”Leon tertawa keras mendengar hal itu dan menggeleng-geleng. David tampak semakin kesal dan wajahnya berkerut masam. Kedua tangannya sudah terkepal erat di sisi tubuhnya, sementara Natalie menatap dengan sinis.Saat tawa Leon be
“Apa? Mama masuk rumah sakit? Stroke kamu bilang?” tanya Leon panik. Leon yang tadinya ingin menemui klien malah dikejutkan oleh telepon tidak terduga dari sang adik.“Iya Kak, cepetan Kakak ke sini, soalnya Mama cariin Kakak terus,” balas Rara di seberang telepon. Suaranya terdengar sangat gusar dan membuat perasaan Leon semakin tidak karuan.“Iya, Kakak bakal segera ke sana. Kamu jaga Mama, ya,” ucap Leon cepat sebelum memutuskan sambungan.Leon menyimpan kembali ponselnya di saku dan menatap Frans yang berdiri di seberang meja kerjanya. “Frans, batalkan semua janjiku hari ini. Aku harus pulang sekarang, Mamaku masuk rumah sakit.”Frans langsung mengangguk patuh. “Baik, Tuan.”Leon lantas meraih jasnya dan bergegas kembali ke rumah ibu Ayana. Ia berniat untuk mengajak Ayana sekalian menjenguk ibunya.Begitu tiba di rumah, Ayana yang melihat kepulangan Leon secara mendadak sontak menatapnya khawatir. Apalagi wajah Leon terlihat sangat cemas. “Mas Leon kenapa?”“Mama masuk rumah sakit
“Cepetan! Kamu tunggu apalagi?! Kamu mau kita berdua masuk penjara kalau dia sampai mati?!” desak Angel pada Raka yang masih bergeming di tempat.“Iya, iya!” sahut Raka, agak terpaksa. Ia memasang kaosnya dengan asal, lalu mendekati Chelsi yang matanya sudah setengah terbuka. “Astaga.”Tangan Raka gemetar hebat saat membawa tubuh Chelsi yang nyaris tidak sadarkan diri itu ke dalam gendongannya. Ia takut setengah mati dan menyesal telah mendorong Chelsi terlalu keras.‘Sial! Seharusnya aku langsung seret saja Chelsi keluar. Kalau begini, aku juga yang bakal dapat masalah nanti,’ batin Raka gusar.Chelsi terus merintih kesakitan, meskipun matanya hampir tertutup sempurna. Darah yang keluar dari sela pahanya telah mengotori pakaiannya dan meninggalkan bekas merah di lantai keramik Angel.Raka melirik Angel yang memasang pakaian dengan buru-buru, lantas wanita itu mengisyaratkan Raka untuk bergegas turun menuju mobilnya.Keduanya berjalan tergesa-gesa menuju garasi, lalu menempatkan Chels
“Raka?! Kamu ...?”Chelsi tercengang di tempat dan membelalak melihat kehadiran Raka di rumah Angel sepagi ini.‘Sekarang baru jam enam pagi, dan apa yang mungkin Raka lakuin di rumah Angel?! Kenapa dia juga nggak pakai baju dan cuma memakai boxer?!’Chelsi termangu di tempat dan menelisik penampilan Raka yang begitu kacau dari atas sampai ke bawah. Rambutnya acak-acakan, wajah bantalnya masih kentara, dadanya yang telanjang tampak basah karena keringat, dan terakhir, celana boxer yang dia kenakan tampak dipasang secara buru-buru melihat posisinya yang miring.Chelsi bahkan tidak perlu berpikir keras untuk tahu kalau Raka bermalam di rumah Angel, atau mungkin lebih dari itu.Apa mungkin Raka dan Angel memiliki suatu hubungan istimewa selain dari pertemanan ketiganya?‘Bukan, tapi apa mungkin Raka dan Angel berselingkuh dan menjalin hubungan di belakangku?! Kalau bukan itu, memangnya apalagi yang Raka lakuin sepagi ini di sini?’“KENAPA KAMU BISA ADA DI SINI, HAH?!” jerit Chelsi, tidak
“Ayana? Nak? Ayana?”Ayana yang tengah melamun sontak tersentak saat sebuah tangan mengguncang pundaknya dengan ringan. Ia menoleh dan melihat ibunya sudah duduk di kursi sebelahnya.“Nak, kamu kenapa? Kok melamun begitu? Ibu panggil dari tadi lho,” kata Hana khawatir. Ia telah memanggil Ayana sejak berdiri di sudut ruang tengah, tetapi Ayana sama sekali tidak menggubrisnya. Barulah ketika ia mengguncang bahunya, Ayana baru tersadar. “Apa yang kamu pikirin sampai melamun begitu, Nak? Apa terjadi sesuatu?”“Ah, itu ....” Ayana mengubah posisinya sejenak dan meraih tangan ibunya. “Nggak Bu, ini bukan tentang Ayana, tapi tentang Mas Leon sama Mbak Chelsi.”“Memangnya ada apa dengan mereka, Nak? Apa ini berkaitan sama kejadian sebelumnya?” tanya Hana cemas. Ia takut Ayana kembali mendapat ancaman dari Chelsi dan Leon ikut terlibat di dalamnya.Ayana menggeleng dan menghela napas. “Itu ... katanya, mas Leon mau ... menceraikan mbak Chelsi, Bu,” ucap Ayana dengan suara pelan. Leon sedang me
“Kenapa kamu masih diam saja di situ? Ayo cepat pergi!”Rita sekali lagi mendorong bahu Chelsi yang masih terpaku di tempatnya. Rambut Chelsi terurai ke samping, menutupi wajahnya yang terus tertunduk ke bawah. Chelsi tidak bisa mengatakan sepatah kata pun karena merasa terguncang.Bagaimana mungkin dalam beberapa jam saja, hidup Chelsi hancur seperti ini? Tidak hanya kehilangan Raka, tetapi Leon dan keluarganya juga.“Pembantu! Bereskan barang-barang Chelsi, cepat!” teriak Rita, sementara para pembantu yang sejak tadi telah mengintip bergegas keluar.“Ya, Nyonya,” sahut mereka secara bersamaan.“Cepat, jangan lama!” Rita memberi perintah, lalu melirik Chelsi dengan sinis. “Aku tidak mau melihat wanita hina itu lama-lama di sini. Cih.”Para pembantu mengangguk dan bergegas pergi untuk mengemas pakaian Chelsi ke dalam koper.Rita menghela napas berat dan hampir tidak bisa menahan diri untuk menampar Chelsi saat ini juga. Kilasan ketika Chelsi terus berusaha bersikap manis padanya membu
Chelsi terdiam di tepi jalan dengan rambut acak-acakan. Ia telah berada di ujung jurang dan jika ia tidak kunjung menemukan solusi, maka ia akan jatuh dan mati.Ia benar-benar akan menjadi kepingan tanpa dukungan Raka lagi.Mengingat pertemuan tadi membuat hati Chelsi kembali sakit. Ia tidak pernah menyangka bahwa Raka akan mengkhianatinya, setelah semua hal yang telah ia korbankan untuk pria itu. Raka lebih memilih wanita lain, daripada ia yang telah menemaninya selama ini.‘Siapa wanita itu? Siapa wanita istimewa yang lebih Raka pilih? Seberapa cantik dan seksi dia? Apa dia kaya?’“Raka sialan. Raka brengsek! Bajingan!” umpat Chelsi dengan air mata yang kembali mengalir di kedua pipinya. Ia menghela napas panjang dan tersadar bahwa masalah terbesar yang harus ia hadapi saat ini adalah Leon.Leon sudah tahu segalanya.Chelsi berlari kembali ke mobilnya dengan perasaan panik luar biasa. Satu-satunya orang yang bisa membantunya sekarang adalah ibu mertuanya.“Ya, aku harus minta tolong
‘Itu pasti Raka. Memangnya siapa lagi?’Leon tetap berdiri di depan pintu dalam diam dan terus mendengarkan segala hal yang Chelsi ucapkan selama beberapa menit. Ia merasa akan mual saat mendengar betapa manisnya nada suara Chelsi saat mengatakan ‘Sayang’ pada selingkuhannya itu.Tidak ada lagi sakit hati yang ia rasakan, hanya amarah dan keinginan untuk membalas Chelsi dengan apa yang telah ia rencanakan. Tetapi sekarang, amarahnya kian memuncak saat mengetahui bagaimana Chelsi ikut mengancam Ayana.Dia juga pasti yang telah mempengaruhi ibunya, pikir Leon.“Sayang, aku akan ke sana sekarang. Kamu tunggu aku, aku nggak bakal lama!” sahut Chelsi, terdengar panik di dalam kamar.Suara langkah terdengar mendekat dan Leon buru-buru bersembunyi dibalik tembok. Ia memperhatikan betapa gelisah dan buru-burunya Chelsi saat setengah berlari menyusuri lorong.“Apakah ada sesuatu yang terjadi? Kenapa dia tergesa-gesa sekali ...?” gumam Leon dan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Kening