“Apa?! Ayana Pingsan?!”
“Iya, Nak. Tolong bantu Ibu bawa ke rumah sakit!”
“Iya, Tante. Darel bisa! Darel bakal ke sana secepatnya, Tante jangan khawatir, ya!”
Darel langsung menutup telepon dan meraih kunci mobilnya di atas meja. Ia melangkah terburu-buru menuju garasi, nyaris berlari karena panik dan takut yang menjalari tubuhnya.
Kenapa Ayana bisa pingsan?
Darel benar-benar khawatir, mengingat kondisi Ayana yang tengah hamil besar. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan yang untungnya tidak sedang macet.
Darel tiba dalam beberapa menit di rumah Ayana dan melompat keluar dari mobilnya. Pintu rumah Ayana terlihat terbuka lebar, dan ketika Darel mendekat, ia bisa mendengar suara cemas Hana yang berusaha menyadarkan Ayana.
“Nak, badan kamu panas banget! Ya Allah, kenapa bisa begini?” Hana mengusap keringat yang membasahi dahi dan tengkuk Ayana dengan wajah yang t
Setelah mendapat alamat tempat rumah sakit Ayana dirawat, Leon segera menyambar jaket dan kunci mobilnya.Ia melangkah tergesa-gesa menuju pintu utama ketika Rara baru muncul dari dapur. Melihat wajah panik saudaranya, Rara sontak memanggilnya.“Kak Leon! Kak Leon! Kak Leon mau ke mana? Kok kayak dikejar-kejar setan gitu?”Leon membuang napas kasar dan berbalik badan. “Kakak buru-buru mau ke rumah sakit.”“Hah, kenapa?”“Ayana sedang dirawat di sana.”Rara membelalak terkejut. “Kak Ayana kenapa, Kak?”“Kakak juga nggak tahu. Udah, kamu jangan tanya lagi. Kakak mau berangkat sekarang,” kata Leon cepat. Ia sudah hendak melangkah pergi namun Rara kembali memanggilnya.“Eh, Kak Leon, tunggu sebentar!”Leon berdecak kesal. “Apalagi sih?”“Rara mau ikut jenguk kak Ayana. Tunggu bentar ya Kak, Rara mau ganti baju dulu. K
‘Pria ini benar-benar cari masalah! Dia pikir dia siapa?!’Leon mengepalkan tangannya kuat-kuat, rasanya ia ingin sekali memukul wajah pria menyebalkan yang berdiri di hadapannya. Kalau bukan karena keberadaan Hana dan Ayana, maka ia tidak akan segan-segan melakukannya.“Aku suaminya Ayana,” tekan Leon dengan suara kesal. “Dan jika ada yang harus kembali, itu adalah kamu. Aku bisa menjaga istriku sendiri tanpa bantuanmu.”Darel menarik salah satu sudut bibirnya, tanpa takut balas menatap Leon dengan tatapan tajam yang sama, seolah tengah menantang Leon.Ia tidak yakin Leon bisa menjaga Ayana dengan baik, mengingat bagaimana Hana memilih menghubunginya dibanding Leon. Tetapi melihat amarahnya sekarang, Darel bertanya-tanya bagaimana sebenarnya perasaan Leon pada Ayana.“Aku juga bisa menjaga Ayana di sini. Ayana sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri,” kata Darel.Leon mendecih dan menatap ti
“Mama?” Leon termangu menatap ibunya yang datang secara mendadak bersama Chelsi.Apakah mereka mendapat alamatnya dari Rara?Tetapi belum sempat ia bertanya, Rita sudah mendekat dengan wajah yang merah padam. Ia berhenti tepat di depan Ayana dan menunjuk wajahnya. “Kamu! Kamu sengaja 'kan pura-pura sakit untuk menarik simpati anakku? Iya 'kan?!” tuduh Rita dengan suara tajam. “Dasar wanita nggak tahu diri kamu!”Ayana sontak menggeleng panik. “Nggak Bu, Ayana beneran sakit. Ayana bahkan baru aja tau kalau Mas Leon ke sini pagi ini. Ayana nggak mungkin—”“Halah, nggak usah banyak alasan kamu!” sela Rita dengan suara sinis. Ia lalu beralih pada Leon yang masih mendekap Ayana. “Leon, ayo kita pulang sekarang. Kamu harus ke kantor 'kan? Kamu nggak perlu nemenin wanita miskin ini di sini!”Leon menghela napas berat. “Tapi Ma—”Rita menggeleng keras. &l
Ayana menatap bulan yang bersinar dibalik jendela ruangannya. Langit juga dipenuhi taburan bintang yang berkerlap-kerlip dengan indah, dan membuat bibirnya otomatis melengkung ke atas.Leon yang melihat hal itu tanpa sadar ikut tersenyum. Hari ini, ia telah memperhatikan kalau kebahagiaan Ayana itu sangat sederhana.Ayana akan tersenyum melihat bunga yang mekar dengan indah di halaman rumah sakit. Ayana akan tersenyum melihat anak-anak yang bermain di taman seberang rumah sakit. Dan sekarang, Ayana bisa tersenyum bahagia hanya dengan memandangi langit malam yang dipenuhi taburan bintang.Leon jadi bertanya-tanya apakah kesedihan Ayana juga berasal dari hal-hal yang sederhana? Ia tidak tahu apakah Ayana adalah wanita yang sensitif?Tetapi mengingat perjuangannya waktu itu, sepertinya Ayana adalah tipe wanita yang tegar dan kuat.‘Apa yang sebenarnya aku ketahui tentang Ayana?’ batin Leon, tiba-tiba merasa gamang.Ia baru sadar kal
‘Chelsi berselingkuh?’Leon membeku di tempat, untuk sejenak tidak bisa mempercayai pendengarannya sendiri.“Tidak mungkin.” Leon menggeleng-geleng dan menatap adiknya dengan tatapan tidak percaya.Hal terakhir yang ia dengar adalah Chelsi yang berselingkuh darinya. Itu mustahil! Bagaimana mungkin Chelsi yang begitu lembut dan perhatian padanya bisa melakukan itu?Rara pasti hanya bercanda.“Rara, kamu jangan asal bicara. Ini bukan hal yang bisa kamu jadikan bahan candaan,” ucap Leon, memberi adiknya tatapan peringatan. Ia tahu Rara terkadang bersikap bar-bar, tetapi bukan berarti dia bisa bicara seenaknya. “Kakak nggak suka kamu bicara kayak gitu.”“Ish! Astaga, Kak!” Rara berdecak frustrasi, hampir saja berteriak di depan saudaranya yang sudah buta hati itu. “Kakak pikir aku bohong? Kakak pikir ini candaan? Aku serius, Kak! Mana mungkin aku bohong.”Leon kembali
Hana dan Ayana terdiam untuk waktu yang lama, merasa syok dengan jumlah yang harus mereka bayar.Ayana sudah mengira kalau biayanya akan mahal, tetapi tidak menyangka akan sebanyak itu.‘Ya Allah, dari mana aku bisa dapat uang sebanyak itu saat ini juga? Lima belas juta bukan uang yang sedikit.’Ayana jadi kebingungan di tempat, sementara petugas administrasi terus menatap keduanya, menunggu respon.Hana yang melihat hal itu buru-buru buka suara, “Mm, maaf Mbak, tapi saya cuma punya uang 10 juta sekarang, jadi apa bisa dicicil, Mbak? Nanti setelah saya mendapatkan uangnya, saya pasti akan langsung bayar lunas,” ujar Hana cepat dengan pandangan mengiba. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana.Sayangnya, petugas administrasi menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Maaf ya Bu, tapi sesuai peraturan di rumah sakit ini, pasien harus melunasi biayanya terlebih dahulu. Kalau tidak, pasien yang bersangkutan tidak boleh pergi dari r
Leon bergegas turun menuju bagian administrasi untuk menanyakan informasi tentang Ayana. Ia yakin kalau Ayana telah kembali, tetapi ia hanya ingin memastikan segalanya.“Iya Pak, ada yang bisa dibantu?” kata petugas administrasi dengan ramah ketika Leon mendekat.“Saya mau tahu, apa pasien yang bernama Ayana Salsabilla sudah pulang hari ini, Mbak?” tanya Leon.Petugas itu mengangguk dan segera memeriksa komputernya. Leon menunggu dengan tidak sabar sambil memikirkan alasan kenapa Ayana tidak memberitahukan apa-apa padanya.Apakah ia tidak sepenting itu di mata Ayana?Padahal Leon telah menemaninya selama seharian penuh, jadi ia kira Ayana setidaknya peduli untuk menelepon Leon terkait kabarnya.Entah kenapa Leon merasa terluka dan kecewa dengan hal itu.Tetapi kemudian, kilasan mengenai Leon yang selama ini mengabaikan Ayana dan menyiksanya secara mental mendadak terngiang. Perasaan kecewa Leon dengan cepat berubah menjadi perasaan bersalah.Leon merasa begitu egois, sebab selama ini
“Ehh, anu, itu Ma ... I-ini Chelsi lagi teleponan sama teman Chelsi, Ma! Iya!” Chelsi bicara dengan terbata-bata dan tertawa hambar, berusaha menutupi kegugupannya.Jantungnya berdentum layaknya genderang, rasanya ia hampir mengalami serangan panik karena dipergoki secara tiba-tiba. Apalagi sekarang, tatapan Rita yang terarah padanya dipenuhi kecurigaan.Ekspresinya bahkan sama sekali belum berubah saat mendengar jawaban Chelsi. Malahan, Rita terlihat tidak percaya. “Teman siapa?” tanyanya lagi.Rita mendekat dan tidak melepas sedikit pun pandangannya dari Chelsi. Rasanya aneh mendengar Chelsi memanggil temannya dengan sebutan ‘Sayang’ dengan nada seperti orang jatuh cinta.Chelsi memaksakan dirinya untuk tersenyum manis. “Ah, Mama kayak nggak tahu aja. Ini teman sesama model aku, Ma,” jelas Chelsi dengan suara mendayu-dayu, seperti biasa berusaha merayu ibu mertuanya. “Namanya Clara, Ma. Dia teman dekatnya Angel juga.”Kecurigaan Rita sedikit memudar, dan kini digantikan oleh raut pe