Rasa PenasaranNyonya Paula dan nyonya Triani mengamati penampilan Ayra, sekali lagi, mungkin sudah beberapa kali dua orang itu mengamati Ayra dengan pandangan mendalam, namun tetap saja ada rasa penasaran yang muncul.Penampilan Ayra sungguh tidak seperti seorang menantu konglomerat, lebih mirip pembantu yang baru saja selesei membersihkan rumah. Acak acakan, noda masakan di sana sini, rambut tidak rapi, walaupun dia berusaha merapikan selulruh penampilannya, namun sepertinya tidak berhasil memberi kesan seperti seorang menantu."Hebat sih, tapi penampilannya buruk sekali, memalukan," gumam nyonya Paula."Mungkin presdir memilih dia karna kemampuannya, dia dokter, bisa merawat Loly dengan baik," bisik nyonya Triani."Iya, bisa jadi," ucap nyonya Paula."Tapi apa selera Ardian sama dengan ayahnya? Ardian pasti bisa mendapat wanita yang leebih dari dia," lanjut bisik nyonya Paula.Ayra terlihat menghela nafas panjang, penampilannya sama sekali bukan penampilan yang biasa dia perlihatka
MenggelitikNyonya Farida terdiam, wajahnya sedikit sendu manakala mengingat apa yang dilihatnya tadi."Ada apa tante?" tanya Arsen yang menangkap kesenduan di wajah tantenya."Mereka baru menikah, harusnya masih sangat hangat, tapi kondisi Ayra sungguh sangat memprihatinkan. Dia menikah dengan keluarga konglomerat, tapi diperlakukan dengan begitu seenaknya. Kamu tahu, dia mengerjakan semua pekerjaan rumah, memasak, melayani keluarga Herlambang Mahendra seperti seorang pembantu, bahkan dia mengurus Loly, putri dari keluarga itu yang berkebutuhan khusus," ucap nyonya Farida."Benarkah tante?" tanya Arsen tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Tante tidak mengenalinya sewaktu di rumah Sisca, tapi dia tampak tidak asing, tante berusaha mengingat dan ya dia adalah Ayra, sahabatmu, tante tidak salah," ucap nyonya Farida."Apa keadaannya begitu memprihatinkan?" tanya Arsen."Ya, sepertinya dia sengaja dinikahi untuk dijadikan pembantu, mungkin saja, ini hanya pemikiran tante,
Tidak Ada MinatAyra kaget, melihat Ardian sudah tergeletak di atas tempat tidurnya. Masih memakai pakaian lengkap, juga sepatu, tidak biasanya Ardian seperti ini, atau mungkin Ayralah yang belum mengetahui mengenai kebiasaan Ardian.Ayra mendekat, ternyata Ardian sudah memejamkan mata. Ayra memakai baju tidurnya, baju tidur berwarna coklat muda. Ayra bersiap untuk tidur. Ayra bingung, apa yang harus dia lakukan. Dia mendekat ke arah Ardian, dengan lembut, pelan dan hati-hati.Ayra menghela nafas panjang, mungkin ini yang bisa dia lakukan. Ayra mulai membantu membuka sepatu Ardian, juga kaos kakinya. Ayra juga membuka jaket Ardian, dia tidak akan nyaman tidur dengan keadaan seperti ini.Ayra melihat wajah Ardian, sangat bersih terawat, beberapa saat dia mengawasinya.Ayra berniat melepas kemeja Ardian, supaya lebih nyaman ketika tidur, namun ternyata yang dia lakukan justru membangunkan Ardian. Ardian mencengkram tangan Ayra, lalu menariknya. Ayra tidak bisa bergerak, tubuhnya mengh
Sebuah Fakta MengejutkanNyonya Farida tersenyum, dia sungguh sangat menyayangi Arsen.Bibi Arum terlihat mengantarkan air putih hangat untuk nyonya Farida.“Saya tidak melihat waktu den Arsen datang bu,” ucap bibi Arum, wanita setengah baya yang sudah bekerja di rumah nyonya Farida sejak nyonya Farida baru menikah."Dia datang malam sekali, mungkin kamu sudah tidur," ucap nyonya Farida."Semoga den Arsen lebih sering menginap di sini nyonya, rumah ini akan lebih ramai dan berwarna," ucap Bibi Arum."Ya, saya pun berharap begitu bi," ucap nyonya Farida seraya menghela nafas panjang.Di kediaman keluarga Herlambang Mahendra, seperti biasa Ayra sudah menyiapkan semuanya. Dia bangun pukul empat, rutinitas yang sama sejak dia berstatus sebagai istri dan menantu.Rumah sudah penuh dengan sinar matahari, lantai sudah bersih, disapu tiga mesin penyapu otomatis yang tidak pernah lelah mengelilingi rumah. Ayra sudah menyiapkan makan pagi yang cukup lengkap untuk semua anggota keluarga yang mem
Fakta ItuDi rumah sakit Keluarga Sehat, rumah sakit yang didirikan oleh Arsen. Arsen terlihat keluar dari ruang meeting, bersama beberapa dokter hebat. Dia ingat harus mengantarkan amplop coklat titipan tantenya, dia harus bergegas ke kantor pusat Abadi group, menyerahkan amplop itu dan segera kembali ke kantornya."Edo, saya akan ke kantor pusat Abadi group, kamu atur saja meeting selanjutnya, saya akan segera kembali, " ucap Arsen pada asisten pribadinya yang bernama Edo."Baik pak, saya akan segera menyiapkannya," ucap Edo, asisten pribadi Arsen yang sudah bekerja dengannya sejak masih kuliah di Amerika. Arsen bergegas menuju ke kantor Abadi group yang berjarak sekitar dua puluh lima menit perjalanan dengan kecepatan sedang, kecuali sedang macet, dia membutuhkan waktu lebih lama.***Di depan kantor pusat Abadi group, Ayra turun dari mobil taxi online. Dia terlihat mengulaskan senyum, sangat optimis Ardian akan menyukai apa yang sudah diusahakannya. Dia ingin menunjukkan perhatia
Penghargaan Ayra terlihat mengencangkan genggamannya pada kotak makan itu. Dia tidak bisa memaksakan kehendaknya, Ardian benar benar tidak ingin menerima makanan itu. Arsen yang melihat hal itu hanya bisa menggenggam tangannya kuat kuat, dia ingin sekali marah, mendatangi pria itu dan memukulnya sekencang mungkin. Arsen menarik nafas panjang, akan menjadi masalah jika dia ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain. Ardian adalah suami sah Ayra, sedangkan dia hanyalah seorang sahabat, hanya orang lain yang tidak memiliki hak apa apa. Ayra melangkahkan kakinya keluar dari gedung kantor pusat Abadi grup. Langkahnya begitu berat, namun dia harus kuat. Ayra berjalan menuju ke sebuah bangku kayu yang ada di depan kantor. Bangku kayu bercat coklat, di letakkan di taman kecil yang ada di depan kantor. Ayra duduk di bangku itu, dia meletakkan kotak makan dua susun tepat di sebelahnya. Ayra mengambil ponsel, dia harus segera memesan taxi online. Sepertinya pulang adalah solusi ter
KekecewaanMalam harinya di kediaman keluarga Herlambang Mahendra.Semua orang terlihat antusias di meja makan. Ayra tidak pernah gagal dalam membuat makanan.Dari wajah Ayra tersirat ekspresi kesedihan. Peristiwa tadi siang benar benar membekas di ingatannya.Setelah makan malam, semua orang kembali ke tempatnya masing masing, kecuali Ayra, dia harus membersihkan seluruh perlengkapan makan yang baru saja digunakan, juga mengurus sisa makanan yang masih banyak. Hatinya benar benar mengisyaratkan kesedihan, tidak ada semangat sedikitpun. Walaupun dia berusaha memahami, dia tetaplah wanita biasa yang bisa terluka.***Setelah semuanya selesai Ayra segera naik ke kamarnya. Di dalam kamar sudah ada Ardian yang duduk di kursi, terlihat membaca buku dengan serius. Ayra tidak menyapa Ardian, dia hanya diam, masuk ke dalam kamar mandi, berganti pakaian tidur, lalu bersiap untuk tidur.Ardian melirik Ayra, dia tahu, mungkin dia sudah menyematkan luka hati pada istri barunya itu.“Apa kamu mar
Memahami SituasiSejak peristiwa itu, penolakan terhadap perhatian penting. Ayra tidak lagi memaksakan kehendaknya, dia berusaha menerima setiap keadaan, berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua ini akan berlalu, akan ada cinta di hati Ardian untuknya, entah kapan, dia hanya bisa berharap.Hatinya merasa tidak adil, namun bagaimana lagi, dia sudah menikah dengan Ardian dan saat ini Ardian adalah suami sahnya.Sebelum menikah dia meyakini bahwa Ardian menginginkannya, namun setelah menikah dia memahami satu hal, bahwa rasa tertarik saja tidak cukup.Usia pernikahannya hampir menginjak satu tahun, Ardian masih belum menyentuhnya sedikitpun. Ayra mulai terbiasa dan berdamai dengan setiap keinginan akan kasih dan sayang dari suaminya. Dia berusaha menepis has-rat untuk disentuh, dia tidak tahu bagaimana rasanya disentuh oleh laki-laki, jadi dia tidak pernah merindukan hal itu.Ayra terlihat merias wajahnya, menorehkan bedak juga lipstik. Dari jauh terlihat Ardian memperhatikan, ada rasa pe