Memahami SituasiSejak peristiwa itu, penolakan terhadap perhatian penting. Ayra tidak lagi memaksakan kehendaknya, dia berusaha menerima setiap keadaan, berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua ini akan berlalu, akan ada cinta di hati Ardian untuknya, entah kapan, dia hanya bisa berharap.Hatinya merasa tidak adil, namun bagaimana lagi, dia sudah menikah dengan Ardian dan saat ini Ardian adalah suami sahnya.Sebelum menikah dia meyakini bahwa Ardian menginginkannya, namun setelah menikah dia memahami satu hal, bahwa rasa tertarik saja tidak cukup.Usia pernikahannya hampir menginjak satu tahun, Ardian masih belum menyentuhnya sedikitpun. Ayra mulai terbiasa dan berdamai dengan setiap keinginan akan kasih dan sayang dari suaminya. Dia berusaha menepis has-rat untuk disentuh, dia tidak tahu bagaimana rasanya disentuh oleh laki-laki, jadi dia tidak pernah merindukan hal itu.Ayra terlihat merias wajahnya, menorehkan bedak juga lipstik. Dari jauh terlihat Ardian memperhatikan, ada rasa pe
MenyadarinyaDi seberang sana teman temannya hanya bisa menerima semua keputusan Ayra, walaupun mereka tahu, Ayra begitu menyukai Hoka Band, bahkan sebagai penggemar, Ayra tidak pernah absen menyaksikan konser Hoka Band selama jarak masih bisa ditempuhnya, apalagi mereka hanya mengadakan konser dua kali dalam setahun, satu kali konser besar dan satu kali konser kecil atau mini konser yang biasanya diadakan di hotel bintang lima.Ayra hanya bisa berusaha keras menahan diri, menahan keinginan kuatnya. Dia harus belajar menerima bahwa setelah menikah dia tidak akan lagi bisa mempertahankan apa yang menjadi kesukaannya. Melihat konser musik, menyaksikan film terbaru, berjalan jalan, sepertinya itu tidak lagi bisa dia lakukan, padahal dia masih memiliki sedikit waktu ditengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, ibu yang belum memiliki anak, walaupun begitu, banyak yang harus diurusnya.***Ayra masuk ke dalam kamar, di dalam kamar terlihat Ardian sibuk bermain dengan ponselnya. Dia beg
KEBETULAN YANG ANEH"Nyonya," teriak dua satpam yang mendengar ada kegaduhan di dalam rumah. Satpam Mahi melihat nyonya mudanya duduk di lantai dengan kaki berlumuran darah."Nyonya,” teriak satpam Mahmud yang kemudian segera menolong Ayra. Luka di kaki Ayra cukup dalam, dan terus mengeluarkan darah.“Nyonya harus ke rumah sakit," ucap satpam Mahmud.“Da-darah," ucap Loly gugup, juga panic karena melihat ada darah berceceran di lantai dan Ayra mengerang kesakitan. "Pak Mahmud to-tolong temani Loly dan pak Mahi tolong antar saya ke rumah sakit,” baik nyonya ucap kedua satpamku yang kemudian dengan cekatan membantu Ayra.“To-tolong pak Mahi ambilkan tas kecil berwarna coklat muda yang ada di atas meja kamar saya," pinta Ayra."Ba-baik nyonya," ucap pak Mahi yang segera berlari ke kamar Ayra. Beberapa detik setelahnya pak Mahi keluar dari kamar Ayra dengan membawa tas yang Ayra minta."Ini nyonya," ucap pak Mahi.Ayra segera melepas apron yang masih menempel di bajunya, lalu memesan t
KEANEHAN"Apa suamimu juga datang?" tanya Arsen."Iya, mungkin sebentar lagi, kebetulan rumah sakit ini milik keluarga suamiku," ucap Isabela."Baiklah, aku akan menemanimu sampai suamimu datang," ucap Arsen."Arsen, tidak perlu, kamu pasti sibuk. Terimakasih sudah menyapaku," ucap Isabela yang sepertinya menolak dengan halus.“oh, baiklah,” ucap Arsen."Kring, kring, kring," ponsel Arsen berbunyi, panggilan itu dari tantenya, nyonya Farida.Arsen memberi isyarat bahwa dia akan menerima panggilan telepon, Isabela mengangguk."Halo tante," sapa Arsen setelah mengangkat panggilan itu."Arsen, apa kamu bisa ke rumah tante? kepala tante seperti mau pecah, rasanya sakit sekali," ucap tante Farida seraya merintih kesakitan."Tante sakit? Baiklah tante sebentar lagi Arsen ke sana.” Arsen menutup panggilan telephonenya, lalu berbalik hendak kembali ke tempat Isabela untuk berpamitan. Arsen menghentikan langkahnya, dia melihat dua orang yang tidak asing, sekian detik Arsen memperhatikan mere
Sedikit Rasa CemburuIsabela mengatakan bahwa rumah sakit ini milik keluarga suaminya.“Ya, presdir Herlambang Mahendra. Apa dia memiliki dua orang putra yang sudah menikah?” Tanya Arsen. Belum sempat Ayra menjawab pertanyaan itu, dia mendengar ada seseorang memanggil namanya."Ayra," teriak seseorang. Mendengar namanya dipanggil, Ayra segera menoleh."Mas Ardian," ucap Ayra lirih.Ternyata Ardian yang memanggil Ayra, dia mengenali Ayra. Ardian berjalan ke arah Ayra, melepaskan gandengan tangan Arsen."Mas Ardian, apa kamu menjemputku?" tanya Ayra. "I-iya, pak Mahi menghubungiku, dia memberitahuku kamu terluka dan ke rumah sakit ini," ucap Ardian.Ardian mengingat peristiwa beberapa menit yang lalu ketika dia sedang memeluk Isabela. Ponselnya berbunyi, Ardian mengangkat ponselnya."Aku angkat telepon dulu," ucap Ardian."Iya," ucap Isabela lirih.Telephone itu dari satpam Mahi."Halo," ucap Ardian setelah mengangkat panggilan teleponnya."Halo Ardian, saya ingin memberitahukan bahwa
Sang PemilikAyra menatap ke arah Ardian, baru kali ini dia mendengar Ardian mengkhawatirkannya. Apa mungkin benih cinta sudah mulai tumbuh di hati Ardian? Itu yang sedang Ayra pikirkan.Ayra merasakan Ardian memiliki perhatian yang luar biasa. Seperti begitu menyayangi dan mencintai Ayra, hal hal seperti ini membuat Ayra luluh, memiliki harapan tinggi suatu saat Ardian akan mencintainya dengan utuh, menjadi istri yang sebenarnya, lahir dan batin.Ayra sampai di kediaman keluarga Herlambang. "Aku tidak bisa menemanimu, aku harus kembali ke kantor," ucap Ardian."Ti-tidak apa apa, Terimakasih sudah mengantarku pulang," ucap Ayra yang kemudian dia keluar dari mobil Ardian yang berhenti di depan gerbang rumah. Ayra melambaikan tangan ke arah Ardian, hingga mobilnya menghilang."Nyonya, bagaimana keadaan nyonya?" tanya satpam Mahmud."Sudah diobati, tidak apa apa, terimakasih sudah khawatir," ucap Ayra."Di mana Loly? Apa dia baik baik saja?" tanya Ayra."Di dalam rumah nyonya, non Loly
Rasa PenasaranTante Farida memandang ke arah Arsen dengan pandangan tajam, menelisik, berusaha menebak apa yang sebenarnya Arsen pikirkan."Apa ini berhubungan dengan Ayra?" tanya Tante Farida."Sebenarnya Arsen tidak bisa berbohong tante, Arsen minta tolong, tolong tanyakan kepada sahabat tante, apa mereka berdua menikah karena cinta?" ucap Arsen meminta tolong pada tantenya.Tante Farida menatap Arsen dalam-dalam, lalu dia menggenggam tangan Arsen."Arsen, tante sudah bilang, jangan mencampuri urusan mereka lagi. Ayra sudah menikah, sudah menjadi istri orang, kamu tidak memiliki hak untuk mendekatinya lagi," ucap tante Farida."Tante, Arsen hanya ingin tahu dan memastikan sesuatu hal, apakah Ayra bahagia dengan suaminya, itu saja," ucap Arsen dengan begitu serius. "Arsen mohon tante, tolong Arsen kali ini saja," lanjut Arsen.Tante Farida melihat keseriusan di mata Arsen, dia benar benar meminta semua ini dengan tulus, bahkan tante Farida belum pernah melihat Arsen seserius ini."
ArsenSetelah selesai, Ayra terlihat berjalan menuju ke arah pintu keluar kamar Loly. Dia berjalan tertatih tatih. Kakinya masih terasa begitu nyeri.Tiba tiba ada nyonya Sisca, datang dengan gugup ke dalam kamar Loly. Nyonya Sisca dengan wajah merah, menunjukkan bahwa dia begitu emosi, terlihat berdiri di hadapan Ayra. Tanpa aba aba, tiba tiba nyonya Sisca segera melemparkan tangannya tepat mendarat di pipi Ayra.Ayra terdiam, dia belum mengerti dengan apa yang terjadi, yang dia rasakan adalah pipinya begitu sakit dan nyeri akibat tamparan dari nyonya Sisca.“Apa yang kamu lakukan di rumah, kenapa kamu membuat Lolyku terluka, apa kamu tidak punya o-tak, apa kamu tidak bisa apa apa, dasar tidak bisa diandalkan,” teriak nyonya Sisca. Dari belakangnya terlihat Rose dan juga Ardian berusaha menenangkan nyonya Sisca.Ayra hanya bisa memegangi pipinya, air matanya pun mulai tumpah.“Apa kamu tidak becus menjaga Loly? Kenapa kamu membahayakan Lolyku yang berharga!” teriak nyonya Sisca.“Tid