KEBETULAN YANG ANEH"Nyonya," teriak dua satpam yang mendengar ada kegaduhan di dalam rumah. Satpam Mahi melihat nyonya mudanya duduk di lantai dengan kaki berlumuran darah."Nyonya,” teriak satpam Mahmud yang kemudian segera menolong Ayra. Luka di kaki Ayra cukup dalam, dan terus mengeluarkan darah.“Nyonya harus ke rumah sakit," ucap satpam Mahmud.“Da-darah," ucap Loly gugup, juga panic karena melihat ada darah berceceran di lantai dan Ayra mengerang kesakitan. "Pak Mahmud to-tolong temani Loly dan pak Mahi tolong antar saya ke rumah sakit,” baik nyonya ucap kedua satpamku yang kemudian dengan cekatan membantu Ayra.“To-tolong pak Mahi ambilkan tas kecil berwarna coklat muda yang ada di atas meja kamar saya," pinta Ayra."Ba-baik nyonya," ucap pak Mahi yang segera berlari ke kamar Ayra. Beberapa detik setelahnya pak Mahi keluar dari kamar Ayra dengan membawa tas yang Ayra minta."Ini nyonya," ucap pak Mahi.Ayra segera melepas apron yang masih menempel di bajunya, lalu memesan t
KEANEHAN"Apa suamimu juga datang?" tanya Arsen."Iya, mungkin sebentar lagi, kebetulan rumah sakit ini milik keluarga suamiku," ucap Isabela."Baiklah, aku akan menemanimu sampai suamimu datang," ucap Arsen."Arsen, tidak perlu, kamu pasti sibuk. Terimakasih sudah menyapaku," ucap Isabela yang sepertinya menolak dengan halus.“oh, baiklah,” ucap Arsen."Kring, kring, kring," ponsel Arsen berbunyi, panggilan itu dari tantenya, nyonya Farida.Arsen memberi isyarat bahwa dia akan menerima panggilan telepon, Isabela mengangguk."Halo tante," sapa Arsen setelah mengangkat panggilan itu."Arsen, apa kamu bisa ke rumah tante? kepala tante seperti mau pecah, rasanya sakit sekali," ucap tante Farida seraya merintih kesakitan."Tante sakit? Baiklah tante sebentar lagi Arsen ke sana.” Arsen menutup panggilan telephonenya, lalu berbalik hendak kembali ke tempat Isabela untuk berpamitan. Arsen menghentikan langkahnya, dia melihat dua orang yang tidak asing, sekian detik Arsen memperhatikan mere
Sedikit Rasa CemburuIsabela mengatakan bahwa rumah sakit ini milik keluarga suaminya.“Ya, presdir Herlambang Mahendra. Apa dia memiliki dua orang putra yang sudah menikah?” Tanya Arsen. Belum sempat Ayra menjawab pertanyaan itu, dia mendengar ada seseorang memanggil namanya."Ayra," teriak seseorang. Mendengar namanya dipanggil, Ayra segera menoleh."Mas Ardian," ucap Ayra lirih.Ternyata Ardian yang memanggil Ayra, dia mengenali Ayra. Ardian berjalan ke arah Ayra, melepaskan gandengan tangan Arsen."Mas Ardian, apa kamu menjemputku?" tanya Ayra. "I-iya, pak Mahi menghubungiku, dia memberitahuku kamu terluka dan ke rumah sakit ini," ucap Ardian.Ardian mengingat peristiwa beberapa menit yang lalu ketika dia sedang memeluk Isabela. Ponselnya berbunyi, Ardian mengangkat ponselnya."Aku angkat telepon dulu," ucap Ardian."Iya," ucap Isabela lirih.Telephone itu dari satpam Mahi."Halo," ucap Ardian setelah mengangkat panggilan teleponnya."Halo Ardian, saya ingin memberitahukan bahwa
Sang PemilikAyra menatap ke arah Ardian, baru kali ini dia mendengar Ardian mengkhawatirkannya. Apa mungkin benih cinta sudah mulai tumbuh di hati Ardian? Itu yang sedang Ayra pikirkan.Ayra merasakan Ardian memiliki perhatian yang luar biasa. Seperti begitu menyayangi dan mencintai Ayra, hal hal seperti ini membuat Ayra luluh, memiliki harapan tinggi suatu saat Ardian akan mencintainya dengan utuh, menjadi istri yang sebenarnya, lahir dan batin.Ayra sampai di kediaman keluarga Herlambang. "Aku tidak bisa menemanimu, aku harus kembali ke kantor," ucap Ardian."Ti-tidak apa apa, Terimakasih sudah mengantarku pulang," ucap Ayra yang kemudian dia keluar dari mobil Ardian yang berhenti di depan gerbang rumah. Ayra melambaikan tangan ke arah Ardian, hingga mobilnya menghilang."Nyonya, bagaimana keadaan nyonya?" tanya satpam Mahmud."Sudah diobati, tidak apa apa, terimakasih sudah khawatir," ucap Ayra."Di mana Loly? Apa dia baik baik saja?" tanya Ayra."Di dalam rumah nyonya, non Loly
Rasa PenasaranTante Farida memandang ke arah Arsen dengan pandangan tajam, menelisik, berusaha menebak apa yang sebenarnya Arsen pikirkan."Apa ini berhubungan dengan Ayra?" tanya Tante Farida."Sebenarnya Arsen tidak bisa berbohong tante, Arsen minta tolong, tolong tanyakan kepada sahabat tante, apa mereka berdua menikah karena cinta?" ucap Arsen meminta tolong pada tantenya.Tante Farida menatap Arsen dalam-dalam, lalu dia menggenggam tangan Arsen."Arsen, tante sudah bilang, jangan mencampuri urusan mereka lagi. Ayra sudah menikah, sudah menjadi istri orang, kamu tidak memiliki hak untuk mendekatinya lagi," ucap tante Farida."Tante, Arsen hanya ingin tahu dan memastikan sesuatu hal, apakah Ayra bahagia dengan suaminya, itu saja," ucap Arsen dengan begitu serius. "Arsen mohon tante, tolong Arsen kali ini saja," lanjut Arsen.Tante Farida melihat keseriusan di mata Arsen, dia benar benar meminta semua ini dengan tulus, bahkan tante Farida belum pernah melihat Arsen seserius ini."
ArsenSetelah selesai, Ayra terlihat berjalan menuju ke arah pintu keluar kamar Loly. Dia berjalan tertatih tatih. Kakinya masih terasa begitu nyeri.Tiba tiba ada nyonya Sisca, datang dengan gugup ke dalam kamar Loly. Nyonya Sisca dengan wajah merah, menunjukkan bahwa dia begitu emosi, terlihat berdiri di hadapan Ayra. Tanpa aba aba, tiba tiba nyonya Sisca segera melemparkan tangannya tepat mendarat di pipi Ayra.Ayra terdiam, dia belum mengerti dengan apa yang terjadi, yang dia rasakan adalah pipinya begitu sakit dan nyeri akibat tamparan dari nyonya Sisca.“Apa yang kamu lakukan di rumah, kenapa kamu membuat Lolyku terluka, apa kamu tidak punya o-tak, apa kamu tidak bisa apa apa, dasar tidak bisa diandalkan,” teriak nyonya Sisca. Dari belakangnya terlihat Rose dan juga Ardian berusaha menenangkan nyonya Sisca.Ayra hanya bisa memegangi pipinya, air matanya pun mulai tumpah.“Apa kamu tidak becus menjaga Loly? Kenapa kamu membahayakan Lolyku yang berharga!” teriak nyonya Sisca.“Tid
Rasa SesakAyra berjalan ke ruang tengah, dengan pelan, dia mulai merasakan kakinya yang nyeri terasa semakin nyeri. Dia duduk di kursi, menghela nafas panjang beberapa kali. Dia melihat ke arah sekeliling, masih terlihat berantakan, bekas menonton televisi, beberapa bantal kursi terlihat beraturan, di atas meja masih ada bekas cangkir, juga lantainya tidak terlihat bersih. Di dekat meja kecil itu masih ada keramik yang tadi pecah dan mengenai kaki Ayra, semua belum dibersihkan, walaupun mesin penyapu otomatis bekerja dengan maksimal, lantainya tetap harus di pel, pekerjaan yang lebih rumit tetap harus dikerjakan oleh manusia dengan kedua tangannya.Ayra berusaha menguatkan hati dan tubuhnya, dia berusaha melawan rasa nyeri yang dirasakannya:"Aku harus kuat," ucap Ayra.Ayra kembali berjalan, menuju ke belakang, dia menyiapkan alat pel untuk menjalankan pekerjaan selanjutnya.Ayra memakai sepatu anti air berwarna kuning, juga sarung tangan dengan warna senada, dia sudah mirip sepert
Ibu MertuaNyonya Sisca dan nyonya Farida menikmati makanannya. Nyonya Sisca benar benar memesan makanan terbaik dari kafe langgananya."Sisca, bagaimana kabar keluargamu?" tanya nyonya Farida."Mereka semua baik," ucap nyonya Sisca."Bagaimana kabar Ardian?" tanya nyonya Farida."Baik juga, dia benar benar bekerja keras karena tahun ini ayahnya menjanjikan posisi presdir, tepat setelah satu tahun pernikahannya," ucap nyonya Sisca."Karena itu juga dia menikah, bahkan dengan wanita pilihan ayahnya," lanjut nyonya Sisca seraya menyantap makanannya."Apa Ardian menikah karena terpaksa?" tanya nyonya Farida, dia mulai memberikan pertanyaan yang menelisik lebih dalam."Entahlah, pernikahan itu adalah ide presdir, tapi untung saja dia tidak salah memilih orang. Ayra benar benar pandai dalam segala hal, tapi tetap saja beda level membuat aku sering kesal padanya," ucap nyonya Sisca."Benarkah?," ucap nyonya Farida."Iya, dia merawat Loly dengan baik, ya walaupun kadang aku kesal dengan bebe