Home / CEO / Istri Sengsara Sang Billionaire / BAB 1 Peristiwa Kelam

Share

Istri Sengsara Sang Billionaire
Istri Sengsara Sang Billionaire
Author: Nietha_setiaji

BAB 1 Peristiwa Kelam

Peristiwa Kelam

Mobil sedan mewah berwarna hitam masuk ke dalam kawasan hutan. Berhenti di tengah tengah jalan sepi, lalu beberapa detik setelah itu, keluarlah dua orang, laki laki dan perempuan. Mereka terlihat buru buru, bergegas membuka bagasi belakang mobil.

Mereka mengeluarkan sesuatu dari bagasi, oh, bukan sesuatu, melainkan seseorang. Seseorang yang sepertinya tidak sadarkan diri.

Dua orang itu meletakkan seseorang di tengah jalan hutan yang sepi, sendirian. Apa mungkin membiarkannya untuk ma-ti dilin-das mobil besar yang mungkin saja melintas? Entahlah, mereka terlihat bergegas pergi.

Seseorang itu adalah seorang wanita, wanita berusia tiga puluhan, dengan rambut panjang terurai, sangat kurus, nyaris hanya tulang berbalut kulit.

Gerimis mulai turun, membasahi tubuh wanita yang memakai setelan berwarna putih, tanpa alas kaki. Dia masih meringkuk, apa mungkin dia sudah ma-ti?

Tidak butuh waktu lama, ada mobil yang hendak melintas, nyaris melindas tubuh wanita itu, namun rem segera diinjak.

Seorang pengemudi laki laki turun dari mobil sedan mewah berwarna putih. Dia segera berlari ke arah wanita itu, bergegas mengangkat tubuhnya dan memasukkannya ke dalam mobil.

Wanita itu adalah Ayra, istri sang miliarder kaya, pewaris grup ternama yang bergerak di bidang bisnis kesehatan. Pemilik rumah sakit megah, juga pabrik farmasi yang merajai pasar obat di Jakarta.

***

Dua jam sebelum Ayra mengalami malam naas itu.

Dia terlibat perkelahian dengan seorang laki-laki yang tidak lain adalah suaminya, yaitu Ardian Herlambang, pewaris Abadi Group.

Ayra marah dan tidak mampu menahan emosi, ketika mendapati suami yang begitu dia cintai dan hormati telah berselingkuh dengan wanita lain. Sudah banyak yang telah dia korbankan, banyak sekali, namun selama lima tahun pengorbanan dan pengabdiannya sebagai istri, seolah hanya sia sia saja. Suami yang dia harapkan akan menjadi pemimpin bagi hidupnya hanya bisa memberikan duka dan kenestapaan.

Mereka terlibat dalam pertengkaran hebat, Ardian dengan penuh amarah memaki Ayra, istri sahnya, dengan begitu kasar. Itu pertama kalinya Ardian melakukannya atau lebih tepatnya dia berhenti berpura pura menjadi suami yang baik. Topeng kebusukannya telah terbuka, itu sangat menyakitkan.

Mereka bertengkar di sebuah apartemen mewah, setelah Ayra memergoki suaminya bersama wanita lain, wanita yang bahkan sudah dikenalnya.

Apartemen itu adalah milik suaminya, dibeli atas nama suaminya, namun diberikan kepada seorang wanita sebagai hadiah hari jadi mereka yang kelima tahun, setahun lalu.

Bukankah Ayra dan Ardian baru menikah selama lima tahun di tahun ini? Apakah perselingkuhan itu sudah terjadi sebelum pernikahannya? Sungguh pikiran Ayra dipenuhi dengan hal hal yang baginya tidak masuk akal.

"Mas Ardian, kenapa kamu mengkhianatiku, aku sudah memberikan semuanya selama lima tahun pernikahan kita," ucap Ayra seraya menangis.

"Itu karena kamu tidak bisa memberikan keturunan untukku," ucap Ardian dengan raut wajah yang begitu marah.

"Apa itu hanya kesalahanku? Kamu tidak pernah berusaha lebih keras, kamu tidak pernah mau mengunjungi dokter bersamaku," ucap Ayra.

“Apa wanita yang harus selalu disalahkan? Lalu apa perse-lingkuhan ini benar untukmu?” lanjutnya. Suaranya terdengar begitu lirih, diterpa angin malam yang masuk dari jendela.

"Sudahlah, ini adalah akhir dari hubungan kita, aku sudah tidak tertarik padamu," ucap Ardian dengan begitu kasar.

"Kamu mencampakkan aku begitu saja mas?" tanya Ayra dengan lelehan air mata yang tak juga berhenti.

“Pergilah, pergi dari sini,” teriak Ardian.

“Tidak, jika harus pergi, kamu harus ikut denganku! Tinggalkan wanita itu,” teriak Ayra seraya melihat ke arah sosok wanita cantik yang hanya memakai pakain tidur transparan berwarna hitam, duduk di kursi sofa dengan begitu santainya.

Dengan sigap Ayra menarik tangan Ardian, hendak mengajaknya pergi. Semua ini sungguh tidak adil untuknya, dia adalah istri yang menemani suaminya mengarungi lima tahun waktu, harus dibuang begitu saja dengan alasan tidak bisa memberikan keturunan, sungguh sangat menyakitkan.

"Tidak mas Ardian, kamu tidak bisa melakukan ini padaku, ini semua tidak adil. Apa kamu lupa dengan semua pengorbananku? Aku bahkan mengorbankan karir demi menjadi istri dan menantu yang baik, apa kamu tidak ingat!" teriak Ayra yang terus berusaha mengajak Ardian pergi dari tempat itu.

"Lepaskan aku Ayra, aku sudah tidak menginginkanmu lagi. Kamu harus menerima semua ini," ucap Ardian yang terus berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Ayra.

"Mulai malam ini, kita bukan suami istri lagi!" Lanjut Ardian dengan suara tinggi.

"Tidak mas Ardian, kamu tidak bisa melakukan ini, kamu harus pergi bersamaku. Tolong, tinggalkan wanita itu, tinggalkan," teriak Ayra yang masih berusaha keras membujuk suaminya.

Beberapa saat mereka terlibat dalam tarik menarik yang cukup sengit.

Dengan segala kekuatan yang dimilikinya, Ardian mendorong tubuh Ayra, hingga jatuh dan tanpa disangka kepala Ayra membentur pinggiran tembok. Ada darah, mengalir dari kepalanya.

"Ardian!!" teriak Isabela yang merupakan orang ketiga perusak rumah tangga Ayra dan Ardian.

Ardian mulai menyadari perbuatannya. Ada rasa takut yang muncul, apa malam ini dia telah membu-nuh istrinya? Istri sahnya yang sudah menemaninya selama ini.

“Apa dia ma-ti? Dia ma-ti?” ucap Ardian gugup.

Denting suara jam berbunyi, tepat jam dua belas malam, seolah menambah suasana menjadi semakin dramatis.

“Kita singkirkan dia, dia masih bernafas, namun tipis, dia tidak akan tertolong,” ucap Isabela mengambil kesimpulan seadanya.

“Apa? Menyingkirkannya?” Tanya Ardian gugup.

“Ya, kita harus membuangnya. Apa kamu mau karirmu hancur karena hal ini?” Tanya Isabela dengan mata tajam, mengintimidasi dan membuat Ardian tidak dapat berkutik.

“Baiklah, ayo kita bawa dia,” ucap Ardian.

Ardian mulai ketakutan. Dia dan Isabela bergegas membereskan semua itu. Mereka mengangkat tubuh Ayra, membersihkan darah yang tercecer, membuat rencana untuk menyelamatkan masa depan mereka.

Ardian dan Isabela segera memasukkan tubuh Ayra ke dalam bagasi mobil.

Malam itu lingkungan apartemen terlihat sepi dan bahkan satpam yang berjaga dengan kebetulan yang aneh tidak ada di tempatnya.

***

Setelah Ayra sadar, dia mendapati tubuhnya sudah berganti pakaian dengan pakaian hangat, tertutup selimut tebal, di sebuah kamar yang nyaman. Ayra yang masih begitu lemah hanya bisa menghela nafas lega.

Kepalanya terasa sakit, ada perban menempel di sana, mungkin itu adalah luka yang dihasilkan dari pertengkaran sengit tadi malam.

Samar samar dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi, dia adalah Arsen, teman Ayra sewaktu masih duduk di bangku kuliah, yang selalu menjadi sahabat setianya hingga saat ini.

Ternyata yang menolongnya adalah Arsen, dokter ternama yang memiliki rumah sakit mewah di kota Jakarta.

Arsen adalah sahabat baik yang tidak berhenti mencintainya, walaupun tidak pernah sedikitpun memiliki ambisi untuk memiliki dirinya. Sungguh cinta yang rumit, hanya bergelut dengan perasaannya sendiri.

Sejak hari itu, Ayra berniat untuk membalas dendam atas semua ketidak adilan yang menimpanya. Dia akan membuktikan kepada semua orang yang pernah meremehkannya, bahwa dia bukan wanita yang lemah, dia bukan benalu yang hanya hidup dari bayang bayang suaminya, dia bukan hanya sekedar pengurus rumah tangga yang pantas untuk direndahkan.

Sejak malam itu, tekat bulat Ayra terbentuk dengan sempurna. Dendam membara terukir jelas di hati dan pikirannya. Dia hanya ingin membalas dendam kepada mantan suaminya yang telah menghianatinya secara tidak hormat dan bukan hanya itu, yang juga nyaris menghilangkan nyawanya tanpa belas kasihan sedikitpun.

Suami dan selingkuhannya, berkomplot untuk melenyapkannya, entah itu sengaja atau tidak sengaja, namun dalam nafas tipis yang masih dimiliki Ayra, mereka memilih untuk membuangnya dari pada menolongnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status