Mengurus Adik Ipar Berkebutuhan Khusus
Presdir Herlambang terlihat menarik nafas panjang."Ardian, kamu tau pasti, Loly mengidap down syndrome, ayah hanya berpesan kepadamu, jika kita tidak bisa mendapat perawat yang tepat, kamu harus mencari istri yang tepat, yang bisa merawat Loly dengan baik," ucap presdir Herlambang yang merupakan ayah dari Ardian Herlambang."Apa itu harus ayah, kita bisa mencari perawat terbaik untuk Loly, yang bisa merawatnya, membantunya dalam segala hal, bermain dengannya, kita bisa mencari orang itu, apalagi dengan gaji besar," ucap Ardian."Kamu tidak ingat Ardian, perawat yang terakhir lalai ketika menemani Loly. Peristiwa itu membuat Loly jatuh dari tangga, apa kamu mau kejadian seperti itu terulang lagi. Orang lain tidak akan memiliki tanggung jawab tinggi seperti halnya keluarga sendiri," ucap Sisca Mahendra yang merupakan ibu dari Ardian dan Rose. Nyonya besar di keluarga Herlambang Mahendra, yonya besar yang bergelimang harta dari Abadi Group, dalam keadaan tidur pun kekayaan mereka seolah semakin bertambah. Tujuh turunan sepertinya tidak akan habis."Kenapa bukan ibu saja yang merawat Loly, ibu adalah ibu kandungnya," ucap Rose sedikit ketus."Rose, kamu tahu bukan, ibu sangat sibuk, banyak pertemuan yang harus ibu datangi. Rapat mingguan, arisan dengan beberapa perkumpulan sosialita dan masih banyak lagi, ibu kehabisan waktu," ucap nyonya Sisca seraya mengibaskan kipas bambu yang memiliki ukiran cantik juga taburan emas."Kenapa tidak kamu saja?" ucap nyonya Sisca yang melempar pertanyaan yang sama kepada Rose yang merupakan putri kandungnya."Rose? Ibu tidak salah, Rose masih kuliah, Rose sibuk sekali, belum lagi harus pergi dengan teman teman, Rose bisa gila jika harus merawat Loly," ucap Rose dengan nada bicara yang manja namun sedikit ketus."Kakak saja, itu sudah keputusan yang tepat ayah, kakak harus mencari istri yang tepat! Kalau bisa dokter, di rumah sakit kita banyak dokter dokter muda, pasti adalah yang cantik," lanjut Rose yakin."Kenapa harus aku?" Ardian terlihat pasrah namun juga ada sedikit rasa kurang nyaman dengan keputusan ayahnya."Ardian, ayah sudah memikirkan hal ini, mencari menantu yang tepat adalah cara terbaik. Carilah gadis yang sesuai kriteria itu, supaya dia bisa merawatmu juga Loly," ucap presdir Herlambang."Ayah akan menyerahkan jabatan sebagai presdir, asal kamu menikah dengan gadis yang tepat sesuai yang kami semua inginkan," lanjut presdir Herlambang. Mendengar itu, mata Ardian terlihat bulat penuh menatap ayahnya yang selama ini diketahui sama sekali tidak berminat untuk lengser dari jabatannya.Ardian berpikir, jika dia menjadi presdir akan banyak sekali keuntungan yang didapat. Dia bisa melakukan apa saja sesuai dengan cara dia bekerja dan mendapatkan apa saja yang dia inginkan, karena sebagai presdir dia bebas mengakses keuangan kantor tanpa harus melapor terlebih dahulu. Ini adalah kesempatan yang seharusnya tidak dia sia siakan. "Ayah serius? Apa aku tidak salah dengar?" tanya Ardian."Tentu saja, itu sepadan, lagipula ayah sudah seharusnya pensiun, ayah sudah tua, saatnya menikmati masa tua, melakukan hal hal yang menyenangkan, bersama teman teman, menikmati sisa usia dengan cara yang menyenangkan," ucap presdir Herlambang."Baiklah ayah, aku setuju," ucap Ardian yakin.Sejak saat itu, mereka semua sibuk mencari calon istri yang tepat untuk Ardian, untuk menjadi istrinya, namun juga ada tugas lain yang terselubung, yaitu mengurus Loly yang merupakan anak ketiga dari presdir Herlambang yang berkebutuhan khusus.Loly Mahendra, berusia Lima belas tahun, mengidap Mengidap down syndrome dan lebih banyak melakukan aktifitas di rumah. Down syndrome kondisi yang menyebabkan anak dilahirkan dengan kromosom yang berlebihan atau kromosom ke 21 dan dapat menyebabkan seorang anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik dan mental, bahkan kecerdasan.Loly membutuhkan perawatan khusus, karena seseorang yang lahir dengan kondisi ini biasanya tidak bisa melakukan kegiatan kesehariannya seorang diri."Ayah akan mulai mencari seseorang yang tepat untuk menjadi menantu di rumah ini," ucap presdir Herlambang dengan yakin.***Di tempat kos Ayra, tempat kos sederhana, dia terlihat memikirkan apa yang pak Herman ucapkan. Benarkah semua ini terjadi? tiba tiba dia akan dijadikan menantu oleh konglomerat yang memiliki anak seorang pria tampan yang mungkin saja memiliki banyak penggemar. Apa ini nyata? beberapa kali Ayra memukul mukul pipinya."Sakit," teriak Ayra setelah memukul pipinya yang ternyata masih merasakan sakit, itu tandanya dia masih berada di dunia nyata, semuanya nyata, sesuatu yang terdengar tidak mungkin.Ayra terlihat berpikir keras, pria itu tampan, mapan, dari keluarga terpandang, jika bukan karena pak Herman yang membuatnya bisa bertemu dengan Ardian, untuk bermimpi saja sepertinya tidak akan mungkin, itu sangat mustahil baginya, mendekati pria kaya dan tampan itu. Apalagi dia menjadi dokter karena beasiswa dan berasal dari keluarga sangat biasa.Ada perasaan tertarik di dalam hati Ayra, dia mulai menyukai Ardian walaupun baru sekali bertemu. Kesan pertama itu sungguh melekat di dalam hati dan pikirannya, dia mulai berpikir untuk menerima tawaran itu, menjadi menantu presdir Herlambang.Ayra merasakan ada sesuatu yang aneh, namun perasaan itu berusaha dia tepis. Mungkin saja ini adalah jodoh terbaik yang dikirimkan Tuhan, itu yang Ayra pikirkan.Dia berusaha tetap berpikiran positif, di tengah gempuran kekhawatiran yang terbentuk. Dia terlihat bahagia, tersenyum sumringah seraya bernyanyi nyanyi kecil. Tuhan memberikan yang terbaik dari yang terbaik, itu pikirnya. ***Pagi hari di rumah sakit Abadi Sehat, Ayra terlihat datang lebih awal, dia ingin segera menemui pak Herman untuk memberikan kabar baik. Dia sudah berpikir semalaman, mungkin ini akan menjadi sesuatu yang baik untuknya."Pak Her- pak Herman," teriak Ayra ketika melihat pak Herman berjalan cepat menuju ke arah ruangannya."Iya Ayra, ada apa?" tanya pak Herman yang dengan cepat menghentikan langkahnya."Bisa saya minta waktu bapak sebentar? Ada yang ingin saya sampaikan," ucap Ayra."Tentu, mari ke ruangan saya," ucap pak Herman seraya mengarahkan langkahnya ke ruang direktur atau biasa disebut dengan ruang kepala yang sudah bersih dan rapi.Pak Herman terlihat duduk di kursi kerjanya dan mempersilahkan Ayra duduk."Silahkan Ayra, apa yang ingin kamu diskusikan dengan saya?" tanya pak Herman."Sa-saya sepertinya menerima tawaran itu pak," ucap Ayra gugup."Ayra, iya itu adalah jawaban yang saya harapkan, saya akan segera memberitahu presdir Herlambang, untuk selanjutnya kalian bisa mendiskusikan hal ini secara pribadi," ucap pak Herman seraya tersenyum lebar."Pak Herman, apa bapak yakin keputusan yang saya ambil adalah benar? saya mengambil keputusan ini setelah kemarin saya sedikit berbincang dengan Ardian, sepertinya ada kecocokan diantara kita berdua, kita bisa membicarakan banyak hal," penjelasan Ayra mengenai alasan keputusannya."Tenang saja Ayra, keputusanmu sudah tepat. Siapa yang bisa menolak menjadi bagian dari keluarga Mahendra, pak Herlambang sendiri yang ingin menjadikanmu menantunya, pemilik Abadi Group yang kaya raya itu. Kamu tidak akan merasakan kesulitan ekonomi, saya bisa menjamin itu," ucap pak Herman dengan begitu yakin.“Abadi group memiliki rumah sakit, pabrik farmasi, bisnis di beberapa sektor lain, kurang apa?” lanjut pak Herman yakin."Saya lebih memikirkan mengenai perasaan saya pak, tapi tidak dipungkiri juga ada rasa ketertarikan secara personal kepada Ardian, dia pria yang sepertinya baik dan pekerja keras," ucap Ayra."Benar Ayra, kamu tidak salah. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kehidupanmu, bapak turut bahagia. Jangan lupakan bapak setelah kamu menjadi istri presdir nanti ya, mungkin pak Ardian akan segera menjadi presdir setelah menikah," ucap pak Herman seraya mengulaskan senyum pengharapan.***Pak Herman terlihat begitu bahagia mendengar keputusan Ayra, ini dikarenakan presdir Herlambang secara pribadi meminta banyak kepada pak Herman untuk membantunya membujuk Ayra. Pekerjaan ini sudah terselesaikan, dengan hasil yang sesuai harapan.Pak Herman berencana untuk segera menghubungi presdir Herlambang, mengabarkan mengenai hal baik ini. Semua ini akan memiliki imbas baik bagi dirinya, setidaknya dia mendapat kepercayaan yang lebih dari presdir Herlambang, karena dia sudah berhasil membantunya.Bersambung...Pertemuan PentingHari ini Ardian berencana membawa Ayra bertemu dengan keluarganya, ayah, ibu, adik dan juga Loly, dalam acara makan malam yang hangat. Sejak pertemuan pertama mereka, Ardian dan Ayra sudah cukup sering berkomunikasi lewat pesan singkat maupun telephone. Hubungan mereka mulai dekat dan cinta alami muncul di hati Ayra dalam waktu yang begitu singkat. Pesona Ardian sungguh mampu membius gadis pintar namun lugu itu. Ayra terpana, melupakan begitu saja semua kekhawatirannya.Mobil Ardian berhenti di depan gerbang rumah kediaman keluarga Mahendra. Rumah tiga lantai dengan halaman yang sangat luas, halaman depan juga belakang. Terdapat gerbang besi yang cukup tinggi dan juga pos penjagaan dengan dua orang satpam yang dengan sigap membuka pintu gerbang untuk majikannya. Dua satpam itu bernama pak Mahi dan Mahmud.Hati Ayra mulai berdegup kencang, dia menyadari bahwa dia berasal dari keluarga sederhana, dengan tiba tiba akan menjadi menantu dari keluarga kalangan atas, kong
Mencoba MenerimaRose seketika lupa dengan ujian kecilnya, harusnya dia menguji Ayra apakah benar benar layak untuk kakaknya dan juga cocok dengan dirinya, sepertinya dia mulai menyukai Ayra karna menganggap Ayra memiliki hobi yang sama dengan dirinya. “Oh iya, apa kamu suka dengan kpop? Aku berencana membeli album baru Taehyung,” ucap Ayra.“Apa? Kamu suka BTS? Wah, kita sama sama Army. Kamu tahu, aku sangat suka sekali dengan V dia benar benar tampan, kekasih onlineku. Setiap kali mendengar Love me again dan Rainy Days, rasanya aku melayang, wah, indah sekali,” ucap Rose seraya terus saja tersenyum.“Wah, kalau begitu aku akan membelikanmu albumnya, aku dengar itu masih cukup sulit didapatkan, apalagi yang bertanda tangan,” ucap Ayra.“Benarkah? Kamu bisa mendapatkannya?” Tanya Rose antusias.“Ya, kebetulan ada kenalan yang membeli langsung dari Korea,” ucap Ayra seraya tersenyum.“Wah, asih,” ucap Rose antusias.“Ya, walaupun aku lebih suka Jimin dan Dynamite, bolehlah kita denga
Sebuah Rencana JahatNyonya Sisca terlihat mengangkat beberapa piring dan gelas kotor, meletakkannya di tempat cucian piring yang di sana sudah terdapat beberapa piring kotor yang sepertinya adalah bekas piring makan tadi pagi. "Lalu siapa yang membersihkan semua ini ibu?" tanya Ayra. "Hmmm, saya dan Ardian, dia cukup ahli untuk urusan seperti ini. Dia sangat menjaga kebersihan dan selama satu minggu ini terpaksa dia yang harus membantu pekerjaan rumah," "Ibu, biar saya saja yang membersihkannya," ucap Ayra yang melihat nyonya Sisca bersiap membersihkan piring kotor tersebut. Nyonya Sisca menjawab ucapan Ayra dengan senyum kelegaan, ternyata Ayra cukup bisa membantu, padahal itu adalah pertemuan pertama mereka. "Kamu tidak keberatan?" tanya nyonya Sisca. "Tidak ibu, ini bukan masalah besar," ucap Sisca yang bersiap dengan sarung tangan panjang berwarna merah muda, yang digunakan khusus untuk mencuci piring. Tangannya begitu terampil dan cekatan dalam mencuci semua piring piring
Melepas KarirAyra terlihat mengemas semua barang barangnya yang ada di ruang jaga dokter. Dia memasukkan semua buku, beberapa perlengkapan kedokterannya dan perlengkapan pribadi."Ayra, apa itu benar? Apa itu benar?" Tanya Niluh gugup, dokter muda yang merupakan teman satu angkatan Ayra.Ayra terlihat sibuk berkemas, seolah tidak mempedulikan apa yang Niluh tanyakan. "Ayra, ayolah, apa rumor itu benar? Kamu akan menikah dengan putra presdir itu?" Tanya Niluh semakin gugup.Ayra menghela nafas panjang, lalu tersenyum. "Niluh, tenangkan dirimu, tenang," pinta Ayra."Bagaimana aku bisa tenang? Kamu akan menikah dengan putra presdir, aku pernah bertemu dengannya, sekali dan dia orang yang sangat dingin," ucap Niluh."Benarkah? ya begitulah, itu memang benar," ucap Ayra santai."Ayra, ayolah, sejak kapan kamu mengenalnya. Apa jangan jangan kalian baru berkenalan? bagaimana bisa memutuskan menikah," tanya Niluh cemas."Iya Niluh, Terimakasih karena kamu mengkhawatirkanku, aku tahu itu. A
Pertemuan BerikutnyaKedua orang tua Ayra sampai di Jakarta, menggunakan pesawat Keris Indonesia, kelas bisnis, tiket khusus yang dibeli Ardian untuk calon mertuanya. Semua sudah disiapkan oleh keluarga Ardian, Ayra hanya tinggal menjalankan semuanya, tidak perlu memikirkan apapun selain kesiapan diri. Ayra terlihat menunggu kedatangan orang tuanya di lobby bandara, lobby kedatangan penerbangan domestik. Ada rasa cemas, karna ini adalah pernerbangan pertama orang tuanya, namun dia juga bahagia karena bisa bertemu dengan kedua orang tuanya yang sudah hampir satu tahun tidak bertemu. Kesibukan Ayra sebagai dokter, apalagi masa masa koas adalah hari hari sibuknya, dia bahkan tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri.***Ayra melambaikan tangan kepada kedua orang tuanya, segera mendekat, mencium tangan dua orang yang sangat dihormati itu. Ayra memeluk mereka erat erat."Bapak, ibu, bagaimana perjalannya?" tanya Ayra setelah bertemu dengan kedua orang tuanya. "Nduk, sekaya apa calon su
Butik TernamaAyra dan kedua orang nyaya menaiki anak tangga yang ada di depan butik, ini adalah butik yang begitu terkenal di Jakarta, langganan para artis dan juga pesohor kelas atas.Ayra membuka pintu butik, pintu yang memiliki sensor canggih, mampu mendeteksi setiap orang yang masuk."Selamat datang," suara yang terdengar dari pengeras suara otomatis."Selamat datang," sapa Karyawan butik yang di dadanya tertulis nama Mahesa Ayu."Ada yang bisa saya bantu?" tanya Mahesa."Saya sudah ada janji bertemu dengan pak Rudy Hun, saya dari keluarga Mahendra," ucap Ayra memberi informasi."Baiklah nona, saya akan mengantarkan anda dan keluarga anda ke ruang VIP," ucap Mahesa yang kemudian dia mempersilahkan Ayra dan kedua orang tuanya untuk mengikuti langkahnya menuju ke sebuah ruangan terbuka di sisi lain dari bagian depan butik itu.Di dalam ruangan VIP itu terdapat sebuah sofa berwarna putih bersih, cukup mewah. "Silahkan duduk nona, saya akan memanggilkan pak Rudy Hun," ucap Mahesa.
Gaun Super MahalRudy Hun terlihat sedikit bingung, beberapa kali melihat ke arah Ayra. "I-itu, gaun ibu dan jas bapak sekitar seratus," ucap Rudy Hun memberi informasi."Seratus? Ah itu murah sekali untuk baju sebagus ini, benar kan Ayra? tau begitu ibu bisa membelikan juga untuk bulek dan om kamu di kampung, mereka pasti akan sangat senang sekali," ucap Ibu Ayra, mendengar itu Ayra hanya tersenyum penuh kebingungan, senyum yang disertai kerutan dahi."Benarkah bu? Syukurlah jika tidak terlalu mahal untuk nyonya, gaun dan jas ini akan menjadikan bapak dan nyonya terlihat seperti raja dan ratu," ucap Rudy Hun."Ayra, ibu membawa uang Lima ratus ribu, bisa dapat Lima pasang baju, wah pasti bibi dan pamanmu senang sekali dapat oleh oleh baju dari desainer," ucap ibu Ayra dengan begitu polosnya.Rudy Hun terlihat mengerutkan dahi."Maaf ibu, yang saya maksudkan adalah seratus juta rupiah, satu dengan angka nol sebanyak delapan buah," ucap Rudy Hun seraya tersenyum sumringah dengan geraka
Menjadi Orang KayaIbu Ayra memang lebih banyak bicara ketimbang ayahnya, sering bergaul dengan ibu ibu lingkungan rumahnya, membicarakan banyak hal, membahas masalah yang tidak penting seperti gosip artis dan berita viral. Seperti ibu ibu pada umumnya, walaupun berasal dari tingkat ekonomi yang biasa saja, bahkan cenderung rendah, namun karena kecanggihan teknologi, membuatnya paham mengenai situasi dan berita terkini."Ah itu hanya perasaan ibu saja, anak kita cantik, berpendidikan tinggi, pandai, pekerja keras, mungkin itu yang menjadi nilainya," ucap ayah Ayra.“Merekaa sudah kaya, jadi untuk apa mencari menantu kaya,” lanjut ayah Ayra."Tapi tetap saja ibu merasa khawatir, sepertinya ada sesuatu yang janggal," ucap ibu Ayra seraya menampilkan posisi berfikir, alis berkerut, mulut sedikit menyamping, dengan jari telunjuk bergerak mengetuk ngetuk kepalanya"Sudahlah bu, jangan berpikir terlalu jauh, kita doakan yang terbaik untuk anak kita, semoga semua baik baik saja, lancar, kita
Masa Masa Sulit “Bu Ayra adalah orang yang kuat,” ucap sekretaris Edo."Ya, dia memang wanita yang kuat," ucap Arsen.“Baiklah pak, saya pulang dulu,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, maaf mengganggu waktu liburmu,” ucap Arsen.“Tidak apa apa pak, hubungi saya jika ada yang bapak perlukan,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, terima kasih,” ucap Arsen. Sekretaris Edo bergegas pergi, Arsen membawa beberapa paper bag bingkisan itu ke kamar di mana Ayra berada.“Ayra, aku membawakan semua kebutuhanmu, jika ada yang kurang sampaikan saja,” ucap Arsen pada Ayra yang terlihat mengamati pemandangan diluar jendela kamarnya. Arsen meletakkan semua bingkisan itu di lantai.“I-iya,” ucap Ayra singkat. Arsen tahu, segala hal yang menimpa Ayra tidak bisa semudah itu diterima, dia masih terguncang dan Arsen berusaha memberi Ayra ruang. "Aku ada di luar, jika kamu
Setelah peristiwa itu Pagi hari, Ayra tersadar, dia mendapati tubuhnya sudah berganti pakaian dengan pakaian hangat, tertutup selimut tebal, tangannya juga terpasang selang yang terhubung dengan cairan infus. Dia berada di sebuah kamar yang nyaman. Kepalanya terasa sakit, ada perban menempel di sana, mungkin itu adalah luka yang dihasilkan dari pertengkaran sengit tadi malam. Ayra yang masih begitu lemah hanya bisa menghela nafas lega, bersyukur Tuhan memberinya hidup kedua walaupun belum bisa membedakan ini semua hanya mimpi atau kenyataan. Samar samar dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi, dia adalah Arsen, iya Arsen. teman Ayra sewaktu masih duduk di bangku kuliah, yang selalu menjadi sahabat baiknya, hingga saat ini. Arsen duduk di kursi yang ada di kamar itu, tertidur, terlihat sangat kelelahan. Arsen yang menyelamatkannya, memberikan hidup kedua bagin
Misi Penyelamatan Di dalam mobil, suasana tegang benar benar terasa.“Kemana kita harus membawanya?” Tanya Ardian.“Kita buang saja, kita hanyutkan di sungai,” ucap Isabela memberi ide.“Apa?” Tanya Ardian tidak percaya.“Tidak, di jembatan akan sangat ramai sekali, kita tidak bisa membuangnya di kota,” ucap Ardian“Apa kamu yakin dia sudah mati?” tanya Ardian.“Dia masih hidup, nafasnya tipis. Kamu tidak melihat darah yang keluar dari kepalanya? Aku yakin dia tidak akan bertahan,” ucap Isabela.“Apa yang kita lakukan, kita sudah menjadi pemb-unuh,” ucap Ardian gugup dan juga takut. Isabela menggenggam tangan suaminya, berusaha memberi kekuatan.“Ini yang terbaik, kita harus menyingkirkannya, tidak ada pilihan lain,” ucap Isabela.“Pikirkan anak kita, apa kamu yakin rela menukar hidupmu yang penuh dengan kemewahan dengan hidup di penjara?” Tanya Isabela.
Medan Perang Ardian membawa Ayra ke apartemennya, penthouse mewah yang bahkan memiliki lift sendiri. Ayra hanya diam, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia bahkan belum percaya bahwa dirinya akan mengalami hal semacam ini, bertemu dengan selingkuhan suaminya. Mereka sampai di depan pintu apartemen, Ardian membuka pintu itu.Di dalam apartemen sudah ada Isabela, duduk dengan santainya di sofa yang ada di sana.Hati Ayra bergetar hebat.“Wanita itu,” gumam Ayra. Ayra menatap wanita itu dalam dalam, bahkan matanya nyaris keluar. Isabela mengulaskan senyum, seolah sengaja melakukan itu. Dia berdiri, lalu mendekat kearah Ayra.“Apa kamu kaget?” Tanya Isabela, berusaha terlihat tenang.“Kamu?” Tanya Ayra.“Isabela?” tebak Ayra. Ardian mengerutkan dahi, dia bahkan tidak menyangka jika Ayra mengenal Isabela.“Ya, orang yang selalu kalah dari
Peristiwa Mengerikan Mulai TerjadiPart 2 Mobil Ardian masuk ke dalam lingkungan apartemen.“Itu mobil mas Ardian, ya, itu mobilnya,” ucap Ayra yakin.Ayra segera berlari mengikuti mobil itu hingga ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Dengan nafas tersengal sengal, Ayra berhenti tepat di depan mobil Ardian.“Ar-Ardian,” ucap Isabela gugup.“Ada apa?” Tanya Ardian yang belum menyadari kehadiran Ayra.“Di-dia,” ucap Isabela seraya menunjuk ke arah Ayra berdiri. Ardian melihat kearah itu, dia kaget, ada istrinya di sana.“A-Ayra,” ucap Ardian.“Isabela, sebaiknya kamu bawa Amora naik, aku akan menemuinya,” pinta Ardian.“I-iya,” ucap Isabela yang segera keluar dari mobil, berusaha menyembunyikan wajahnya dan masuk ke dalam area apartemen. Ayra melihat wanita itu, dengan perasaan campur aduk yang luar biasa. Ayra berusaha menstabilka
Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi Ayra menginjakkan kaki di apartemen itu, apartemen mewah yang harganya pun tidak biasa. Ayra memegang dadanya, menguatkan hati juga pikirannya. Jantung itu berdegup dengan kencang, seperti genderang perang, dia bahkan kesulitan untuk menstabilkan deru jantungnya.“Kamu harus kuat Ayra, apapun yang akan kamu dapatkan di tempat ini,” ucap Ayra. Dengan yakin dia memasuki apartemen itu, mendekat ke arah resepsionis sebagai jalan pintas dari pada harus mencari cari tidak jelas.“Se-selamat siang,” sapa Ayra.“Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis yang terdengar begitu ramah.“Ma-maaf saya mau Tanya, apa benar bapak Ardian Herlambang tinggal di salah satu unit penthouse?” Tanya Ayra. Mendengar hal itu, petugas resepsionis bernama Naira itu mengerutkan dahi. Ayra menangkap sinyal keragu raguan.“Oh, maaf, saya hanya mau mengantarkan pesanan kado,
Curiga yang mengakar Arsen sampai di rumah tante Farida, dia terlihat duduk di ruang tengah dengan perasaan kesal tergambar jelas di wajahnya."Arsen sayang, kamu sudah datang," sapa nyonya Farida."Iya tante, ini Arsen bawakan cake coklat dari JIM Mall," ucap Arsen seraya menunjukkan cake coklat yang dibawanya."Terimakasih Arsen, itu cake kesukaan tante," ucap nyonys Farida sumringah. Tante Farida melihat ke arah Arsen, sepertinya ada yang aneh, wajah Arsen mengisyaratkan kekesalan juga kesedihan."Arsen, ada apa? Apa ada masalah di kantor?” Tanya tante Farida.“Apa kamu ingin kembali menjadi dokter? Apa menjadi presdir rumah sakit dan hotel sangat melelahkan?” Tanya nyonya Farida menelisik.“Tapi, di hotel, banyak yang membantumu, kamu hanya menjadi presdir, semua staff adalah professional,” gumam nyonya Farida.“Tante,” ucap Arsen.“Jangan mengkhawatirkan Arsen, Arsen
Mirip Pembantu Pagi harinya, tepat pukul sepuluh pagi, Ayra sudah berada di supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga, kali ini dia berusaha dengan cepat supaya dia masih memiliki waktu untuk mengunjungi pusat kecantikan, itu yang direncanakan."Aku harus cepat, aku sudah melakukan ini selama bertahun tahun, aku bisa melakukannya walau dengan mata tertutup," ucap Ayra yakin. Dengan cekatan, Ayra mengambil seluruh barang yang akan dibeli, barang kebutuhan rumah tangga, seperti bahan makanan juga kebutuhan lain yang seluruh anggota keluarga butuhkan. "Semua sudah beres, bahan makanan, perlengkapan kebersihan, aneka makanan ringan, aneka minuman, minyak goreng, hmmm sudah semuanya," gumam Ayra. Lalu dia bergegas mendorong troli ke arah kasir. Dari jauh Arsen terlihat mengamati Ayra, hal ini sudah Arsen lakukan sejak lama. Dia tahu jadwal Ayra, kapan dia akan mengunjungi supermarket. Arsen bahkan ta
Berusaha Menahan Sesak Ayra sibuk menyiapkan makan malam di dapur, dia masih menjalankan semua kewajibannya, berusaha tidak mengingat hal buruk yang baru saja menimpanya. Ayra menyentuh pipinya, rasa nyeri, panas dan perih mungkin sudah memudar, tidak lagi dia rasakan, namun luka di dalam hatinya sungguh itu tidak lagi menemukan obat yang tepat. "A-Ayra," ucap nyonya Sisca lirih. Nyonya Ayra terlihat mendekat kearah Ayra berdiri."I-ibu, ibu perlu apa? apa ibu mau air dingin? Ayra akan mengambilkannya," ucap Ayra, selalu dengan sikap sigapnya dalam memberikan pelayanan pada semua orang."Ti-tidak, ibu tidak butuh apa apa, ibu hanya ingin minta maaf karena ibu sudah sangat keterlaluan, mungkin karena sebelumnya ibu sudah sangat emosi dengan masalah ibu sendiri, ibu benar benar minta maaf, ibu tidak seharusnya mengatakan hal buruk seperti itu," ucap nyonya Sisca seraya menggenggam tangan Ayra.“Ibu benar ben