Cantika melirik kekiri-kanan, melihat banyak sekali orang tengah menatapnya. “Tolong bantu saya untuk mengangkat orang ini ke rumah sakit!”
Cantika menatap orang-orang yang ada di situ, tetapi mereka terlihat enggan untuk membantu.“Ayo tolong bantu saya!” Cantik memohon dengan wajah memelas.“Bukannya kami tidak mau membantu, tapi dia terlihat seperti orang berbahaya. Jadi kami tidak mau terlibat!”Semua orang menjauh dari Cantika, tetapi gadis itu pun berteriak kencang. “Kalau kalian tidak ingin membantu minimal bantu saya membuat dia yang berdiri!”Cantika meminta untuk kesekian kalinya, ia tak mungkin meninggalkan Jack di sini seorang diri.Dengan enggan semua orang itu membantu untuk membuat Jack berdiri. Cantika pun memapah lelaki bertubuh besar itu ke rumah sakit seorang diri, bantuan siapa pun.Wajah Cantika penuh dengan keringat, lantaran tubuhnya mungil harus dipaksa memapah Jack bertubuh tinggi dan besar.Saat terbangun dari pingsan Cantika memandang ke sekeliling, ia tertegun karena sedang berada di kamar pasien.Gadis tersebut pun mengangkat tangannya ke udara, ia melihat infus yang terpasang di sana.“Padahal aku tak perlu dirawat seperti ini,” gumam Cantika seorang diri.Menurutnya terasa sangat menyedihkan sekali kalau di rumah sakit tetapi tidak ada satu orang pun yang merawat atau bahkan menjenguk dirinya. Sehingga Cantika ingin sekali menangis terisak.Namun, tubuh terasa sangat lelah untuk melakukan hal itu. Sehingga ia memilih untuk menahan saja.Telinganya mendengar suara pintu terbuka, Cantika segera melihat ke arah sana. “Kenapa Anda ada di sini, Tuan?” Mata Cantika terbelalak lantaran merasa terkejut.“Apalagi, kalau karena dokter menelpon mengatakan kau pingsan.” Andika menarik kursi untuk duduk di samping ranjang Cantika. “Maafkan saya! Saya tak bermaksud untuk membuat anda repot-repot datang ke
“Berarti memang benar selama ini kau ada main di belakangku?” Tangan Andika mengepal kuat, matanya menatap nyalang Kartika seakan ingin menelan perempuan itu hidup-hidup.“Tidak seperti itu. Aku tak pernah mengkhianatimu, kamu tahu sendiri selama ini aku selalu mendukung dan melakukan apapun untukmu,” ralat Kartika dengan cepat.Andika mendorong tubuh Kartika sehingga membuat perempuan itu terjerembab ke lantai. Kemudian ia berjongkok supaya bisa mensejajarkan dengan perempuan tersebut. “Lantas, aroma siapa yang menempel di tubuhmu? Kalau bukan parfum lelaki lain?” Andika mencengkram pundak Kartika dengan kuat.Kartika terus meringis kesakitan, bahkan matanya sedari tadi berembun menahan air mata yang ingin keluar.“Tentu saja ini aroma Arel, karena aku membantunya untuk membereskan kamar,” jawab Kartika dengan terisak, tak kuat lagi ia menahan air mata. Andika terdiam, ia terlihat memikirkan sesua
Cantika dibawa ke dalam ruangan, gadis itu terus berusaha melepaskan diri dari seseorang yang sedang menyeretnya masuk ke dalam salah satu ruangan. Namun, tentu saja Cantika kesulitan untuk melepaskan diri. Tubuhnya didorong ke atas kasur, barulah ia bisa terbebas dari orang tersebut.“Hei, kau siapa? Kenapa malah menyeretku kemari?” teriak Cantika dengan ekspresi wajah ketakutan, ia tak bisa melihat dalam gelap.“Jangan terlalu berteriak dengan kencang, karena suaranya akan terdengar sampai keluar!” tegur seorang lelaki yang tak asing di telinga.“Jeremy?” tebak Cantika.Lampu menyala saat Cantika menyebut nama dari asisten suaminya. Terlihat lelaki berkacamata itu merapikan penampilannya.“Benar, saya adalah Jeremy,” jawab Jeremy dengan datar.“Tapi kenapa kau malah membawaku masuk ke dalam ruangan seperti ini? Apa kau tahu betapa takutnya aku diseret oleh seseorang yang tak aku liha
Wajah Cantika langsung memucat, hatinya sudah sangat yakin kalau Arel mengetahui dirinya menguping. Sehingga ia tak mampu berkata apapun, hanya diam membisu dengan tubuh yang gemetar. Tak diduga oleh Cantika, Arel malah tertawa keras sampai membuatnya menjadi bingung.“Ternyata kau sangat polos, Cantika. Aku sedang menggodamu, tapi kau malah menanggapinya dengan serius,” terang Arel masih tertawa keras.Cantika mengerutkan dahinya, ia masih tidak mengerti maksud dari perkataan lelaki yang berada di depan ini.Arel berdehem beberapa kali, walau pun masih ingin tertawa, tetapi ia melihat wajah Cantika yang sedang kebingungan. “Kau jangan terlalu menganggapnya serius, karena aku hanya bercanda saja,” ucap Arel dengan raut wajahnya yang sudah tenang. Namun, menurut Cantika kalau lelaki yang berada di depannya ini tidaklah sedang bercanda. Hanya saja, ia terpaksa menuruti apa yang diinginkan Arel, yait
Akhirnya balasan pesan yang ditunggu dari tadi oleh Cantika sudah masuk, ya tak sabar membuka untuk melihat isi pesan itu. [ Jangan lakukan itu, terlalu berbahaya. Karena Anda tak mungkin bisa masuk ke dalam kamar mereka, ]“Ternyata dia mengkhawatirkanku, tapi aku harus membuat dia mengerti. Karena kalau sampai rencana dari Kartika dan Arel, mungkin aku sekaligus ayah tak akan bisa selamat dari kedua orang itu. Semua ini murni aku lakukan untuk kami berdua, bukan untuk menjadi istri yang baik.” Cantika memegang erat ponsel di tangannya.Karena menurutnya dirinya sendiri sekaligus sang ayah lah yang paling penting di dunia ini. Kalau misalkan Andika dibunuh, pasti kemungkinan ia pun akan mengalami yang sama.Sebab, ia mengetahui rahasia dari Kartika dan Arel. Tak mungkin mereka berdua akan membiarkannya tetap hidup, lambat laun ayahnya di rumah sakit pun akan menyusul dirinya.Atau bisa saja sang ayah lah yang di
“Karena aku akan ikut menunggu untuk menemanimu di sini. Supaya kau tidak bosan.”Arel menutup pintu mobil secara perlahan, ia duduk berjongkok di pinggir jalan.Cantika mendesah, tak tahu harus berbuat apa. Karena ia tak memesan taksi sama sekali, sehingga mau tak mau dirinya memesannya sekarang. Dilihat dari gelagat Arel, lelaki itu tak akan pergi kalau dirinya tidak pergi lebih dulu.“Lama sekali taksinya, apa kau yakin sudah memesan?” sindir Arel, ia tersenyum sangat hangat.Entah kenapa melihat Ariel tersenyum dengan hangat seperti itu membuat Cantika yakin, kalau lelaki tersebut sekarang sedang memastikan apakah memang benar ia akan pergi.“Em, aku tak tahu kenapa taksi ini terlambat datang.” Cantika mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia bahkan menjaga jarak dari Arel.Lelah sudah ia menunggu, tetapi saat memandang ke arah depan terlihat taksi mendekat ke arah mereka. Cantika tampak sangat senang sekali.
Andika sekarang sudah pulang ke rumah, wajahnya terlihat sangat lelah sekali. Akan tetapi, ia tak menunjukkan kepada siapa pun termasuk Kartika. Pertama, yang dirasakan saat pulang, Andika merasa kalau rumahnya ini terasa lebih sepi dari biasanya. Entah kenapa ia merasa seperti itu, padahal pelayan dan para pekerja berada di sana.“Sayang, kamu kenapa?” Kartika melirik ke arah Andika dengan ekspresi heran“Di mana Arel dan Cantika?” tanya Andika pelan.“Kalau Arel, dia sedang melakukan sesuatu, mungkin akan datang terlambat hari ini. Sementara Cantika, mungkin masih di rumah sakit,” jawab Kartika acuh.Andika terdiam, ia baru saja teringat kalau gadis itu berkata akan pergi ke rumah sakit. Namun, bukankah Cantika berkata akan pulang sore hari? “Kau masih tidak menemukan ponselmu, Jeremy?” Andika menatap Jeremy yang tengah kebingungan. “Benar. Saya sudah sedari tadi mencari tetapi tid
Wajah Andika langsung menegang, giginya terus bergemeretak dan tangannya mengepal kuat. Ia terlihat sangat marah sekali, Kartika yang berada di samping menjadi ketakutan. “Apa maksudmu, Jeremy? Katakan dengan jelas!” teriak Andika, suaranya menggelegar memenuhi ruangan.“Saya pergi tadi untuk memperbaiki ponsel di tempat teman saya. Saat membuka ponsel itu, saya terkejut ada pesan dari Nona Cantika yang menunjukkan sesuatu kepada saya.” Jeremy menunjukkan ponsel kepada Andika.Di saat itulah Kartika memanfaatkan kesempatan untuk kabur, ia berjalan dengan pelan di samping kedua lelaki yang tengah fokus itu. Bahkan ia melepas sepatu berhak tinggi untuk segera berlari keluar tanpa ada yang tahu. Andika merebut ponsel itu, matanya melotot melihat apa yang dikirim oleh Cantika. “Ternyata Arel memiliki dendam pribadi kepadaku.” Tangannya mengepal kuat, tak dapat menahan perasaan amarah di dalam dada.Andika merasa dit
Andika menendang pintu rumah Kartika dengan kuat sampai membuat pintu tersebut terbuka lebar. Terlihat di sana perempuan itu sedang memakai masker wajah dan hanya menggunakan jubah mandi saja duduk di ruang tamu. “Kalau masuk seharusnya ketuk dulu pintunya, jangan malah didobrak seperti itu.” Kartika melepas timun yang berada di matanya, ia terlihat tenang menatap Andika. “Untuk apa aku mengetuk pintumu? Sedangkan aku datang kemari bukan untuk berbicara baik-baik!” Andika mendekat dan menarik jubah Kartika supaya perempuan itu berdiri. Akan tetapi, tak diduga oleh Andika Kartika terlihat sangat tenang sekali, tidak ada raut ketakutan yang terukir di wajah perempuan tersebut. Sehingga membuat ia menjadi merasa sangat heran sekali. “Lepaskan dulu!” Kartika menepis tangan Andika dengan kasar, tetapi tak kunjung membuat lelaki itu melepaskan cengkraman.“Katakan dulu di mana Cantika! Aku sangat yakin kalau kau yang menyembunyikannya!” Mata elang Andika menatap penuh mengintimidasi kep
Andika yang bagus saja pulang dari bekerja merasa sangat lelah sekali. Alhasil ia ingin menemui Cantika supaya bisa menghilangkan rasa penat dirasa. Akan tetapi, sudah mencari kesana-kemari gadis kecil tersebut tidak berada di manapun. Andika menjadi melangkah untuk mencari keberadaan Cantika. Lelaki tersebut membuka semua ruangan yang berada di dalam kediamannya, tanpa terlewat satu pun sampai di tempat terakhir, yaitu kamar Maura.Kamar Maura yang tidak dikunci membuat gadis di dalamnya menjadi terkejut dan langsung beranjak dari duduknya saat pintu dibuka tanpa permisi. Ia terlihat takut-takut menatap ke arah Andika, lantaran ekspresi dari lelaki itu sangat berbeda dari biasanya. Yaitu lebih dingin dan kejam. “Ke mana Cantika? Aku sudah mencarinya di seluruh kediaman ini, tetapi dia tidak kunjung terlihat di manapun!” Andika menatap penuh selidik kepada Maura. Maura menjadi gelagapan lantaran yang merasa terkejut karena s
“Tidak mungkin! Anda pasti berbohong kepada saya!” Cantika menggeleng kepalanya pelan sambil semakin derasnya linangan air mata.Kartika tersenyum tipis menatap Cantika. “Mulutmu berkata tidak percaya, tetapi hatimu malah membenarkan apa yang aku katakan.”Cantikan menyentuh kedua pipinya yang sekarang sudah basah akibat linangan air mata semakin deras. Ia dengan cepat mengambil tisu yang berada di depan mata.“Dia memang yang menabrak ayahmu, coba kau tanyakan saja kepada dia. Tapi pasti dia akan berbohong kepadamu, karena orang seperti dia mana mungkin mengakui kesalahannya dengan mudah seperti itu.” Kartika menepuk pundak Cantika, ia pun kemudian pergi menjauh dari sana.Karena Kartika tahu sekarang sudah hampir lima menit, membuat ia memilih untuk pergi lebih awal, supaya tidak ketahuan oleh para penjaga Cantika. Saat perempuan tersebut melewati satu meja, ia menatap dan menganggukkan kepala kepada orang yang duduk di sana.Orang itu
Cantika membelalakkan mata menatap Kartika yang sekarang berdiri di depan matanya. Namun, seketika ia baru saja teringat kalau perempuan itu dilarang untuk mendekati dirinya. “Bukankah Anda dilarang untuk bertemu dengan saya, tetapi kenapa Anda malah mengatakan omong kosong itu supaya saya datang kemari?” Cantika menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Kartika. Kartika berdecak kesal mendengar hal itu, karena ia merasa kalau Cantika mengira adalah seseorang yang pantas untuk ia temui, padahal nyatanya tidak seperti itu. Semuanya ia lakukan untuk dirinya sendiri, perempuan tersebut tidak peduli apapun yang terjadi kepada gadis kecil itu. Hanya saja Kartika harus menahan diri, supaya tidak terlalu terlihat kalau ia sekarang disuruh oleh Jack dan tentu saja tujuannya ingin mendapatkan Andika, sumber uang yang tak akan pernah habis. “Sebaiknya kita duduk dulu di sana, karena aku sudah memesan tempat khu
Mata Cantika menjadi berkaca-kaca menatap isi pesan tersebut, sehingga ia tanpa sadar menjatuhkan bulir bening dari kedua sudut matanya. Dengan cepat ia menyeka, lantaran ia sadar kalau pesan dari orang tak dikenal itu bisa saja hanyalah kebohongan belaka.Akan tetapi, Cantika tetap saja merasa kalau kepikiran dengan pesan tersebut. Sehingga mulai membuat ia menjadi terus melamun. “Kau kenapa? Bukankah kau seharusnya sangat senang karena sudah habis berbelanja?” Andika menatap lekat ke arah Cantika yang berada di sampingnya.Karena sekarang malam hari, mereka sedang tidur bersama di satu ranjang yang sama. Andika jadi melihat kalau Cantika terus saja melamun sedari tadi, padahal dirinya tahu kalau seorang perempuan pasti akan sangat suka sekali berbelanja sama seperti Kartika. Kartika saja sangat senang sekali setiap habis berbelanja, sehingga perempuan tersebut menjadi bersikap manis kepadanya, tetapi Cantika malah sedari ta
Maura menjadi gelagapan melihat Cantika yang tiba-tiba pingsan. Alhasil ia tak bisa berpikir jernih dan malah menjadi mondar-mandir lantaran merasa bingung melakukan apa kepada gadis pingsan di depan mata. Ingin memanggil seseorang untuk meminta bantuan, tetapi Maura terlalu takut untuk melakukan hal itu. Alhasil sekarang ia berusaha untuk membawa Cantika dengan susah payah ke ranjang, tak lupa ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas dan mengambil minyak angin di dalam kamarnya sendiri. Saat Maura masuk ke dalam kamar Cantika masih tak sadarkan diri, membuat ia mengoleskan minyak angin ke perut gadis tersebut dan tak lupa menciumkan aromanya ke hidung. Tak menunggu waktu lama, akhirnya gadis itu tersadar membuat perasaan ia menjadi sangat lega sekali melihat itu.“Sebaiknya kau bangun secara perlahan, karena kau habis pingsan di kamar mandi. Beruntung aku cepat menangkapmu.” Maura membantu Cantika untuk duduk secara perlahan.
Akan tetapi, Jack malah memaksa untuk Kartika mengikutinya masuk ke dalam mobil, membuat perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain sehingga ikut masuk ke dalam “Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tanyakan saja!” Jack menatap lekat ke arah Kartika. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kau ingin membantuku? Walaupun hubungan kalian tidak terlalu baik, tetapi kau bukanlah orang yang bisa menghianatinya karena bisnis kalian itu.” Kartika bersedekap dada sambil menatap Jack dengan tatapan penuh selidik.Jack tertawa dengan keras, “Kau ingin aku menjawab jujur atau berbohong?” tanyanya. “Tentu saja jujur. Siapa yang ingin dibohongi oleh seseorang?” ucap Kartika dengan tegas.Kartika terus saja memperhatikan ke arah Jack, karena ia berpikir kalau lelaki itu pasti memiliki sesuatu yang diinginkan. Sehingga membuat ia memilih untuk berhati-hati, takutnya kalau Jack akan meminta sesuatu yang tak dapat dirinya kabulk
Hanya umpatan yang bisa dikatakan Kartika saat i, ia tidak bisa memberikan pelajaran kepada Cantika. Karena setelah apa yang Lisa lakukan tadi membuat Andika menjadi menempatkan dua orang menjaga gadis kecil itu. Akan tetapi, saat perempuan itu ingin mengikuti Cantika lagi. Ada sentuhan di pundaknya, membuat Kartika menjadi ragu untuk menoleh lantaran mengira kalau orang itu adalah penjaga yang menjaga gadis tersebut. “Rupanya sekarang aku ketahuan,” gumam Kartika pelan. “Ketahuan oleh siapa?” Jack yang berada di belakang mengerutkan dahinya Kartika sadar kalau seseorang yang berada di belakangnya bukanlah penjaga yang menjaga Cantika, membuat ia menjadi menoleh menatap lelaki tampan di belakangnya.“Oh, hai, Jack!” sapa Kartika dengan lembut“Kau sekarang baru saja terlihat ramah, tadi padahal selalu mengepalkan tangan dengan wajah yang sangat merah,” ejek Jack dengan tertawa kecil.
Cantika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, ia pun membuka matanya secara perlahan untuk melihat. Pertama kali yang ia lihat adalah Andika sudah menjauh dari dirinya dan lantas membuat gadis kecil itu memegang leher.“Kalung?” Cantika mengerutkan dahinya.“Iya, kalung. Daripada memakai barang yang rusak lebih baik kau memakai itu saja di lehermu.” Andika menjawab sambil menunjukkan cermin kecil kepada sang gadis. Cantika lantas segera mengambil cermin itu, ia pun melihat kalung yang diberikan oleh Andika. Kalung itu sangatlah cantik dan tidak berlebihan di mata, tetapi gadis tersebut tetap merasa sayang kepada kalung yang rusak. Kalau sampai Andika membelikan kalung baru untuknya, berarti keputusan lelaki itu tetap saja untuk membuang kalung rusak tersebut. “Tapi bagaimana dengan kalung itu?” Cantikan menoleh menatap lekat kepada Andika, terlihat guratan khawatir di wajahnya “Te