Share

Chapter-06

Hari ini Adhitama sudah dibolehkan pulang dari rumah sakit. Sebenarnya, belum!! Tapi Adhitama memaksa Rana untuk pulang ke rumah, dengan alasan jika Adhitama tidak betah di rumah sakit. Selain bau obat, dia juga tidak bisa tidur nyenyak. Takut-takut jika kamar sebelah meninggal, atau mendengar sirine ambulan.

"Ya ampun Ayah, begitu aja takut. Kan kita juga nantinya bakalan pulang ke pangkuan Bapa." ucap Rania.

Adhitama terkekeh. "Ya tapi kan masalahnya Ayah belum siap. Ayah masih pengen lihat putri Ayah bahagia dulu, menemukan pasangan hidupnya yang tepat. Baru Ayah bisa pulang ke pangkuan Bapa dengan damai."

Mendengar hal itu Rania pun menahan tangisannya. Dalam hati Rania berterima kasih pas Rana yang telah membantunya. Mungkin jika Rana tidak datang tepat waktu, Rania pasti akan kehilangan Adhitama. Langsung saja Rania memeluk pria tua itu dengan hangat, mengusap air matanya dengan begitu kasar. Agar orang yang dia peluk, tidak tahu jika putri kecilnya ini tengah menangis.

"Ayah bilang apa sih. Rania masih pengen ditemenin Ayah loh. Intinya, Ayah harus cepat sembuh. Ayah harus temenin Rania sampai Rania tua nanti. Ayah juga harus janji, kalau Ayah nggak akan ninggalin Rania."

Adhitama menggeleng, dia tidak bisa berjanji dengan hal ini. Karena Adhitama saja tidak tahu, usianya akan sampai mana. Hanya bisa tersenyum kecil dan mengusap puncak kepala putri kecilnya. Ya, Adhitama selalu menganggap jika Rania adalah putri kecilnya, sampai kapanpun Rania akan tetap menjadi putri kecilnya.

Selesai berpelukan, Rania segera membereskan semua pakaian Adhitama, dan dia masukkan kedalam tas. Setelah itu barulah Rania memegangi tangan Adhitama, untuk turun dari brankar.

"Kita pulang ya Yah." ucap Rania.

"Iya. Ayah udah nggak tahan lagi di rumah sakit. Baunya bikin Ayah mual."

Rania tertawa kecil, dia pun meminta Adhitama untuk duduk di kursi roda. Sayangnya, ayahnya itu keras kepala. Memilih berjalan santai dengan Rania, dibanding harus duduk di kursi roda. Lagian, Adhitama ini tidak sakit parah. Dia hanya sakit jantung saja, tidak sakit parah. Tapi tetap saja, menurut Rania itu sangat parah.

Ketika membuka pintu ruang inap Adhitama, Rania malah dikejutkan dengan Rana yang sudah berdiri di depan ruang inap ini. Tangannya hampir saja memegang gagang pintu, jika Rania tidak membukanya.

"Rana … " panggil Rania bingung. Tumben sekali dia datang ke rumah sakit? Perasaan Rania juga tidak bilang pada Rana, jika ayahnya akan pulang hari ini. "Tumben kamu kesini? Ada apa?" tanya Rania bingung.

"Abrisam ngajakin fitting baju. Kamu harus kesana, Ayah biar aku yang nganter pulang." ucap Rana.

Rania mendadak sedih, niat hati setelah pulang dari sini ingin membelikan Adhitama sepiring soto daging. Tapi yang ada Rana memintanya bertemu dengan Abrisam. Wanita itu ingin sekali menolak, namun, tatapan Rana membuat Rania mengangguk kecil. Ingat Rania!! Kamu berhutang budi atas nyawa ayahmu, jika bukan karena Rana, Ayahmu tidak akan selamat.

"Ayah pulang sama Rana ya. Nanti pas Rania pulang, Rania beliin soto dagingnya." pamit Rania.

Adhitama tersenyum, menepuk kepala Rania penuh sayang. "Iya. Ayah tunggu dirumah ya."

Setelah mengucapkan hal itu, barulah Rania pergi dari hadapan Adhitama dan juga Rana. Dia pun memesan taksi online, dan memiliki alamat fitting baju yang akan dia datangi.

Sedangkan Rana sendiri, dia pun langsung menuntun Adhitama keluar dari ruang inap, dan mengajakmu pulang ke rumah.

"Kamu kenapa sih, melakukan ini dengan kakakmu?" tanya Adhitama lembut.

Memangnya apa yang harus Rana lakukan jika bukan hal ini? Dia tidak ingin menikah, pernikahan ibu dan ayahnya membuat Rana takut. Dia takut jika suatu saat nanti dia akan ditinggalkan suaminya, atau ditinggalkan orang yang dia cintai. Rana juga tidak suka terlibat dalam komitmen, dia adalah wanita bebas, dan menikah tidak pernah terlihat di pikiran Rana. Apalagi menikah dengan orang buta, bukanlah kemauan Rana.

"Itu juga bukan kemauan kakakmu, Rana." kata Adhitama.

"Ya aku tau Ayah. Tapi aku nggak berdaya, waktu mama bilang, kalau aku harus menikah. Ayah pernikahanmu dengan mama membuatku takut. Jadi tolong, mengertilah posisiku sekarang."

Adhitama selalu tahu posisi anaknya seperti apa. Sejak dulu Rania dan juga Rana itu berbeda, Rania memiliki sikap penurut dan tidak banyak tingkah. Sedangkan Rana yang memiliki sikap pembangkang dan keras kepala. Di situ Adhitama tidak pernah menyalahkan kedua anaknya. Yang penting bagi Adhitama adalah, mereka hidup rukun dan tidak ada perselisihan diantara mereka.

Berbeda dengan Grace yang suka sekali memaksa kehendak mereka. Dia menginginkan mereka memiliki selera seperti Grace. Sedangkan Rania sendiri di ajak mewah tidak bisa. Dan Graace selalu memaksa Rana, melakukan hal yang dia inginkan. Dan menurut Rana, dia sangat tersiksa dengan hidup Grace.

Itu sebabnya Rana paling iri jika dibanding hidupnya dengan Rania. Kakaknya itu bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Sedangkan Rana tidak bisa. Semua yang Rana lakukan harus sesuai dengan kemauan Grace. Sedangkan Rania? Hidupnya sangat berbeda.

"Ya sudah ayo kita pulang. Kakakmu nanti pasti pulang cepet, beliin Ayah soto daging. Ayah harap kamu mau makan bersama dengan Ayah ya, Rana."

Rana mengangguk dia juga merindukan makan bersama dengan Adhitama dan juga Rania. Walaupun hal itu sangat jarang dilakukan. Dan Rana pun datang saat ada maunya saja, bahkan dalam satu tahun, belum tentu Rana bisa bertemu dengan Adhitama dan juna Rania. Bukan berarti Rana tidak memperhatikan mereka ya. Jika tidak ada kegiatan, atau bertengkar dengan ibunya, Rana pasti mengikuti keseharian Rania. Apapun yang dia lakukan untuk mendapatkan banyak uang. Dulu, saat Rania masih berjualan di pinggir jalan. Rana membagikan banyak uang pada orang, untuk membeli semua dagangan Rania hingga habis. Agar kakaknya itu cepat pulang ke rumah. Hidup susah membuat Rana kasihan, tapi apa boleh buat. Grace melarangnya untuk berbagi dengan Rania.

Sebelum pergi ke rumah Adhitama, Rana lebih dulu membeli banyak cemilan dan juga kebutuhan. Setelah itu barulah, mereka pulang ke rumah petak milik Adhitama. Rumah kecil, yang entah kenapa ditatap saja membuat Rana nyaman. Yang dimana sebentar lagi Rania tidak akan tinggal di rumah petak ini. meninggalkan Ayah dan juga kenangannya disini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status