Zayyan keluar dari kamarnya. Tatapan mata lelaki itu seketika menajam, merasakan ada aura aneh yang tak biasa. "Jaga istriku! Jangan ke mana-mana!" perintahnya pada sang anak buah. "Baik, Tuan Muda," sahut mereka bersamaan. Zayyan berjalan ke arah ruang tamu. Tampak para penghuni mansion sepi karena memang sudah tengah malam. Tatapan mata lelaki itu seperti siap menghunus siapa saja yang ada di depannya. "Leo!" teriaknya. Segera Leo keluar dari kamar dan berjalan tergesa-gesa menghampiri sang tuan muda. "Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Leo membungkuk hormat. "Perintahkan para pengawal untuk memperketat penjagaan di seluruh mansion. Aktif CCTV dan pastikan bisa merekam semua sudut ruangan!" titahnya. "Baik, Tuan," sahut Leo membungkuk hormat. Zayyan berjalan ke arah pintu mansion. Seketika pintu terbuka lebar. Tangannya mengepal kuat erat. Netra matanya menatap hal-hal mencurigakan di sekitar mansion. Dia tidak akan biarkan orang luar masuk ke dalam mansi
Zea menatap kosong ke arah taman belakang mansion Zayyan. Sejak hamil, lelaki itu tidak memperbolehkan Zea ke mana-mana, selain di rumah dan mengurus Ar. "Nak!" Dia usap perut ratanya. "Maafkan Mommy, kau harus hadir tanpa ikatan pernikahan," ungkap Zea. Air mata menganak memenuhi bola matanya. Zea benar-benar hancur ketika tahu bahwa dirinya hamil. Padahal setengah mati dia menolak menggandung anak Zayyan, tetapi siapa sangka takdir justru berani mempermainkan hati dan perasaannya. "Apa aku jujur saja, jika aku bukan Kak Zeva?" gumam Zea. "Tapi bagaimana dengan ayah? Aku takut ayah disakiti oleh kak Zayyan!" Zea memejamkan matanya. Duri-duri terasa menusuk di rongga, hingga menciptakan rasa sakit yang tiada tara. Ada perasaan bersalah yang dia rasakan. Zayyan adalah suami kakaknya. Sementara Zea menggandung anak dari pria itu. Walaupun memang salahnya karena sudah berani mengambil resiko menggantikan Zevanya, tetapi tetap saja perasaan sakit itu kian mengusik. "Zevanya!" Zea me
"Sayang!" Zea terkejut ketika Zayyan memeluknya dari belakang. Wanita itu sejenak terdiam dan berusaha mengontrol detak jantungnya yang tak karuan. "Aku merindukanmu sepanjang hari ini, Sayang!" Zayyan memejamkan mata, mencoba menyesap harum tubuh Zea yang selalu menjadi candu bagi lelaki itu. Zea membalas dengan senyuman. Dia menikmati pelukan hangat Zayyan di tubuhnya. Jujur saja beberapa hari ini setelah tahu dirinya hamil, Zea sedikit sensitif dan ingin selalu bertemu dan bersama dengan Zayyan. Wanita itu berbalik dan menatap Zayyan sambil tersenyum hangat. Dia memberanikan diri mengangkat tangannya agar dapat menggapai wajah tampan lelaki itu. "Aku juga merindukan Kakak!" Zea tak bisa bohong, jika kini perasaannya mulai menggebu dan memecahkan dada. Zayyan tersenyum senang saat Zea mengaku merindukannya. Jantung pria itu berdebar kencang, ada rasa bahagia yang menjalar. Apakah begini rasanya ketika mendapatkan ucapan rindu dari seseorang yang disayang? "Bagaimana kabar ana
"Ada apa Anda meminta saya datang ke sini, Tuan?" tanya Miko membungkuk hormat. Leigh berbalik menatap pria paruh baya itu. Miko adalah mantan bodyguard yang bekerja dengannya beberapa puluh tahun yang lalu. Setelah menikah Miko berhenti dan membangun perusahaannya sendiri atas bantuan dari Leigh. Sebelumnya mereka berdua memiliki kesepakatan bahwa akan menjodohkan anak-anak mereka jika lahir berbeda kelamin. Namun, tetap unsur bisnis di dalam yang melibatkan keuntungan pribadi. Akhirnya Miko meminta anaknya — Zevanya agar menikah dengan Zayyan dan tentunya demi menyelematkan perusahaan yang sedang dalam ajang kebangkrutan. "Aku kecewa padamu, Miko!" ungkap Leigh dengan tatapan mata sendu. "Maaf, Tuan." Miko hanya bisa menunduk sembari meremas kedua jarinya. "Kau sudah menipuku dan Zayyan," sambung Leigh lagi, tatapan matanya tampak kecewa. "Dengan mengirimkan Zevanya palsu!" DegMiko terkejut ketika Leigh mengatakan Zevanya palsu. Apa selama ini Leigh menyadari bahwa Zea bukanla
Zayyan menatap Zevanya penuh kebencian. Apa maksud wanita ini datang dan mengusik kehidupannya lagi. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan ekspresi wajah dingin. "Hem!" Sejenak wanita itu berdehem sambil melipat kedua tangannya di dada. "Tidak ada, hanya ingin kembali pada suamiku," jawabnya dengan senyuman santai. Para tamu masih berbisik-bisik membicarakan dua wanita kembar serta orang pria tampan. Dalam hati mereka bertanya yang mana yang asli. Kenapa kebetulan ada orang mirip dengan begitu identik. Apakah mereka saudara kembar yang terpisah atau memang mereka memiliki ikatan yang begitu sah? "Dan kau adikku..." Zevanya menatap ke arah Zea yang menunduk seraya meremas ujung gaunnya. "Sebegitu terobsesikah dirimu sehingga ingin menggantikan posisiku?" tudingnya. Zea mengangkat kepalanya menatap wajah sang kakak. Apa maksud wanita ini berkata demikian? Bukankah Zea ada di sini karena dia yang kabur. Sementara semua orang yang mendengar ikut tercengang. Apakah kedua wanita it
"Kau tidak semudah itu bisa menceraikan aku, Zayyan! Karena aku tidak akan pernah mau!" tekan Zevanya menolak. Lelaki itu adalah pohon uangnya. "Lagian Ar pasti tidak bisa jauh dari aku. Oh ya, aku tidak sabar ingin melihat ekspresi wajah Ar saat tahu bahwa wanita ini adalah ibu palsunya," ujarnya dengan senyuman mengejek. Zayyan tetap terlihat tenang dengan tangan yang terus saling bergenggaman dengan Zea. Lelaki itu tak gentar sama sekali meski telah menjadi tontonan para tamu undangan. "Dan kau, Zea..." Zevanya menatap adiknya penuh kebencian. "Kau sudah merebut kebahagiaanku. Jika sampai Zayyan menceraikan aku, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Zevanya. "Kakak." Zea menggeleng dengan tangis. Hatinya seketika sakit mendengar ucapan sang kakak. Sementara Marvin yang berdiri di belakang Zevanya hanya tersenyum miring. Momen seperti ini memang sudah dia tunggu sejak bertahun-tahun yang lalu, melihat Zayyan hancur agar lelaki itu tak lagi menyombongkan diri. "Ayo, Saya
"Ah, sial!" umpat Zevanya dengan kasar. Marvin menyusul Zevanya lelaki itu tersenyum penuh kemenangan saat melihat pasangan suami istri itu bertengkar. Akhirnya terbongkar jika Zea menyamar menjadi Zevanya. Dalam waktu sekejap berita tersebut menjadi viral di media sosial. "Aku tidak akan melepaskanmu, Zayyan! Kau milikku! Kau tidak boleh mencintai anak pembawa sial itu," ujar Zevanya.Rasa sakit terasa menjalar di hati Zevanya ketika mengingat pengakuan Zayyan yang mencintai Zea. Hatinya perih seperti ditikam kuat oleh benda-benda tajam yang menciptakan luka. "Ayo, Sayang!"Kedua orang itu masuk ke dalam mobil. Zevanya tampak masih mengumpat kesal. Dia tidak terima karena Zayyan memperlakukannya secara tak adil. "Lalu apa rencanamu selanjutnya, Sayang?" tanya Marvin melirik wanita yang duduk di sampingnya ini. "Tentu saja memisahkan Zea dan Zayyan. Aku tidak akan biarkan wanita itu merebut Zayyan dariku!" ungkap Zevanya.Sudut bibir Marvin tertarik. Sebenarnya ada rasa perih di
Mobil yang dikendarai oleh Sean sampai di kediaman mewah Zayyan. Segera dokter tanpan itu keluar dari sana dengan langkah tergesa-gesa. "Selamat malam, Tuan," sapa para pengawal yang berjaga di gerbang mansion."Buka pintunya!" titah Sean tak sabar."Maaf, Tuan. Anda tidak bisa masuk tanpa izin dari tuan muda," sarkas salah satu pengawal menahan Sean. "Dengan atau tidak adanya persetujuan dari dia, aku tidak boleh!" tukas Sean menatap para pengawal itu dengan tajam. "Sekarang cepat buka pintunya!" desak Sean lagi. Para pengawal itu menahan Sean agar tidak masuk ke dalam gerbang. Tidak boleh ada yang keluar masuk ke dalam mansion mewah itu tanpa izin dari yang empunya.Sean berusaha melawan dan tetap keukeh untuk masuk. Namun, dia tak mampu mengalahkan kelima pengawal yang memiliki badan kekarnya."Sebaiknya Anda segera pergi dari sini, Tuan. Sebelum kami benar-benar berlaku kasar pada Anda!" ancam salah satunya menatap Sean dengan soroton mata yang tajam. "Aku tidak akan pergi seb